Yuhuu apdet kitah hahahah ... mana suaranyaaaa ? Mana suaranyaaaa??? Wkwkkwkw👑
Halamara langsung menutup buku yang baru ditulisnya saat penjaga mengumumkan kedatangan sang kaisar. Wanita itu berusaha keras agar tetap tampak normal ketika Lagahark memasuki kamarnya.
Sang Permaisuru tengah menyusun ulang apa yang dibacanya di perpustakaan dalam. Pohon para klan. Skema rumit dengan nama-nama yang ratusan tahun sebelum Halamara lahir. Kecerdasannyalah yang membantu wanita itu hingga tak terlalu kesulitan menghapalnya, meski tentu saja ia harus berusaha keras untuk mengingat. Dan kedatangan Lagahark tak membantu sama sekali.
Wanita itu tak bisa menyelesaikan urusannya dengan keberadaan sang suami. Lagahark bahkan tak boleh mengetahui tentang hal ini.
Halamara memberi hormat pada Lagahark. Seperti biasa, ia menolak menatap mata sang kaisar. Mata Lagahark adalah kelemahan Halamara. Begitu biru, begitu tenang, begitu mampu menenggelamkan. Dan Halamara sudah memutuskan untuk tidak tenggelam di sana. Karena tak ada siapapun yang bisa menolong apalagi menyelamatkannya setelah itu. Halamara hanya bisa menyalamatkan diri dengan cara menjauhi mata Laghark.
Ia sudah tahu pada siapa hati sang kaisar ingin terarah. Bersama siapa lelaki itu menumpahkan keletihannya. Halamara tak ingin lagi mengemis pada Lagahark. Ia tak juga mau menimbulkan konflik dengan lelaki itu.
Kini Halamara merasa keberadaannya bagi Lagahark, adalah bentuk dari hukuman. Dulu, mungkin cinta lelaki itu masih tersisa, tapi kini, Halamara tak meyakininya lagi. Setiap manusia hanya memiliki satu hati, lalu bagaimana mungkin ada cinta yang bisa terbagi?
Lagi pula Lagahark sudah terang-terangan menunjukkan kebencian. Dan Halamara disakiti berkali-kali. Tak ada yang tersisa dari mereka kini. Halamara harus berdamai dengan kenyataan getir itu.
Jadi, karena telah sadar bahwa cinta dan harapannya telah mati, Halamara tahu harus segera menyelesaikan segala urusannya di negri barat. Ia tak memiliki pegangan lagi untuk ingin mewujudkan mimpi indahnya di masa lalu. Cinta tak lagi menjadi tujuan Halamara kini.
Halamara hanya berdiri diam di hadapan Lagahark. Ia tak bergerak ataupun berbicara. Halamara hanya ingin pertemuan ini segera usai. Lelaki itu menyetubuhinya lalu meninggalkannya seperti biasa.
"Sampai kapan kau akan melakukan ini?"
Pertanyaan Lagahark terpaksa membuat Halamara menatap mata lelaki itu. Dan ia langsung merasakan serangan nyeri yang dahsyat. Mata biru itu pasti sering menatap Clane penuh kasih. Berbeda dengan tatapan yang diberikan pada sang ratu.
"Aksi tutup mulut dan menghindariku. Sampai kapan?" tanya Lagahark lagi.
Namun, Halamara bergeming. Lagahark maju hingga jarak mereka terpangkas. Saat lelaki itu hendak menyentuh dagunya, Halamara berjengkit mundur tanpa sadar.
Nuka dan segala yang dikatakannya pada Halamara, nyatanya berhasil mempengaruhi wanita itu. Membayangkan Clane menghabiskan malam dengan Lagahark, membuat Halamara mual. Hingga ketika lelaki itu hendak menyentuhnya, dorongan untuk menjauh terasa tak tertahankan.
"Jadi kini kau juga menolakku, Ratuku?"
Halamara memejamkan mata saat Lagahark menjepit dagunya dengan ibu jari dan telunjuk.
"Buka matamu, Halamara. Katakan, mengapa kamu melakukan ini padaku?"
Kata-kata itu, suara itu ... terdengar begitu letih. Sesuatu yang dilakukan Lagahark untuk meluluhkannya. Namun, Halamara tidak lagi senaif dulu. Ia bukan lagi wanita yang membiarkan perasaan menang di atas segalanya. Karena Halamara tahu, bahwa segera setelah dirinya melemah, Lagahark akan menginjak-injak perasaan yang telah berusaha dijaganya setengah mati agar tak merasa sakit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
FantasyHalamara tahu bahwa dirinya adalah persembahan. Seseorang yang harus berdiri di garda terdepan dan masuk ke dalam benteng musuh untuk menyelamatkan kepala sang ayah. Dia ratu dengan mahkota juga kebencian mendalam dari lelaki yang menjadi suaminya...