Camille baru duduk di kursinya, tiba - tiba Keira menghampirinya."Datanglah di acara ulang tahunku hari sabtu nanti. Kau bisa pergi bersama Shane, Jullian, dan Edwin" gadis itu menyerahkan selembar undangan berwarna pink pastel.
Camille segera mengambil dan melihatnya. "Hmm, lihat saja nanti"
"Kau harus datang Camille" Keira mulai mengedipkan matanya sebelah lalu melangkah ke belakang Camille."Hei Shane! Datanglah ke pesta ulang tahunku hari sabtu nanti" suara gadis itu masih terdengar jelas di telinganya.
Bagaimana tidak? Meja Shane Bradley hanya berbeda satu langkah saja dari meja Camille.
Camille masih mendengarkan, namun sepertinya Shane tidak bersuara. "Kau harus datang, oke?"
Lalu dilihatnya Keira sudah melangkah pergi melewati Camille. Gadis itu sudah kembali ke tempat duduknya lagi. Camille sendiri tidak tahu harus datang atau tidak. Sepertinya ia tidak perlu datang. Suasana hatinya benar - benar kacau saat ini. Dan hanya satu oranglah yang bisa membuat keadaannya kembali seperti biasa.
Sekolah hari ini tidak sebaik seperti biasanya. Camille bahkan sengaja membawa gitarnya ke sekolah hari ini.
Seusai makan siang, Edwin mengajak Camille untuk berkeliling sebentar sambil mengobrol. Laki - laki itu sepertinya ingin membuat suasana hatinya sedikit membaik.
"Bagaimana penampilanmu semalam? Apa berjalan lancar?" Camille menatap sekeliling sekolahnya itu.
"Hmm. Akan lebih lancar lagi jika kau menontonku dan duduk di kursi paling depan"
"Seharusnya memang aku ada di sana" Edwin menatap Camille. "Karena beberapa alasan aku jadi tidak bisa pergi ke sana""Apa itu?" Langkah mereka terhenti.
Camille memandang Edwin yang sedari tadi sudah menatapnya itu. "Kau tahu itu semua. Tidak perlu berpura - pura lagi Edwin Alexis" Edwin tidak menjawab.
Ia menatap lekat kedua mata Camille. "Kau benar - benar sedang sedih. Shane Bradley memang tak seharusnya melakukan ini"
"Apa yang dia lakukan?"
"Kau masih bertanya?" Camille terdiam. "Apa kau bertemu dengannya tadi malam?""Hmm. Jullian hampir menghabisinya"
"Apa?" Camille terkejut.Jullian? Bagaimana bisa?
"Jullian? Memangnya ada apa?"
"Lupakan"
"Cepat katakan" kata Camille tidak mau tahu."Karena aku sudah banyak menemanimu, mau kah kau menebus semua itu?" Gadis itu tidak jadi membahas Jullian lagi. Edwin benar - benar pintar mengalihkan pembicaraan.
"Apa? Dengan apa aku menebusnya?"
"Habiskan satu hari ini bersamaku. Aku sedang ingin membuatmu merasa lebih baik"
"Terserah kau saja, jika kau memang ingin membuatku lebih baik, kau tahu aku berbohong jika aku mengatakan kalau aku tidak membutuhkan itu" kata Camille.Saat jam - jam terakhir pelajaran, Edwin kembali dipanggil oleh Ms. Aubrey. Seluruh kelas langsung memandang laki - laki itu saat Ms.Aubrey masuk. Dengan santai Edwin mulai berdiri dan ikut bersama gurunya itu.
Beberapa murid langsung membicarakan performa Edwin semalam. Ada yang mengatakannya sebagai laki - laki tertampan di kelompok orkestra, yang paling menonjol, bahkan ada juga yang mengatakan bahwa permainan musiknya sangat bagus.
Camille hanya mendengarkan tanpa tahu apa - apa. Karena yang dilakukannya semalaman hanyalah makan, merapikan apartemennya sebentar, dan menatap ponselnya menunggu Shane menghubunginya hingga ia tertidur.
Camille mulai merapikan mejanya. Dimasukkannya buku - buku pelajarannya ke dalam tas. Para murid mulai berhambur keluar.
Camille melihat Jullian keluar tanpa berkata - kata pada Shane sedikit pun. Lalu ia teringat saat Edwin mengatakan bahwa Jullian hampir menghabisi Shane. Mungkin karena itulah Jullian tidak menegurnya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAYBACK
RomanceSeorang gadis yang ingin mencoba kehidupan barunya di singapura bersama ayahnya, hingga bertemu kembali dengan sahabat lamanya. Dan akhirnya mereka berteman kembali seperti dulu kala, hingga suatu hari gadis itu bertemu dengan lelaki primadona di se...