CHAPTER 34

4.3K 267 0
                                    


Camille masuk ke dalam kelasnya. Murid - murid mulai membentuk gerombolan, sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius. Ia hanya memandang ke sekelilingnya dengan heran. Kemudian ia duduk di kursinya.

Camille melihat ke arah kursi temannya yang kosong itu. Ini adalah hari ketiga Sally tidak turun sekolah. Kemana ia sebenarnya?

Lalu, muncul Edwin dan Jullian di pintu kelasnya. Mereka juga memandang sekeliling kelasnya dengan heran. Kurang lebih seperti Camille tadi.

Lalu beberapa murid mulai duduk. Perempuan yang duduk di depan Camille pun mulai melangkah menuju kursinya.

"Tiesha, sebenarnya apa yang kalian bicarakan? Kenapa terlihat begitu serius?" Gadis yang bernama Tiesha itu berhenti sebentar.

"Ah, Sally. Kau belum mendengar kabarnya?"

"Belum, ada apa memangnya?"
"Dia pindah, kemarin. Tapi kabar ini baru beredar pagi ini, saat Verell melihatnya tadi di bandara" Camille tidak percaya.

"Apa?!"
"Ya"
"Apa kau tahu alasannya?"
"Tidak, tidak ada alasan yang jelas tentang kabar kepindahannya itu" jelas gadis itu.

Kemudian Camille menyunggingkan senyumnya sebentar. "Begitu, terima kasih sudah memberitahuku" katanya dengan ramah. Tiesha hanya tersenyum lalu mulai duduk.

Tak lama ponsel Camille bergetar. Saat dilihatnya, rupanya Edwin sudah mengiriminya pesan. Camille mengarahkan kepalanya ke tempat duduk temannya itu, dan membaca pesannya.

'Mereka sedang membicarakan Sally. Kau jangan coba - coba untuk mengatakan anak lain kalau akulah penyebab kepindahannya itu' Camille terdiam.

Rupanya Edwin juga sudah tahu temtang ini.

'Hmm, kenapa Sally sampai pindah seperti ini? Apa namamu dan Jaden sekarang masih terdengar aman - aman saja?'

Camille takut kalau orang lain tahu yang sebenarnya.

'Tenang saja, segala jenis masalah sudah pernah kuatasi' jawab Edwin.

Belum sempat Camille membalas, tiba - tiba ada sebuah pesan masuk lagi.

Matanya melebar saat melihat siapa yang mengiriminya pesan itu. Sally.

'Cam, maafkan aku pergi secara tiba - tiba seperti ini. Aku harus pergi. Aku ingin minta maaf padamu, masalah Chloe, sepupumu. Aku tidak mengetahuinya kalau ternyata ia adalah kekasih Jaden. Dan aku benar - benar menyesali apa yang sudah kulakukan. Jangan mempercayai Jaden lagi, ia adalah seorang pembunuh. Jangan mendekatinya lagi. Sekali lagi maafkan aku pergi dengan cara seperti ini. Kau adalah teman terbaikku selama aku bersekolah di Mc.Kenzie. Sampai jumpa lagi. Doaku adalah bisa bertemu dengan seseorang yang mirip denganmu atau bahkan kau lagi suatu saat nanti' Camille sedih.

Matanya mulai berkaca - kaca setelah membaca pesan temannya itu. Walaupun ia sedikit membencinya karena ia merupakan selingkuhan Jaden, tapi Sally merupakan satu - satunya teman yang ia punya di sini. Sally yang selalu menemani hari - harinya, menemaninya pergi kemana saja, dan kali ini Camille kehilangan seorang teman yang benar - benar dekat dengannya.

Gadis itu segera menghapus air matanya. Ia akan malu jika anak - anak lain melihatnya menangis tanpa sebab seperti ini.

Kemudian ia mematikan ponselnya.

Perlahan - lahan Camille mengatur nafasnya kembali. Ia harus merelakan sahabatnya itu pergi sekarang.

***

"Apa kau sudah menyiapkan lagu yang akan kau mainkan Cam?" tanya Jullian dengan mulut masih penuh makanan.

"Belum. Tapi kan aku pada akhirnya tidak jadi tampil"
"Benar juga, kau bisa memainkan gitar?"
"Ya. Aku senang memainkan gitar dulu. Tapi hobiku itu sedikit menghilang, saat di sini. Karena aku tidak membawa gitar dari Indonesia tepatnya, jadi hobi itu kembali hilang" Edwin masih tidak bersuara, ia sedang menikmati makanannya sambil membaca sesuatu dari ponselnya.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang