CHAPTER 46

4.4K 253 0
                                    


Dimundurkan kursi meja makan kemudian laki - laki itu duduk. Roti bakar kesukaannya sudah tersedia di atas meja.

"Kau tidak malu pergi sekolah dengan wajah seperti itu?" Olive menatap adiknya yang mulai makan.

"Tidak ada juga yang akan menanyakan keadaanku"

"Hari ini kudengar Tuan Keith melakukan pengajuan diri kepada polisi" Shane langsung mengangkat kepalanya.

Apa?

"Hmm, dia ingin mengakui semuanya. Jadi yang kita tunggu saat ini hanyalah penyerahan diri dari Tuan Dylan"
"Apa kau yakin Tuan Dylan akan mengajukan dirinya sendiri?"
"Menurutmu? Kebohongan akan terbongkar dengan sendirinya seiring berjalannya waktu" kemudian Shane melanjutkan makannya lagi.

Olive bisa melihat kedua mata adiknya itu yang membengkak.

"Mau sampai kapan kau seperti ini?"

Shane memundurkan kursinya dan berdiri sambil membawa blazernya. "Aku pergi" laki - laki itu melangkah meninggalkan meja makan dan segera keluar dari apartemen kakaknya. Semoga saja ia tidak bertemu gadis itu lagi di luar.

Benar, Shane tidak melihat tanda - tanda kehadiran Camille pagi ini. Ia berjalan menuju lift dan segera masuk. Pintu lift terbuka, Shane sudah mengenakan seragam sekolahnya. Seperti biasa ia melangkah keluar apartemen menuju parkiran mobil.

Saat hendak menuju mobilnya, tiba - tiba sebuah mobil melaju melewatinya. Shane termundur beberapa langkah dan memandang ke arah mobil tersebut.

Rupanya mobil tersebut adalah mobil Camille.

"Astaga untung saja aku tidak ditabrak olehnya" laki - laki itu menggeleng dan segera masuk ke dalam mobil.

Hari ini adalah hari sabtu, tidak ada pelajaran selama satu hari full. Shane pun pergi ke sekolah hanya untuk menemui Edwin.

Laki - laki itu sudah sampai di ambang pintu. Matanya sudah mendapati Edwin yang duduk di depan tempat duduk Camille menghadap ke arah gadis itu.

Entah sudah berapa lama temannya itu ada di sana. Gadis itu bahkan menyadari kehadirannya di sana. Shane segera mengambil ponselnya dan mengetik pesan untuk Edwin.

'Aku sudah melihat video yang kau kirimkan, temui aku di taman belakang sekolah jika kau ingin mengetahui jawabannya' tangannya mulai menekan tombol kirim dan ia mulai beralih pada Edwin lagi.

Dilihatnya laki - laki itu sudah membuka ponselnya, sepertinya pesannya barusan benar - benar sampai. Edwin menoleh ke belakang dan menatap ke arahnya, kemudian ia beralih pada Camille lagi dan berdiri.

Shane langsung berbalik dan melangkah menuju taman belakang sekolah.

"Aku tidak ingin berlama - lama. Langsung pada intinya saja" Edwin sudah berdiri di depan Shane.

"Aku sudah melihatnya"

"Kau masih tidak merubah pikiranmu setelah itu?" Shane tidak menjawab.
"Aku mengalah karena kau temanku. Aku menyerah karena dia kekasih temanku. Aku bahkan mendukungmu. Aku memberimu kesempatan tak terbatas. Tapi aku tidak akan menahannya lagi. Kalau kau masih belum mengubah pikiranmu, aku akan meninggalkanmu sendirian Shane"

"Hmm. Tapi aku masih belum ingin bertemu dengannya. Kupikir kau akan mengerti karena kaulah yang berpikiran paling dewasa diantara kita bertiga"

Edwin tersenyum kecil. Ia mendekat ke arah Shane yang sudah tertunduk dan menepuk bahunya.

Diperhatikannya kedua mata temannya itu. "Kau menangis?" Edwin terkejut.

"Kau bicara apa?" kata Shane dengan perasaan malu karena ia tertangkap basah. Edwin tertawa pelan.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang