Semesta yang awalnya buruk untuk dilalui oleh Hanastasia sendirian - kini berubah menjadi nafas baru buat dia. Bahkan, setelah kepergian Janice - sang Ibu, Tuhan mengirimkan Andhi kepadanya. Hana melirik ke arah batu nisan. Wajahnya sudah cukup membuktikan betapa bezanya kehidupan yang dilalui sebelumnya.
Hana bingkas dari dudukkannya. Sejenak, dia mengusap lembut batu nisan Janice sebelum meminta diri. Siapa yang bisa menduga takdir Allah yang Maha Kuasa - dari seseorang yang tidak lepas dari tabiat minum dan kini dengan tenangnya bertemu Illahi dalam pelukan agama Islam.
Bukannya, di agama sebelum ini kehidupan sangat tidak berpihak kepada mereka selalu. Tetapi, setiap manusia sentiasa diuji dengan kemampuan mereka. Apapun agama yang dimiliki oleh seseorang, bukanlah itu suatu alasan mengapa ujian selalu ditindih buat mereka. Tetapi atas kehendak Tuhan untuk melihat sejauh mana kau mencintai Dia.
Bahkan Hanastasia sendiri tidak pernah menduga jika Ibunya ingin memeluk agama Islam bersamanya waktu itu. Mendengar bicara Ibunya yang penuh yakin ingin melafazkan kalimah syahadah serta merta membuatkannya terharu tidak terkata.
Mungkin segala keburukan dan kejelekan jalan hidup mereka sebelumnya telah dibayar dengan nikmatnya kehidupan sebagai seorang mualaf.
Hana mencetak langkah berhati-hati.Setibanya sahaja tepat dihadapan pagar utama Tanah Perkuburan Islam - Hana sengaja mematikan langkahnya. Dia memerhatikan tingkah Andhi yang sedang tertawa bermain bersama Andika. Perlahan, dia menguntum senyum.
Sejujurnya, tidak pernah lagi dia bisa mendengar ketawa besar Andhi selama hidupnya bersama si kecil. Dahulu, Andhi hanya anak kecil yang sering berdamping dengannya. Terkadang dia bisa bertingkah manja dan lucu tetapi ada waktunya dimana dia menyedari betapa sedih kisah hidupnya dimana Hana ternyata bukan Ibu kandungnya.
Namun, dari awal Hana menemuinya - sudah jelas dia begitu mencintai Andhi seakan anaknya sendiri. Dia tidak pernah mahu menyembunyikan kebenaran itu kepada Andhi- kerna mengetahui sesuatu dari mulut orang lebih pedihnya dari keluarga sendiri.
Tanpa sedar, tubir matanya sudahpun menjatuhkan airmata. Sungguh terharu melihat Andhi bisa tertawa sedemikian. Tetapi tidak lama, usai dia menyedari Andika adalah milik orang. Dan itu mungkin akan menyakiti Andhi jika mengetahui Andika memiliki keluarga lainnya.
Hana menyeka baki air mata lalu kembali mendekati keduanya. Dia menguntum senyum sesaat menapak menghampiri mereka. Andika membalasnya.
" Sudah ? Jika begitu jom kita pergi makan." Ajak Andika sambil mengangkat tubuh mungil Andhi naik ke dalam dakapannya.
" Andika, terima kasih sebab kebelakangan ini kau selalu ada waktu untuk Andhi. Mungkin sudah cukup untuk hari ini. Kami berdua pulang dengan bas sahaja. Maaf menyusahkan kau selama ini." Jawab Hana lalu membawa Andhi kembali ke dalam dakapannya.
Andika menahannya. Lalu, menarik Andhi masuk ke dalam dakapannya. Hana mengerut kehairanan. Dia hanya memandang sosok belakang Andika yang membawa Andhi masuk ke dalam perut kereta. Sempat dia membicarakan sesuatu kepada si kecil sehingga membuatkan anak kecil itu mengangguk sambil tetawa manis. Usai sahaja, dia datang semula ke arah Hana.
" Aku hantar. Aku sudah berjanji dengan Andhi mahu keluar pergi pantai hari ini." Jelasnya.
Hana menatap ke arah dalam kereta. Andhika - si kecil itu sedang tersenyum sambil memegang mainannya yang diberikan oleh Andika beberapa hari yang lalu. Dia menatap semula ke arah Andika.
" Baiklah. Lepas itu hantar dia pulang ke rumah. Aku pulang naik bas sahaja." Balas Hana lalu cuba berlalu pergi. Andika mengeluh pendek. Dia memandang Hana yang tidak berapa jauh darinya. Berlari kecil lelaki itu dan segera membentengkan dirinya dari jarak Hana. Hanastasia segera mematikan langkahnya. Menatap Andika dengan wajah terkejutnya.
YOU ARE READING
BORNEO UNTOLD STORY [ C ]
RomantikAndika Noh - seorang mahasiswa Pengajian Islam yang berimpian besar untuk meneruskan budaya keluarga sebelah Ayahnya iaitu menyambung pelajaran ke Universiti Al-Azhar di Mesir. Namun segalanya tidak berjalan sesuai ekspetasi malah takdir menjadikann...