CHAPTER 3

9.4K 473 0
                                    


"Apa? Dad akan kembali ke indonesia?!"

Camille kaget mendengar ayahnya
barusan.

"Begitulah. Aku pikir masih banyak rapat yang harus dihadiri dan harus meresmikan beberapa hal lainnya. Ternyata tidak. Minggu depan mungkin aku sudah harus pulang" ayahnya membanting tubuhnya ke sofa.

Camille langsung duduk di sampingnya.
"Tapi aku masih betah disini, Dad. Lalu bagaimana?"

"Tinggalah disini kalau kau merasa begitu. Lagipula masih ada tante Abby yang mungkin akan mengontrolmu dari jauh. Dan asalkan kau bisa berjanji padaku untuk tidak macam - macam selama di sini" ancam ayahnya.

Wajahnya masih lelah baru pulang dari pekerjaannya.

"Tentu saja. Memangnya apa yang akan kulakukan? Benar, tidak apa - apa?"

Camille memastikan. Ia memang masih tidak mau meninggalkan sekolah barunya itu.

"Ya. Tentu saja. Sehari sebelum aku pulang, kita akan mengajak makan malam tante Abby lagi. Nanti aku akan memberitahukannya tentang ini"
"Baiklah, thanks dad. Dad, mau makan apa? Mungkin aku bisa memasakkanmu" tawar gadis itu. Ia bisa melihat wajah ayahnya yang kelelahan.

"Tidak perlu, Cam. Sepertinya malam ini aku akan makan malam bersama rekan kerja. Jadi masaklah apa yang ingin kau makan. Nanti aku akan mencobanya sedikit. Aku ingin istirahat sebentar"

Ayahnya itu langsung bangun dan melangkah masuk ke kamarnya. Camille masih duduk di sofa.

Ia memikirkan bagaimana jadinya kalau ia menetap disini. Lalu ia meyakinkan dirinya sendiri.

"Aku yang ingin mencoba bersekolah disini, aku juga yang harus percaya diri kalau aku bisa melewati ini" setelah merasa percaya diri, lalu ia bangkit dan menuju dapurnya.

Ia memasak apa yang bisa dimasak sesuai kebutuhan yang ada. Ada daging dan bumbu rendang yang dibelinya beberapa waktu lalu. Ya. Sudah pasti yang dimasaknya adalah rendang.

Ia mulai memotong - motong daging, dan menyiapkan pan nya. Tangannya mulai mengolah makan malamnya itu.

Dua jam sudah gadis itu menghabiskan waktu di dapurnya. Aroma masakannya sudah tercium di sekeliling ruangan apartemennya. Perutnya pun langsung terasa lapar.

"Kau memang jago sekali memasak rendang, Cam. Sini biar kucicipi sedikit sebelum Dad pergi" suara ayahnya mengagetkannya.

Camille langsung berbalik dan tersenyum bangga saat mendengar ayahnya berkata begitu.

"Ini, makanlah walaupun hanya sedikit. Nanti akan kusisakan sedikit untuk kau santap besok pagi" ia menyerahkan piring kosong pada ayahnya.

Ayahnya duduk dan memakan masakan anaknya dengan nikmat. Ia heran, selama ini ternyata Camille bisa memasak seenak ini.

"Hmm ini enak sekali. Mungkin nanti saat makan bersama aku tidak akan memesan apa - apa. Hanya makanan ringan saja, jadi aku bisa menyantap ini saat pulang nanti"

Puji ayahnya sambil menyuapkan sendok terakhir. Camille yang mendengar hanya tersenyum.

Setelah selesai makan, ayahnya langsung pergi keluar apartemennya untuk memenuhi janji dengan rekan kerjanya itu. Sebelum ia menyantap masakannya, Camille menyisihkan beberapa potong untuk dimakan ayahnya nanti.

Baginya masakan itu biasa saja. Jangan - jangan ayahnya hanya ingin memujinya saja? Karena selama ini baru ayahnya lah yang memuji masakannya. Ibunya pun mengatakan kalau ia masih perlu berlatih lagi.

Setelah selesai makan, Camille tidak langsung mencuci piring. Ia melangkah ke ruang tvnya untuk mencari ponselnya.

Saat sedang berjalan, gadis itu mendapati pintu apartemennya tidak tertutup dengan rapat. Kebiasaan buruk ayahnya. Lalu ia berjalan dan menutup pintu itu.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang