Kedua jasad itu masih diam berdiri - menatap antara satu sama lain. Sedikit pun tidak beranjak keluar dari garisan jarak antara mereka. Andika yang tadinya penuh semangat menyatakan jika dirinya adalah milik seorang Hanastasia - kini terpaku bagaikan jasadnya membeku oleh salju. Dia menatap Hana lama.
Setelah berpulas mengumpul keberaniannya.
" Mengapa kau pergi temu janji tu ? Bukankah aku sudah kata jika aku ingin mengenalimu ?" tanyanya dengan intonasi yang datar sambil kepalanya jatuh menatap bumi. Hana yang mendengar bait bicara itu berlepas mula mendongak.
" Aku pergi kerna merasakan cintaku tidak akan kesampaian. Lagipula bukankah kau ingin mengenaliku hanya sebatas seorang rakan ?" balas Hana meskipun dia cuba menahan rasanya yang sudah tahu bagaimana perasaan Andika terhadapnya.Mungkin selama ini hanya dia yang merasakan kehangatan dek perbuatan Andika.
Andika mengangkat pandangan. Kini, dia tidak merasa gentar lagi untuk menatap wajah itu. Dia menggempalkan seluruh kekuatan yang dia punya dalam genggaman. Tidak mahu membuang waktu lagi dengan persoalan-persoalan dalam benaknya.
" Aku suka kau, Hana." Ucapnya.
" Aku tahu ini sungguh melukakan kita berdua, tetapi tolong...tolong beri aku peluang untuk cari cara untuk kita..." Jelas Andika dengan nadanya penuh harapan. Kepalanya kembali jatuh menatap tanah - pabila bicara tersangkut. Sungguh dia juga bingung cara apa dan bagaimana untuk mereka mencuba.
Hana termangu. Sejujurnya dia merasa terharu dengan luahan ringkas itu. Dia menyedari jika kedua mereka benar-benar saling jatuh cinta. Bukannya bertepuk sebelah tangan.
Tetapi mengingatkan perjodohan Andika bersama seorang ustazah - bukankah itu sudah melampaui batas jika dia harus merebut lelaki itu dari seseorang yang lebih memahami agama dan sempurna buat Andika.
" Bukankah agamamu melarang untuk bersama perempuan bukan muslim ? Bahkan..." Hanastasia tidak mampu mengungkapkan perjodohan itu. Hati perempuannya benar-benar dihimpit rasa bersalah. Dia tidak mahu Andika pergi tetapi apa hak yang dia punya untuk menidakkan perjodohan tersebut.
Andika mendongak sejenak. Wajah Hanastasia dilihat. Gadis itu sedang menahan tangis. Dia mengigit bibir sambil tangannya erat menggenggam kain gaun.
" Aku tahu kau juga sudah dijodohkan dengan seorang ustazah." Balas Hanastasia dengan getaran nadanya.
Untuk pertama kalinya, dia bisa merasakan sebuah kehangatan yang diberikan Andika diawal pertemuan sehingga kini. Kehangatan yang tidak pernah dia rasai selama kehidupannya.
Apatah lagi, pertemuan itu membuatkan Hanastasia semakin berharap Andika bisa mengubah dunianya. Bisa memberikan apa yang tidak pernah dia rasakan dari keluarga kecilnya.
Andika mencetak satu langkah di hadapan Hana. Sedikit terkejut sesaat Hana membicarakan soal perjodohan yang sebenarnya tiada dia sampaikan kepada seisapa. Sekali lagi, pandangan itu jatuh. Penumbuk dia genggam seeratnya.
" Darimana dan apapun khabar yang kau terima dari orang-orang tentang aku, itu tidaklah benar melainkan aku bicarakannya sendiri. Ya benar apa yang kau katakan tentang perjodohan itu, tetapi aku menolaknya." Jelas Andika kepada Hana yang sudah merasa kaget dengan penjelasan itu.
" Mengapa ?" Tanya Hanastasia. Andika mengheret senyum kecil. Untuk kali pertamanya, dia bisa menatap netra indah yang dimiliki oleh gadis tersebut.
" Aku menolaknya kerna aku ingin memilikimu Hana. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku disaat awal aku menatap teduhnya matamu yang penuh kekecewaan. Dan aku ingin menyempurnakan separuh dari agamaku- mencintaimu dan hidup bahagia bersama kau." Tambah Andika.
YOU ARE READING
BORNEO UNTOLD STORY [ C ]
RomanceAndika Noh - seorang mahasiswa Pengajian Islam yang berimpian besar untuk meneruskan budaya keluarga sebelah Ayahnya iaitu menyambung pelajaran ke Universiti Al-Azhar di Mesir. Namun segalanya tidak berjalan sesuai ekspetasi malah takdir menjadikann...