👑
"Pesta itu harus dilaksanakan."
Lagahark yang masih terpaku, hanya mampu menatap ibundanya.
Mendengar semua yang dikatakan Ibu Suri membuat lelaki itu seperti sedang bermimpi. Mimpi yang sangat aneh dan seharusnya tak terjadi.
Setelah begitu banyak malapetaka yang dialami, apa yang disampaikan sang Ibunda adalah sesuatu yang tak bisa dicerna akal Sang Kaisar.
Clane hamil. Bagaimana bisa?
Keheningan panjang kembali mengisi jarak di antara mereka. Beruntung baik Kaisar dan Ibu Suri memiliki waktu sepanjang malam untuk membahas hal ini.
Sepeninggal Ranard, baik Kaisar maupun Ibu Suri tahu bahwa apa yang ada di kepala mereka, hanya bisa dikeluarkan hanya pada satu sama lainnya.
Mereka tengah menghadapi sesuatu yang besar. Kelicikan brutal yang telah membuat Lagahark kehilangan kepercayaan hampir pada semua orang.
Kini, apa yang disampaikan Ibu Suri menambah luka di hati Lagahark. Lelaki itu masih berharap ini sekedar halusinasi. Karena Clane harusnya tak terlibat apa pun dalam hal ini. Wanita itu tak boleh masuk dalam lingkaran setan yang telah menjebak Lagahark sedemikian rupa.
Suara teh yang dituang ke dalam cangkir mengisi udara. Aroma harum Kamea menyebar. Malam memang telah menua, tapi kali ini Sang Kaisar tak melarang sang Ibu meminum teh itu karena sungguh dirinya juga butuh.
"Ibunda sudah menurutimu dengan memilih bungkam pada Permaisuri. Tak mengatakan apa pun tentang apa yang telah kau ketahui dan serta apa yang tengah dilakukan Panglima Besar. Namun, kehamilan Clane tak bisa disembunyikan terlalu lama. Dinding istana tak sekokoh yang kita kira untuk menyembunyikan kabar semacam ini. Klan Bronaz akan menganggap ini sebagai anugerah sekaligus kesempatan yang tak akan datang dua kali. Dan melihat jejak yang telah terjadi, apa pun bisa terjadi di belakang kita. Dan usahamu untuk melindungi Permaisuri akan sia-sia setelahnya. Kekuasaanmu mutlak, Putraku. Namun, kau perlu mengingat, para Lord pun memiliki kekuasaan. Takhta selalu menjadi tempat manis yang ingin dikerubungi. Sejarah telah mencatat bagaimana aliansi bisa terbentuk begitu hebat ketika beberapa orang memiliki ambisi yang sama."
Ibu Suri meletakkan teh di depan Sang Kaisar kemudian berkata, " Mereka tentu tak mampu menyentuhmu, tapi Permaisuri yang telah kehilangan calon putra mahkota adalah sasaran yang sangat empuk. Terlebih ketika selirmu kini sedang mengandung. Clane tak akan lagi dipandang sebagai salah satu wanita pengisi istana selir, dia akan menjadi bidak untuk menyingkirkan Permaisuri dalam papan permainan ini."
"Clane hamil?"
Ibu Suri memelototi putranya. Dari sekian panjang penjabaran yang diberikannya tentang rencana mereka, Lagahark malah masih terus mengulangi pertanyaan yang sama tentang kehamilan sang selir. Apa perkataannya kurang jelas?
"Jangan senang dulu, Paduka. Janin di perut Clane belum tentu adalah hadiah dari Dewa karena kau baru saja kehilangan anak dari Permaisuri." Ibu Suri meletakkan cangkir tehnya. Putranya terbiasa bersikap tenang dan bijaksana, tapi kali ini Lagahark tampak seperti orang linglung. "Tentu saja wajar jika kau, Putraku bahagia. Memiliki seorang anak pasti membahagiakan. Anak-anak tak berdosa. Mereka tak bisa menanggung kesalahan orang tua mereka. Namun, Putraku, di satu sisi kau harus tetap memikirkan tentang Permaisuri. Perasaannya. Dia tengah berkabung. Jika sampai mendengar tentang kehamilan Clane, Ibu tak bisa membayangkan seberapa hancur perasaan Permaisuri."
"Bagaimana bisa Clane hamil?"
"Tentu saja bisa. Kau meniduri-" Kalimat Ibu Suri terhenti. Dia kini memandang dengan seksama sang putra yang menatapnya penuh kebingungan. "Katakan jika itu tak benar?" tanya Ibu Suri dengan suara makin rendah. Ada rasa senang yang mencoba ditekannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
FantasyHalamara tahu bahwa dirinya adalah persembahan. Seseorang yang harus berdiri di garda terdepan dan masuk ke dalam benteng musuh untuk menyelamatkan kepala sang ayah. Dia ratu dengan mahkota juga kebencian mendalam dari lelaki yang menjadi suaminya...