CHAPTER 23

6.1K 295 1
                                    


Sekarang pukul 09.15. Camille mengendarai mobilnya menuju apartemen Shane. Semalam ia sudah menanyakan alamatnya pada Edwin tanpa sepengetahuan Shane.

Camille merasa ingin dihibur hari ini. Jadi seperti biasa Shane lah orang yang dipilihnya untuk menghibur dirinya.

Gadis itu sudah sampai di lift. Pintu lift pun terbuka, ia melangkahkan kakinya ke apartemen laki - laki itu.

Kini ia sudah berdiri di depan pintu. Diketuknya pintu tersebut. Tak perlu lama menunggu, pintu pun terbuka. Muncullah sosok Shane yang masih mengantuk. Wajahnya masih berantakan.

"Hai. Selamat pagi" sapa Camille sambil tersenyum.

"Camille?" Shane maju selangkah keluar dan menoleh ke kanan dan kiri. "Bagaimana kau tahu aku tinggal di sini?"
"Sudahlah, aku punya banyak mata - mata. Kau belum bangun rupanya. Maaf membangunkanmu" gadis itu tersenyum.

"Tentu saja. Ayo masuk" Camille melangkah masuk.

"Ada apa pagi - pagi begini kemari? Seharusnya kau menelepon dahulu" kata Shane kesal sambil berjalan.

"Sudah"
"Benarkah?"
"Hmm" keduanya duduk di sofa ruang keluarga.

Shane mengecek ponselnya. Benar, gadis itu sudah menghubunginya lima kali.

"Ponsel sialan" keluhnya.

"Ponsel sialan apanya? Kau sendiri yang tidak mengangkat kan? Dasar bodoh"

Shane mendengus. "Ada apa kemari? Kau merindukanku ya? Padahal baru tadi malam kita bertemu" Shane mengambil bantal lalu meletakannya di sofa kemudian ia merebahkan dirinya.

"Aku butuh hiburan. Kau mau menemaniku menghabiskan waktu hari ini kan?"

Shane memiringkan badannya. Kantuknya sedikit hilang.

"Apa? Aku tidak salah dengar?"
"Tidak. Sudahlah aku tahu kau pasti terlalu senang"
"Siapa bilang? Aku ada janji dengan seorang wanita hari ini" Shane berusaha menggoda Camille.

"Baiklah, lebih baik aku menghubungi Edwin sekarang"

Camille segera berdiri dan melangkahkan kakinya. "Hei hei! Tidak! Aku bercanda. Kembali duduk!" Teriak Shane kesal. Niatnya tidak berujung baik.

"Kenapa? Kau bilang kau ada acara lain kan?" Tanya Camille malas. Lalu kembali ke tempat duduknya tadi.

"Aku sekarang jadi ragu" Shane bangun lalu duduk.

"Maksudmu?"
"Kau pergi karena cemburu atau karena tidak cemburu?" Camille mengerutkan keningnya. "Kau ini bicara apa? Aku tidak mengerti?"

"Maksudku kau berdiri tadi dan langsung membuat keputusan untuk pergi dengan Edwin, apa itu karena kau cemburu? Atau hanya memang kau berniat pergi dengannya?"
"Kau ingin jawaban yang mana?"
"Tidak perlu kau tanya. Kau sudah tahu" balas Shane.

"Kalau begitu jawabanmu adalah jawabanku juga"

Shane menatap gadis itu. Matanya melebar. Ia tidak percaya.
"Apa?" Ia memastikan.

"Kali ini kau yang tidak usah berpura - pura tidak mendengarnya. Sudahlah, kau mau sarapan apa? Akan kubuatkan. Ah tunggu, tentu saja sesuai kebutuhan yang ada di lemari es mu" jawab Camille sambil berdiri menuju dapur apartemen itu.

Shane tersenyum. Hatinya senang sekali. Ia memukul - mukul pipinya pelan. "Aku sudah bangun kan? Apa ini minpi?"

"Shane! Kau ingin sarapan apa? Aku bingung akan membuatkan mu apa" teriak Camille dari dapur.

"Roti isi! Olive bilang roti isi buatanmu sungguh lezat. Kurasa dia bohong. Maka kau harus membuktikannya" balas Shane.

Tidak ada jawaban. Berarti gadis itu sudah mulai memasak. Shane tersenyum lagi. Suasana hatinya pagi ini sungguh menyenangkan. Kemudian ia bangun dan melangkah menuju kamar mandi.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang