CHAPTER 45

3.9K 260 1
                                    


Edwin duduk diam di tempat duduknya. Ia menoleh sebentar ke tempat duduk Camille.

Kosong.

Gadis itu tidak masuk sekolah. Edwin sudah tahu pasti alasan gadis itu tidak masuk sekolah pagi ini. Sepertinya semalam ia juga masih menangis.  

Bel sudah mulai berbunyi. Tak lama kemudian Mr. Kyle pun masuk ke dalam kelas. Semua murid pun langsung diam dan mengikuti pelajaran.

Setelah dua jam pelajaran bel penggantian pelajaran mulai berbunyi.

"Silahkan tutup buku kalian dan pastikan minggu depan tidak ada yang absen karena akan diadakan ujian lisan. Camille Anderson? Apa ada yang melihatnya?"

Edwin mengangkat tangan dengan cepat.

"Dia sakit" katanya datar.

"Seminggu yang lalu dia bahkan sudah diperingatkan untuk terus mengikuti pelajaran ini. Kalian jangan ada yang melakukan hal seperti ini. Camille Anderson sudah terancam nilai karena izin beberapa waktu lalu" Edwin segera menoleh ke arah Shane dan menatap laki - laki itu tajam.

Kalau bukan karena si brengsek itu dia tidak mungkin akan terancam seperti ini, kata Edwin dalam hati.

Rupanya Jullian juga sudah memandang ke arah Shane duduk. Mereka berdua benar - benar mempunyai ikatan batin yang erat antara satu sama lain.

Setelah makan siang, Jullian dan Edwin mulai melangkah ke dalam kelas. Tiba - tiba di tangga menuju kelas, mereka berpapasan dengan Shane yang sudah membawa tasnya. Keduanya tidak bersuara saat mereka sedang berpapasan.

"Kau pikir siapa yang membuat gadis itu terancam nilainya? Edwin?" Kata Jullian dengan suara yang lumayan keras.

Sontak Edwin bisa melihat Shane yang berhenti melangkah. Ia beralih pada Jullian.

"Hmm? Entahlah, aku juga tidak tahu"
"Kau tidak tahu?" Jullian tertawa sinis.

"Dia meninggalkan ujian penting hanya untuk menjemput seseorang yang lebih penting baginya dibandingkan dengan sebuah nilai ujian sekolah. Dan kudengar laki - laki itu sudah terlihat bertingkah seperti bajingan saat ini. Oh aku lupa dia memang seorang bajingan, bukan? Dan bukankah ini belum jam pulang sekolah Edwin?"

Edwin melirik temannya yang masih diam di tangga. Kini Shane mulai berbalik dan memandang mereka.

"Apa kau tahu peraturan sekolah ini Ed? Ah aku lupa, kau kan merupakan anak konglomerat Edwin"
"Jull, hentikan"
"Astaga maaf - maaf. Maksudku pemusik terkenal hahaha"

Shane sudah mulai melangkah ke arah mereka.

"Ayo kita ke kelas saja, badanku terasa panas di sekitar sini" Jullian mulai merangkul Edwin dan mengajaknya pergi dari sana.

***

"Dia meninggalkan ujian penting hanya untuk menjemput seseorang yang lebih penting baginya dibandingkan dengan sebuah nilai ujian sekolah. Dan kudengar laki - laki itu sudah terlihat bertingkah seperti bajingan saat ini. Oh aku lupa dia memang seorang bajingan, bukan? Dan bukankah ini belum jam pulang sekolah Edwin?"

Shane mengepalkan tangan kanannya. Sudah jelas yang dimaksud Jullian adalah dirinya. Ia mulai berbalik.

"Apa kau tahu peraturan sekolah ini Ed? Ah aku lupa, kau kan merupakan anak konglomerat Edwin"

"Jull, hentikan"

"Astaga maaf - maaf. Maksudku pemusik terkenal hahaha" Shane mulai melangkahkan kakinya mendekati kedua temannya itu. "Ayo kita ke kelas saja, badanku terasa panas di sekitar sini" langkahnya terhenti.

PAYBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang