Persimpangan

12.8K 2.2K 154
                                    

Apdet sayahh. Itu karena hidup hamba sepi tanpa jemaah wkwkkwkw.

Btww moon maap lahir bathin yess senoritah.🙏🙏🙏





👑




Sasyira menghentikan kudanya. Dia melakukannya dengan lembut untuk mencegah hewan itu meringkik. Mengendalikan kuda bukan hal sulit untuknya. Dia telah menguasai dan terlatih menghadapi hewan sejak kecil.

Bukan tanpa alasan gadis berambut merah itu harus menghentikan kudanya setelah melewati desa terakhir sebelum mencapai hutan. Telinganya yang awas bisa mendengar suara langkah beberapa kuda dan roda kereta dari kejauhan. Ini adalah sesuatu yang memberinya pertanda.

Desa di depan sana berjarak sangat jauh, tapi sama sepinya dengan desa terakhir. Pos penjaga di sana kosong saat Sasyira melintas tadi.
Para penjaga harusnya berada di sana, berjaga sepanjang malam. Namun, rupanya anggapan bahwa daerah itu tak akan dilintasi orang sembarangan telah membuat para penjaga lengah. Sungguh, Sasyira meyakini bahwa penjaga semacam ini harus ditertibkan.
Meski di satu sisi dirinya tahu bahwa para penjaga semacam itulah yang membuatnya berhasil lolos.

Sasyira membelai leher kudanya, berterima kasih karena hewan itu begitu penurut. Meski Dongah mengatakan bahwa hewan itu masih liar karena belum terlatih, nyatanya si tangan Sasyira kuda itu begitu tenang.

Dongah selalu bisa diandalkan. Meski bagi sebagian orang lelaki itu tak berguna.

Dia akhirnya memilih memasuki hutan, lebih ke dalam dan terus menenangkan kudanya agar tak bersuara. Bagian hutan ini memang tak semencekam bagian yang lain. Auranya pun tak segelap yang dikunjungi Sasyira tadi. Namun, gadis itu harus memastikan bahwa kudanya tak menimbulkan suara yang akan membuat keberadaan dirinya terungkap.

Seorang gadis, di tengah malam berkuda dalam kegelapan hutan perbatasan. Meski memiliki hubungan khusus dengan para dewa, tak ada jaminan Sasyira akan selamat jika bertemu orang jahat.

Iya, sayangnya meski bisa melihat kilasan masa lalu atau masa depan, Sasyira buta pada takdirnya sendiri. Para Dewa tampaknya lebih suka melihat Sasyira tak mengetahui apa pun yang akan terjadi pada dirinya di masa depan.

Sasyira kemudian mengendap-endap dan bersembunyi di balik pohon. Sasyira mengintip ke jalanan sepi dan gelap itu, hingga dirinya melihat segerombolan lelaki melintas. Beberapa kuda dan sebuah kereta. Cahaya bulan yang temaram tak menghalanginya untuk bisa melihat pakaian dan menghapal penampilan mereka.

Kelompok penjahat.

Sasyira mengenali mereka. Meski gerombolan kali ini tampak lebih berbahaya dari yang biasa dirinya lihat. Bekerja di sebuah kedai minuman yang didatangi berbagai kalangan, membuat Sasyira mengenal banyak orang.

Sasyira tahu bahwa gerombolan itu tidak berasal dari Negeri Barat. Dan alasan mengapa orang meninggalkan Negeri Barat dari jalur rahasia itu. Jika bukan sebuah rahasia, maka itu adalah kejahatan. Dan gerombolan itu tampaknya memiliki dua alasan tersebut.

Sasyira jadi mengingat tentang cerita yang tersebar dalam perjalanannya menuju perbatasan itu. Berita tentang Permaisuri yang bisa membunuh hewan buas.

Kabarnya hewan itu tak pernah terlihat di Negeri Barat. Hewan itu tak berasal dari negeri Sang Kaisar.

Hokra.

Sasyira langsung bisa menduganya. Karena dari berita yang tersebar dan ciri-ciri hewan itu, dia bisa menebaknya. Dulu, Krannya tua itu pernah menunjukkan salah satu mayat Hokra yang diawetkan di dalam gua pemujaan dekat gunung es.

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang