CHAPTER 24

4.9K 289 1
                                    


Jullian terus menghubungi Shane, tetapi teleponnya tidak diangkat. Dari kemarin ia tidak melihat Shane muncul. Biasanya malam harinya Shane akan datang ke apartemennya, tetapi temannya itu belum muncul juga.

"Yaampun kemana dia sebenarnya?" Keluh Jullian.

Tak lama ada pesan masuk di ponselnya. Rupanya dari Camille.

'Jull dimana alamat apartemenmu? Aku akan ke sana'

Jullian mengerutkan keningnya. Untuk apa gadis itu ingin mendatanginya? Pikirnya.

Lalu ia mengetik alamat apartemennya dan mengirimkannya.

Sekitar 15 menit kemudian gadis itu sudah ada di depan pintu.

"Ada apa kau datang kemari? Biasanya kau lebih ingin bertemu dengan Shane atau Edwin dibanding denganku" gadis itu masuk dan Jullian menutup pintunya.

"Apa Shane ada menghubungimu?"
"Baru saja aku menghubunginya"
"Apa teleponmu diangkat?" Camille berbalik ke arahnya. Jullian terdiam sebentar. "Tidak. Tidak ada jawaban. Tumben sekali, biasanya ponselnya selalu di tangannya" keduanya berpikir.

"Lalu ada apa kau kemari?" Tanya Jullian heran.

"Untuk menanyakan Shane. Apalagi memangnya?"
"Kalian sudah berkencan?"
"Tidak! Siapa bilang? Shane mengatakan begitu padamu?" Sela Camille cepat.
"Tidak. Kupikir sudah. Kalian sepertinya selalu bersama sekarang"
"Memang benar" Camille tersenyum kecil.

"Berarti Edwin sedang sakit hati sekarang" kata Jullian sambil berjalan menuju sofa.

"Oh ya Edwin! Jull semalam dia aneh sekali. Wajahnya berubah saat aku memberitahunya mantan seorang pemain Saxophone yang menjadi aktris di televisi" Camille ikut duduk di seberang Jullian.

"Evelyn Brown?"
"Ya! Itu namanya. Dia cantik sekali, Jull. Apa kau mengenalnya? Kalian kan orang - orang ternama di Singapura"
"Tentu saja aku mengenalnya"

Camille terbelalak. Ia sudah tahu pasti salah satu dari mereka ada yang mengenalnya. Apalagi gadis itu adalah mantan pemain Saxophone.

"Benarkah?"
"Hmm"
"Apa Edwin juga mengenalinya?" Jullian menatap Camille.

"Hmm"
"Lalu kenapa wajahnya berubah saat aku mengatakan kalau itu adalah Evelyn Brown semalam?" Camille mengangkat alisnya sebelah.

"Kau pernah mendengar kabarnya? Tentang Evelyn yang dikabarkan berkencan dengan seseorang yang menjadikan namanya dikenal banyak orang?" Tanya Jullian.
"Ya. Kabar tentang Evelyn yang berkolaborasi dengan seorang teman laki - lakinya sehingga ia bisa terkenal seperti sekarang? Ya aku sudah mendengarnya. Lalu apa hubungannya dengan Edwin?" Camille penasaran.

Jullian hanya diam sambil terus menatap mata Camille. Ia ingin gadis itu mencerna kalimatnya. Sepertinya Camille mulai berpikir. Tiba - tiba mata gadis itu melebar.

"Jangan bilang kalau laki - laki itu adalah"
"bingo" sahut Jullian sambil menjentikkan jarinya.

"Apa?! Jadi benar? Laki - laki yang dikabarkan teman bahkan menjadi teman kencannya adalah Edwin?"
Camille tak percaya.

Jullian hanya mengangkat kedua alisnya. Camille masih terkejut. Ia tidak menyangka.

"Apa mereka berkencan?"
"Menurutmu?"
"Entahlah. Aku tidak tahu, justru itu aku menanyakannya padamu"
Jullian tersenyum. "Sebenarnya tidak, tapi Eve adalah perempuan pertama yang membuatnya jatuh cinta"

Camille hanya mengangguk - angguk. Tapi ia masih penasaran.
"Eve adalah pemain Saxophone, sama seperti Edwin. Mereka kenal sejak ibu Edwin meninggal.
"Ibu Edwin meninggal?!" Camille terkejut lagi.
"Hmm. Kisah cintanya kurang lebih seperti Shane saat ini"

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang