✧☂︎|14

89 10 1
                                    

Sudah hampir masuk ke pertengahan tahun 1985-an, disaat semesta menemukan keduanya di bawah hujan. Dimana seorang gadis yang berikhtiar untuk menghabisi riwayat hidupnya dengan cara tragis dan disitulah seseorang yang ditakdirkan untuk menjadi hero cerita hidupnya. Ditakdirkan bertemu dan saling jatuh cinta pada pandangan pertama - namun ternyata ada tali takdir yang menghentam rasa.

Dimana keduanya mungkin memilih untuk berpisah tanpa memulai sesuatu hubungan demi agama mereka. Atau mungkin, salah seorang diantara mereka ditakdirkan untuk berkorban akan agamanya. Bisa jadi, cinta bukanlah segalanya tetapi agama adalah segalanya bagi sebuah tiang kehidupan.

Kota Sandakan 1985 - kota dimana rakyatnya berbilang. Kota yang pernah dijuluki sebagai kota yang mirip dengan Bandar Hong Kong. Terdengar tidak logik, namun itulah hakikatnya.

Kota yang terletak tepat disebelah pantai timur Borneo. Menyimpan sebuah kisah yang belum terbongkar buat seseorang.

Setelah berminggu dia menanti Hanastasia, tetapi gadis itu masih belum kunjung tiba. Bukankah sudah dijelaskan jika dia ingin mengenali Hana lebih lanjut - bahkan harus menumpah air mata lelakinya namun mengapa Hana sepertinya bertingkah tidak sudi ?

Bahkan, jika mereka terserempak - Hana laju sahaja pergi. Malah, terus menghilangkan diri dari benak mata Andika. Sulit sekali hendak memahaminya. Andika yang sudah pasrah menghempaskan buku ke atas meja sesaat memikirkan sifat Hanastasia yang semakin menjauhinya kebelakangan ini.

" Apa ? Tidak cukup lagikah dengan semua ini Andika. Sudah terbukti aku tidak pantas untuk kau. Bahkan, semesta sahaja menentang aku untuk mencintai kau. Apa kuasa kita untuk melawan takdir, Andika ? Apa ?"

" Pergi dari sini dan jangan pernah muncul lagi."

Itulah akhir dari aksara terluka yang masih tersimpan oleh Andika. Dia sendiri tidak pernah menduga jika Hanastasia bisa merasakan hal yang sama sepertinya. Sedangkan Hana adalah sosok awal yang mula terjatuh dalam kehangatannya.

Kepalanya ditundukkan sambil kedua tangan kemas menahan sisi tengkoraknya. Kelopak mata dikatub rapat. Hingga dia bisa membayangi semula wajah Hanastasia yang memintanya pergi.

" Ya Tuhan, jika sebegini sakitnya harus menaruh rasa pada dia, mengapa harus Engkau menakdirkan kami jatuh cinta di jalan yang tidak tepat ?"

Andika bergumam dalam semesta bisunya. Dia kembali mendongak apabila merasakan seseorang sedang mendekatinya. Lelaki itu kemudiannya bersandar menampakkan netra kecoklatan emas itu penuh kekecewaan.

" Assalammaulaikum wbt."

" Waalaikumussalam wbt." Andika menjawab tanpa menatap empunya suara. Dia tahu suara siapa yang sedang memberi salam kepadanya. Hingga empunya suara duduk dihadapan bersama Ali.

Hasan mendaratkan buku-bukunya keatas meja.

Kemudian, menyenggol siku Ali. Lelaki itu kemudiannya melirik ke arah Andika usai mendapat signal dari Hasan. Tidak semena itu, Hasan tertawa kecil membuatkan Andika menatapnya kehairanan. Begitu juga, Ali yang masih bingung dengan tingkah Hasan.

" Kenapa kau ketawa ? Tiada siapa buat lucu di sini." Jelas Ali sambil membaiki postur dudukkannya. Hasan turut sama. Dia menyandarkan tubuhnya lalu menaikkan kaki kanannya diatas paha kiri.

" Andika ditolak oleh Hana. Betul bukan Andika ?" Balasnya membuatkan Andika kaget. Lelaki itu sempat menatap ke arah Ali - namun sayang Ali sekadar mengangkat bahu. Tidak tahu menahu dengan apa yang dibicarakan oleh Hasan.

Bahkan, soal kejadian tempoh hari juga, dia tiada keberanian untuk menyampaikannya kepada Hasan - memandangkan lelaki itu tiada berbicara apa-apa.

✧☁☂︎

BORNEO UNTOLD STORY [ C ]Where stories live. Discover now