CHAPTER 48

4K 244 0
                                    


Trending topik pembicaraan Mc.Kenzie hari ini adalah pesta ulang tahun Keira Ainsley. Seketika pesta tersebut seakan - akan menjadi pesta fenomenal yang pernah ada.

Camille yang sedari tadi mendengar celotehan para murid tetap memasang wajah datar, walaupun sebenarnya ia juga berada di sana saat acara penutupan. Bahkan kehadirannya pun tidak disadari oleh siapapun akibat pesona Shane di atas panggung.

Penampilan Shane Bradley lah yang membuat acara tersebut menjadi dinilai sebagai pesta fenomenal. Laki - laki primadona sekolah tersebut tampil di acara Keira. Shane yang terkenal dengan sifat dingin dan cueknya itu benar - benar menyita perhatian para murid yang datang.

Laki - laki itu melangkah masuk. Seketika suasana riuh menjadi sedikit lebih tenang saat Shane Bradley mulai memasuki kelas. Mereka yang tadinya ribut langsung terdiam. Camille hanya memandangnya sebentar dan segera mengalihkan pandangan ke kaca jendela yang ada di sebelahnya. Kali ini ia yang berusaha untuk mengabaikan laki - laki itu. Toh, ia sendiri yang menyuruhnya untuk melupakan segala tentang dirinya.

Tak lama setelahnya, bel pun berbunyi diikuti dengan kehadiran Ms. Cassey di tengah - tengah kelas. Camille kembali memfokuskan pikirannya pada pelajaran tanpa memikirkan tentang perasaannya terlebih dahulu sampai jam pelajaran benar - benar habis.

"Kalian sudah berbaikan?"

Keduanya memposisikan duduk di kursi tengah yang ada di taman belakang. Edwin mengerutkan kening dan mendecakkan lidahnya. "Apa menurutmu dengan kepergian Shane Bradley kemarin masih membuatmu berpikir kalau kami sudah berbaikan?"
"Benar, kupikir kau sudah saling tegur sapa"
"Memang, tetapi hanya aku. Tidak dengan Jullian"

Camille mengangguk - anggukan kepalanya tanpa bersuara lagi. "Kau sudah mendengar tentang kabar Tuan Keith?"
"Ya tentu saja. Apa itu benar?"
"Ya. Dan kau tahu apa yang lebih mengagetkan?"
"Apa?" Camille menoleh ke arah laki - laki yang ada di sebelahnya itu.

"Rupanya ayah Shane sudah mengetahui ini sejak lama" jawab Edwin tenang.
Camille sudah terkejut tetapi ia tidak mengatakan apa - apa. "Keduanya saling menyembunyikan hal ini"

"Bagaimana bisa Tuan Devin juga mengetahui ini?"
"Menurut logika ku, ia mungkin sudah berprasangka bahwa ayahku lah yang melakukannya karena ayahku memiliki dendam karena kekalahannya saat itu. Tebakan paman Scott juga benar, apa kau ingat?" Gadis itu berpikir sebentar.

"Tebakan paman Scott? Apa yang dikatakan?"
"Astaga, kau mudah sekali melupakannya. Kenapa yang kau ingat hanyalah semua yang dilakukan oleh Shane?" Kata Edwin kesal. Camille langsung menyunggingkan senyumnya itu. "Paman Scott bilang kalau prediksi pertama pelaku ini adalah ayahku. Tetapi mengingat kenyataan bahwa ayahku adalah teman baik Tuan Devin, jadi ia mengubah persepsinya sendiri. Kau benar - benar lupa?"
"Ahh itu"

Edwin mendengus panjang. Ia menyipitkan matanya pada gadis yang ada di sebelahnya ini. Keduanya tidak bersuara untuk beberapa saat.

"Cam"
"Hmm"
"Apa kau masih ingat saat hari dimana Shane pergi ke London, kita duduk di sini?" Camille diam beberapa saat sebelum menjawab.

"Ya, kenapa?"
"Apa kau masih ingat apa yang kita bicarakan saat itu?"
"Kau dan aku sama - sama takut kalau Shane mengetahui apa yang sebenarnya kita ketahui sejak lama"
"Ya ampun, kenapa otakmu hanya mengingat bagian yang terdapat Shane nya saja, ya?" Keluh Edwin masih tidak percaya. Ia tidak habis pikir kalau Camille mengingat pembicaraan mereka saat itu.

"Entahlah, katakan saja. Ada apa memangnya? Kenapa tiba - tiba kau membahas ini?" Edwin menoleh ke belakang sebentar. Camille hanya melihat dengan penuh keheranan.

"Shane bersembunyi di balik pohon itu waktu kita sedang berbincang" tangan kanan Edwin menunjuk sebuah pohon yang berada tepat di belakang mereka. Kening Camille dikerutkan.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang