CHAPTER 14

5.3K 323 2
                                    


Camille bangun dari tidurnya. Kepalanya masih sedikit nyeri. Ia menatap ke sekelilingnya tapi Shane tidak ada disana. Badannya lemas, sepertinya ia tidak usah pergi sekolah hari ini.

Lalu pintu kamarnya terbuka, Shane masuk sambil membawa sarapan paginya.

"Wajahmu pucat, Cam. Lebih baik kau istirahat, tidak usah masuk sekolah hari ini. Nanti aku yang akan mengizinkanmu"

Shane memberi piring berisi roti ke arah gadis itu.

"Tidak, aku tidak apa - apa. Kau berlebihan, nanti juga akan sembuh. Aku tetap harus sekolah"
"Kau ini keras kepala sekali, sudahlah tidak usah memaksakan diri begitu. Kau lihat kan akibatnya? Aku bilang tidak usah meminumnya, kau tetap saja memaksaku. Aku tidak ingin melihatmu lebih sakit dari ini"
"Kau ini kenapa? Kenapa menjadi mengurusku seperti ini? Tidak akan terjadi apa - apa padaku. Lebih baik kau yang pulang, nanti kau terlambat"

Camille sedikit muak dikhawatirkan seperti itu. Shane berlebihan sekali, pikirnya.

"Konstraksi alkohol di tubuhmu itu masih belum baik. Aku tahu benar itu. Ikuti saja kata - kataku, dan kau akan lihat sendiri nanti. Sudahlah, istirahat saja dulu. Kondisimu benar - benar sedang tidak fit, Cam"

Shane berusaha memperhatikan gadis itu. Karena ia pikir, siapa lagi yang akan mengkhawatirkannya disaat seperti ini.

Ponselnya tiba - tiba bergetar. Kakaknya sudah meneleponnya.

"Ya kak? Aku tidur di apartemenmu semalam. Sudahlah tidak masalah. Sekarang? Baiklah"

lalu ia menutup teleponnya.

"Aku pergi dulu, kau istirahatlah. Aku akan pulang cepat dari sekolah nanti dan akan kembali menjengukmu" kata Shane terburu - buru menuju pintu.

Camille hanya terdiam melihatnya pergi.

"Tidak. Aku harus tetap sekolah. Enak saja ia mengaturku seperti tadi. Ahh!" Camille memegangi kepalanya lagi.

Masih terasa sakit. Tetapi hal itu tidak mengubah keputusannya untuk tetap pergi ke sekolah.

Setelah menghabiskan rotinya, ia langsung mandi dan berganti seragam. Ia memaksakan diri untuk tetap bersekolah walaupun badannya sedikit lemas dan kepalanya yang masih berdenyut itu.

Sampainya di sekolah, Camille berjalan lunglai menuju tempat duduknya.

Shane terkejut bukan main melihat gadis itu masuk. Ia benar - benar tidak mendengarkan apa yang dimintanya tadi.

"Kenapa tetap masuk? Kan sudah kubilang lebih baik kau istirahat di rumah" Kata Shane sedikit kesal dan membantu gadis itu duduk.

Camille benar - benar sulit diatur.

"Kau ini tidak percaya padaku? Kubilang aku tidak apa - apa, nanti aku akan ke ruang kesehatan sendiri kalau sudah tidak kuat. Sudahlah jangan pedulikan aku. Anggap saja tidak terjadi apa - apa semalam"
"Bagaimana bisa aku tidak memedulikanmu dalam keadaan kau akan mati seperti ini"

Shane sedikit emosi melihat Camille yang keras kepala itu.

"Kubilang pergi" kata Camille sinis.

Shane menatapnya sebentar.

Ia tidak bisa berkata apa - apa lagi. Mau tak mau ia membiarkan gadis itu tetap mengikuti pelajaran, dan menjaganya dari belakang.

Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke tempat duduknya.

Pelajaran pertama berhasil dilewati Camille dengan baik. Walaupun sesekali ia terus memgangi kepalanya, tetapi ia masih bisa bertahan.

Pelajaran kedua adalah jam olahraga. Shane tidak mau melarang gadis itu lagi. Ia ikuti semua yang diinginkannya dan tetap berusaha untuk menjaganya dari jauh.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang