Selamat natal buat teman-teman yang merayakan. Apdetan ini buat kalian.Maaf ya pendek, Inak nungguin bocil bobok dulu baru bisa nulis. Hehe
****
Butuh waktu sedikit lebih lama bagi Halamara untuk mengumpulkan kekuatannya lagi. Perlahan, wanita itu mulai mengenakan pakaiannya.
Sang Kaisar tak menginjak-injak harga dirinya, tapi Halamara-lah yang menginginkan lelaki itu lepas kendali. Siasatnya berhasil. Jika membiarkan pasukannya dengan milik Sang Kaisar berhadapan, maka kebinasaan adalah hasil mutlak yang akan diterima Kranny.
Halamara tak bisa membiarkan itu. Jadi, ia menjadikan dirinya sebagai umpan sekaligus anak panah yang mengenai sasaran.
Dia dan Sang Kaisar memiliki sejarah. Lelaki yang terkenal sangat bijaksana dan baik hati itu dulu memilih menerima saran Ibu Suri untuk menjadikan Halamara sebagai yang teristimewa.
Hubungan baik yang terjalin selama ratusan tahun dari keluarga mereka, sejak daratan itu mengakui dinasti, membuat Halamara menjadi kandidat terkuat sebagai calon permaisuri Sang Kaisar. Terlebih mereka sering berkirim surat. Burung merah Kranny dan burung hantu putih milik Sang Kaisar membawa kata-kata indah dan banyak kisah saat mereka tidak bersama.
Surat-surat itu masih tersimpan dalam kotak emas di lemari gaun Halamara. Sesuatu yang membuat Halamara berani mendatangi Sang Kaisar. Dugaannya tepat, meski menyimpan amarah yang menyala, Sang Kaisar tak serta merta mampu menanggalkan semua perasaan masa lalunya untuk wanita itu.
Pintu masuk tenda terbuka bertepatan dengan Halamara yang baru selesai mengenakan pakaiannya. Kaisar meninggalkannya, tak ada kejelasan dari sikap lelaki itu, tapi yang pasti penyerbuan tak akan terjadi hari ini. Halamara akan menjadi mayat jika sampai pasukan Negeri Barat melepaskan anak panah. Itu sumpahnya, dan Halamara tahu Kaisar tak akan mengujinya lebih jauh dari ini.
Pria yang sangat dikenal Halamara, kini berdiri di depannya. Memberi hormat berlebihan dengan seringai yang jelas ingin mengejek keberadaan gadis itu. Halamara tahu bahwa Sang Panglima Besar dipastikan memahami apa yang terjadi saat melihat tumpukan pakaian Halamara tadi.
"Hormat hamba pada calon permaisuri dari segala negeri. Halamara putri Raja Hammond. Yang Mulia pemimpin Negeri Merah termasyhur."
Halamara mengepalkan tangan, berusaha agar tak terpancing. Panglima Besar Negeri Barat adalah sosok yang sama terlukanya dengan Sang Kaisar. Lelaki yang dulu suka tersenyum itu memiliki tangan besi saat ini karena rasa sakit yang tak bisa terbalaskan pada orang yang pantas menerimanya.
Tentu saja, Halamara kembali menjadi sasaran anak panah. Namun, ia sudah belajar dan terlalu cerdas untuk membiarkan emosinya terbaca.
Jadi, alih-alih terlihat terluka, Halamara menerima penghormatan itu dengan sikap anggun dan ucapan terima kasih atas selamat yang diberikan. Sesuatu yang menimbulkan kedutan di mata Sang Panglima Besar.
"Tuan Putri pasti bangga telah berhasil berada di titik ini. Sejujurnya hamba pun tercengang."
"Aku tak mengerti maksudmu, Panglima Besar."
"Tidak mengerti, atau tak mau mengerti?"
"Aku tidak mengulang jawabanku."
Lelaki itu menyeringai. "Harusnya hanya karena Tuan Putri membuka pakaian tak akan membuat Paduka selemah ini bukan? Tekadnya sudah bulat untuk menghancurkan negeri ini saat meninggalkan istana."
"Paduka adalah pelindung. Yang Mulia lebih tahu bahwa menghancurkan bukan hal yang dilakukan pelindung."
"Dan semua itu karena Anda!"
Halamara tetap berusaha terlihat tenang melihat pergolakan emosi lelaki di depannya. "Haruskah aku tersanjung atas pujianmu, Panglima Besar?"
"Saya tidak sedang memuji. Tuan Putri tidak pantas berada di sini dan melakukan semua ini."
"Kenapa tidak?"
"Negeri ini pantas binasa!"
"Kenapa? Kenapa negeri ini, rakyatku, orang-orang yang tak bersalah dan tak berdaya itu harus binasa atas perbuatan yang tidak mereka lakukan. Kau melakukan semua ini karena cinta, maka aku pun melakukan hal yang sama. Aku mencintai rakyatku dan akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan mereka." Halamara maju selangkah, menatap Sang Panglima Besar dengan keteguhan di matanya. "Dalam perang tentang cinta, bahkan dosa pun bisa diterima. Mundurlah, Panglima Besar, kau tak pernah kuanggap musuh, dan aku bukan lawanmu."
Tbc
Love,
Rami
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
FantasiHalamara tahu bahwa dirinya adalah persembahan. Seseorang yang harus berdiri di garda terdepan dan masuk ke dalam benteng musuh untuk menyelamatkan kepala sang ayah. Dia ratu dengan mahkota juga kebencian mendalam dari lelaki yang menjadi suaminya...