Suasana rumah Camille penuh dengan kesedihan. Seluruh anggota keluarga Camille sedang berduka akibat kecelakaan yang menimpa adik bungsunya itu. Banyak tamu - tamu yang datang, dan sepertinya merupakan tamu penting rekan kerja dan wakil - wakil perusahaan ayahnya. Dan ternyata juga ada tamu yang berasal dari luar negeri.Shane dan yang lainnya bisa melihat kalau sepertinya ayah Camille ini adalah orang penting.
Shane, Edwin, dan Jullia duduk di ruang keluarga rumah Camille. Mereka langsung disambut hangat oleh orang tua dan keluarga Camille. Dan menurut penglihatan Shane, sepertinya ayah Camille itu mengenali ayahnya. Ia langsung mengenalinya saat bersama Camille datang semalam.
"Ed, apa kau lihat Camille?"
"Tidak. Sepertinya ia masih di kamar bersama saudara - saudara yang lainnya. Kau ini, sudah tahu sedang berduka, tapi masih saja ingin berdua - duaan dengannya" kata Edwin pelan."Hei! Siapa yang ingin berdua - duaan! Aku hanya ingin memastikan dia baik - baik saja"
"Dia tentu baik - baik saja. Yang tidak baik kan adiknya. Bagaimana sih kau ini?" Sela Jullian cepat.Shane hanya menghembuskan nafas panjang setelah mendengar jawaban teman - temannya. Mereka benar - benar tidak mengerti maksudnya.
Tak lama, gadis yang dibicarakannya barusan muncul. Ia langsung duduk di samping Shane. Ketiga laki - laki itu hanya diam melihat gadis itu duduk.
"Bagaimana perasaanmu? Apa kau baik - baik saja?" Tanya Shane pada gadis itu.
"Tidak, aku tidak apa - apa. Apa kau tidak apa - apa pergi kemari? Bagaimana kalau Olive mencarimu?"
"Jangan cemaskan aku, aku lebih mencemaskanmu kalau aku tidak ikut kemari. Bagaimana kabar adikmu? Apa jasadnya sudah ditemukan?" Camille menggeleng lemah."Kau doakan saja". Shane langsung memeluk gadis yang ada di sampingnya itu dan mengelus rambutnya pelan.
"Tentu saja, dia pasti akan ditemukan sebentar lagi. Kita senua mendoakanmu, Cam" kata Shane menenangkan.
Shane, Edwin, dan Jullian keluar dari rumah Camille. Mereka mencari udara segar di sana. Ketiganya berjalan menyusuri halaman demi halaman rumah Camille.
"Apa kalian tidak lapar?" Jullian membuka suara.
"Ya, tentu saja. Ayo lebih baik kita pergi mencari makan, aku merasa bosan berada di sini" balas Shane.
"Yasudah, ayo kita berpamitan pada Camille dulu di dalam. Ponselnya tidak akan ada di tangannya" kata Edwin.Akhirnya mereka kembali masuk ke dalam. Ternyata Camille sedang duduk di teras dengan Chloe. Ada rasa lega di hati ketiga laki - laki itu. Shane sudah hendak menyuruh antara Jullian atau Edwin saja yang masuk ke dalam keramaian itu hanya untuk berpamitan.
"Cam, kami hendak pergi mencari makan dahulu. Apa kau ingin ikut?" Tawar Edwin.
"Ah tidak - tidak. Kalian tepat sekali, Chloe juga baru saja mengajakku makan, tapi aku sudah kenyang. Kau ikut saja dengan mereka"
"Tidak - tidak. Yaampun Cam, kau ini" kata Chloe malu - malu. "Ayolah tak perlu malu. Kami sudah mulai lapar" Chloe menatap Jullian.Ia tidak menyangka Jullian mengatakannya. Mereka bahkan belum pernah berbicara sebelumnya.
"Lihat kan? Sudahlah sana. Jaga Chloe dengan baik ya" Camille tersenyum dalam wajah yang masih lesu.
"Kami pergi dulu" Shane berpamitan lalu mereka pergi.
Jullian menyarankan untuk makan di restoran cepat saji, dan yang lainnya langsung menyetujuinya. Jullian hanya berniat untuk mengganjal perutnya.
Mereka sudah di dalam restoran tersebut dan duduk di kursi. Beberapa orang yang sudah di sana menatap mereka. Tapi mereka tidak heran, karena mereka merasa hal itu wajar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAYBACK
RomantizmSeorang gadis yang ingin mencoba kehidupan barunya di singapura bersama ayahnya, hingga bertemu kembali dengan sahabat lamanya. Dan akhirnya mereka berteman kembali seperti dulu kala, hingga suatu hari gadis itu bertemu dengan lelaki primadona di se...