👑
Clane menatap pada dayang kepercayaannya yang baru saja melapor. Dia mendengar dengan seksama setiap kata yang meluncur. Sungguh sang selir sudah menunggu sangat resah sejak berita tentang kepulangam rombongan perburuan iti tersebar.
Clane tak tahu apakah harus bahagia karena kepulangan Lagahark yang lebih cepat. Karena selama lelaki itu tak di istana, sang Selir merasa sepertu orang yang paling kesepian di dunia.
Apa yang dialami ratu telah menjadi buah bibir dan meledak di seluruh kalangan. Kekaguman dan rasa kasihan melunturkan kecurigaan dan rasa benci mereka pada Halamara. Sang Permaisuri kini tak lagi dicap sebagai benalu dan perempuan negri merah yang tak tahu malu.
Clane tak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi. Mengapa secepat itu semua orang melupakan apa yang pernah dilakukan kakak Halamara. Amala belum meninggal terlalu lama, lalu mengapa Halamara bisa diterima secepat ini.
Di satu sisi, Sang Selir harus mengakui kehebatan Permaisuri Halamara yang berhasil membunuh makhluk buas dan menyelamatkan pengawal yang harusnya bisa melindunginya. Wanita itu kini menjadi legenda. Sang Ratu berubah dari ratu pesakitan menjadi seorang pahlawan.
Namun, yang paling membuat Clane membenci situasi ini adalah kenyataan bahwa Halamara kini ditempatkan di kediaman sang kaisar dan tak boleh ada siapapun yang mengunjungingya.
Wanita yang tinggal di kedialam kaisar hanya berarti satu hal, bahwa wanita itu telah benar-benar istimewa. Wanita yang dianggap pasangan.
Baik permaisuri maupun para Selir memiliki kediaman yang terpisab dari kaisar. Itu adalah hal lumrah yang telah diatur oleh kerajaan langsung. Namun, mengapa Halamara berbeda? Mengapa wanita itu bisa memasuki ruang yang bahkan tak akan pernah mampu Clane kunjungi?
Mengapa Lagahark selalu membuat Halamara berasa di atas sang Selir?
Kepala Clane terasa akan pecah memikirkan hal itu. Tak hanya berhari-hari memikirkan apa yang dilakukan Lagahark dan Halamara selama acara perburuan, kini wanita itu harus bertanya-tanya karena keputusan yang dibuat kaisar.
Bahkan setelah sekian lama kepulangan rombongan itu, Sang Kaisar belum sama sekali mengunjunginya. Selain untuk tugas kerajaan, Lagahark tak pernah meninggalkan kediamannya. Dari rumor yang tersebar, Kaisar sendiri terus berada di kamarnya bersama sang ratu, mengawasi langsung proses perawatan wanita itu.
Sungguh darah Clane terasa mendidih. Dia tak pernah merasakan dorongan kecemburuan sebesar ini sebelumnya. Dulu, Clane selalu bisa menahan diri. Namun, sekarang rasanya luar biasa sulit. Itu jugalah alasan mengapa Clane mengutus mata-mata dari kalangan pelayan istana kaisar. Dirinya ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Clane tentu saja tak bahagia mengetahui Halamara hampir terbunuh. Meski tak menyukai sang ratu, tapi Clane masih memiliki nurani sebagai manusia. Andai saja Halamara tetap tinggal di negri Kranny dan merebut perhatian kaisar, Clane tak akan pernah mau membencinya.
Andai bisa, Clane akan memilih jalan takdir yang berbeda dengan sang permaisuri. Karena berada di garis yang sama membuat Clane merasa sangat lelah.
"Bagaimana kabar Permaisuri hari ini?" tanya Clane lagi. Dia telah menanyakan kondisi Ratu pada hari-hari sebelumnya. Meski tetap menerima jawaban yang tak memuaskan, Clane tak mau terlalu cepat berputus asa.
"Mohon ampuni hamba, Selir . Pintu kamar Kaisar masih sangat tertutup rapat."
"Aku tak mengutusmu untuj melapor tanpa hasil padaku!" Clane memejamkan mata, berusaha untuk meredakan kemarahannya. Sungguh kini dia berubah semakin kasar saja. Sikap meledak-ledak dalam dirinya bahkan tak dipahami Clane sendiri. "Tertutup rapat? Tentu saja tertutup rapat! Jika terbuka lebar maka aku tak akan memperkerjakanmu untuk mencuri tahu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
FantasyHalamara tahu bahwa dirinya adalah persembahan. Seseorang yang harus berdiri di garda terdepan dan masuk ke dalam benteng musuh untuk menyelamatkan kepala sang ayah. Dia ratu dengan mahkota juga kebencian mendalam dari lelaki yang menjadi suaminya...