Sepatunya sudah dikenakan, Camille sudah bersiap. Dengan harap di hatinya agar bisa bertemu dengan Shane di sekolah dan menegurnya nanti.Dibukanya pintu apartemennya dan keluar. Saat menutup pintu kembali dan mulai melangkah keluar, rupanya laki - laki itu juga sudah keluar dari apartemen sebelahnya. Gadis itu terkejut melihat kehadirannya di sana. Tapi Shane bahkan terlihat tidak terkejut sedikit pun.
Ia hanya memandang Camille sebentar kemudian pergi. Gadis itu menatapnya dalam diam. Laki - laki itu pergi meninggalkannya.
Ya, meninggalkannya.
Dadanya merasa sesak melihat tingkah Shane saat ini. Ia baru saja mengawali harinya tapi sudah mengalami kejadian seperti ini.
Camille memutuskan untuk melangkah menuju lift. Sudah pasti mereka akan berada di lift yang sama sebentar lagi.
Saat sudah di depan pintu, benar, pintu lift itu masih terbuka dan berdirilah Shane di sana. Camille takut, apakah dia akan masuk atau akan menunggu lift selanjutnya.
"Kau tidak masuk?"
Tanya laki - laki itu tajam. Camille tersadar, Shane bertanya padanya?
Tapi suaranya itu sangat tidak bersahabat dan tatapannya itu sangat dingin.
"Oh? Ya" Camille memberanikan diri untuk melangkah masuk.
Kini ia sudah berdiri bersampingan. Lift tersebut mulai tertutup dan mulai turun. Angka yang tertera sudah menunjukkan 24-23-22 tapi mereka masih tidak bersuara. Camille sedikit mengangkat kepanya untuk melihat wajah Shane dengan ujung matanya. Laki - laki itu masih tampak tenang. Ia bahkan tidak terlihat seperti akan melakukan pembicaraan.
Angka di depannya mulai menunjukkan angka 18-17 tapi mereka juga masih tidak bersuara. Camille tidak tahan dengan situasi seperti ini. Niatnya untuk menegur laki - laki itu bahkan hilang sekarang. Shane pun juga tidak menghiraukan keberadaannya sama sekali. Camille ingin sekali mendengarnya berbicara. Walaupun hanya satu kali.
Ia menggigit bibirnya, apa dia harus mengeluarkan pertanyaan sekarang?
"Bagaimana perjalananmu ke London?" Itulah yang keluar dari mulutnya.
Walaupun sebenarnya banyak sekali yang ingin ditanyakan gadis itu."Baik" jawab laki - laki itu singkat.
Camille segera menelan ludah setelah mendengar jawabannya. Sesingkat itu kah pembicaraan mereka sekarang. Hatinya terasa sakit sekali mendengarnya. Ini benar - benar bukan Shane yang dikenalinya.
Angka lift sudah menunjukkan 5-4 mereka terdiam lagi. Cukup pertanyaan tadi bagi Camille yang keluar. Mendengar suara dan apa yang dikeluarkan Shane barusan membuat niatnya untuk menegurnya itu benat - benar hilang.
Pintu lift terbuka. Shane melangkah keluar lebih dulu dibandingkan Camille. Gadis itu masih berdiri di sana dan melihat laki - laki itu keluar. Shane tidak memandangnya sama sekali. Dengan lemas Camille melangkah keluar dan menuju parkiran mobilnya.
Kakinya mulai melangkah masuk kelas, dilihatnya kursi Edwin yang kosong. Dia baru ingat bahwa malam ini adalah malam pentas orkestra sekolah itu.
Mungkin Edwin mendapat dispensasi dari Ms.Aubrey hari ini. Astaga, tanpa Edwin, Camille tidak tahu akan melakukan apa hari ini. Kehadiran laki - laki itu benar - benar membantunya.
***
"Bagaimana kepergianmu di London?" Shane lelah mendengar pertanyaan itu dari kemarin. Semua orang terdekatnya terus menanyakan hal yang sama.
"Bisakah kau menanyakan hal lain, Jullian Downson?"
"Apalagi yang ingin kutanyakan, kau memang baru datang dari sana kan?"
"Hmm, tapi setidaknya tanyakan hal lain selain London"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAYBACK
RomanceSeorang gadis yang ingin mencoba kehidupan barunya di singapura bersama ayahnya, hingga bertemu kembali dengan sahabat lamanya. Dan akhirnya mereka berteman kembali seperti dulu kala, hingga suatu hari gadis itu bertemu dengan lelaki primadona di se...