👑
Halamara terbangun dengan rasa sakit luar biasa di pangkal pahanya. Lembab di sana sama menyiksanya dengan sembab di mata wanita itu.
Ia tak tahu kapan menangis, tapi rupanya penderitaan semalam telah menghanguskan kekuatan yang selama ini dikumpulkan mati-matian.
Wanita itu meringis, berusaha untuk duduk. Tubuhnya telanjang karena gaun pengantinnya dibuka paksa dan tercabik di lantai.
Gaun itu sangat indah. Berwarna putih menempel di tubuhnya yang ramping. Kini kain itu menjadi tak berharga sama seperti dirinya.
Halamara bukan seorang pengantin, tapi budak yang digagahi hingga tak sadarkan diri. Tubuh dan hatinya hancur menjadi kepingan tak berbentuk saat menyadari lelaki yang selama ini dipujanya, menganggap Halamara tak lebih dari seorang pelacur.
Semalam kaki tangannya terikat dan Lagahark menyetubuhinya penuh kebencian. Halamara tahu lelaki itu mabuk. Mimpi Halamara tetang wajah bersemu, kecupan malu-malu dan bisikan cinta tentang malam pengantinnya berubah seperti pohon mati di musim dingin.
Pintu masuk terbuka dan empat orang wanita berpakaian pelayan masuk. Mereka adalah dayang semalam. Mereka tampak terkejut menemukan Halamara yang hanya menatap kosong ke arah kain penutup ranjang yang ternoda darahnya.
Salah satu dari mereka berusaha mengajak Halamara berbicara, tapi wanita itu hanya bungkam.
Mereka kemudian membantu Halamara untuk membersihkan diri. Berendam dalam air bunga-bunga yang aromanya tercium begitu harum.
Halamara membiarkan kulitnya digosok dengan lembut dan rambutnya diberi wewangian.
Luka di pergelangan tangan dan kakinya diberikan ramuan yang ditumbuk berwarna kehijauan, sebelum kemudian ditutupi dengan gaunnya.
Semalam, lelaki itu bersumpah akan kembali. Untuk menyiksa dan memberikan Halamara mimpi terburuk setiap pengantin perempuan. Menciptakan neraka karena wanita berani menjebaknya dalam pernikahan yang dianggapnya terkutuk ini.
Namun, hingga fajar menjelang, lelaki itu menghilang. Kemana dia?
"Dimana Yang Mulia?" tanya Halamara dengan tatapan tertuju pada kelopak bunga berwarna merah yang mengapung di atas permukaan air. Warna itu mengingatkannya pada merah disekujur tubuhnya ketika lelaki itu menggagahinya.
"Maaf, Yang Mulia. Kami ...."
"Katakan. Dimana dia? Aku tahu dia tak kembali semalam."
Keempat pelayan itu saling bertatapan hingga salah satunya yang bertugas membuka suara. "Paduka berada di tenda Selir Clane."
Halamara menelan ludah, tatapannya berembun. "Siapa Clane?"
"Beliau adalah kesayangan, Paduka. Wanita yang menemani malam-malamnya."
Halamara berjuang agar embun itu tak menetes. Ternyata lelaki itu salah. Dia tak harus kembali untuk menciptakan neraka bagi Permaisurinya.
"Oh ...." Halamara berusaha agar suaranya tak bergetar. Ia menelan ludah sebelum berkata, "Bisakah kalian meninggalkanku, sebentar saja."
"Paduka sudah menunggu, Yang Mulia."
"Hanya sebentar."
"Baik, Yang Mulia."
Ketika para dayang itu pergi. Halamara membekap bibirnya dengan telapak tangan, berusaha agar isakannya tak terdengar.
Ini adalah penderitaan dalam tingkat yang sangat berbeda dari yang mampu Halamara tangani. Perempuan lain. Sesuatu yang tak pernah berani Halamara bayangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
FantasyHalamara tahu bahwa dirinya adalah persembahan. Seseorang yang harus berdiri di garda terdepan dan masuk ke dalam benteng musuh untuk menyelamatkan kepala sang ayah. Dia ratu dengan mahkota juga kebencian mendalam dari lelaki yang menjadi suaminya...