Jebakan

19.2K 2.3K 190
                                    



👑

"Apa menurutmu menjadi pelacur akan menyelesaikan peperangan ini?"

Jemari Halamara  tergantung di udara. Meski tak menyentuhnya secara fisik, tapi ucapan sang Kaisar mampu menyakiti tubuh Halamara yang kini sudah tak tertutup apapun.

Pelacur?

Halamara menahan getir. Itulah persisnya yang sedang dilakukannya sekarang. Menukar tubuhnya untuk kepala-kepala rakyatnya.

Namun, penghinaan itu adalah pertanda bahwa meski telah melangkah sejauh ini, perasaan sang kaisar tetaplah tak berubah.

Lelaki itu secara luar bisa mampu menahan diri dari godaan Halamara. Malah kini, matanya dipenuhi kebencian yang semakin besar.

Akan tetapi Halamara tak bisa mundur. Jika lelaki itu mampu menghanguskan perasaanya untuk Halamara, maka gadis itu akan melakukan hal yang sama. Ia akan menyimpan setiap kenangan dan rasa cinta ke palung terdalam. Karena sekarang saatnya untuk bersikap sebagai pemimpin negri. Bukan perempuan melankolis yang akan merasa siap mati karena patah hati.

"Prajurit ...!" panggil Halamara dengan suara yakin.

Sesuatu yang menimbulkan reaksi dalam sikap dingin sang Kaisar. Lelaki itu menyergap maju. Memerangkap Halamara dalam kungkungannya, dan melindungi tubuh telanjang wanita itu dengan tubuh kekarnya.

Pintu masuk tenda tersibak. Sang panglima dengan dua orang prajurit masuk tergesa. Namun, langkah mereka terhenti saat melihat pemandangan yang ada.

Halamara menatap tepat ke mata sang panglima yang menyipit, sementara kedua prajurit yang bersamanya langsung menundukkan pandangan.

"Keluar!" perintah sang Kaisar dengan suara menggelegar.

Ketika pria itu memberi hormat dan langsung mundur. Meninggalkan keheningan yang seolah akan melahap Halamara.

Mata biru itu menghujam Halamara. "Kau pikir apa yang baru saja kau lakukan?" ujar lelaki itu dengan suara penuh amarah.

Halamara melepaskan diri dari pelukan sang Kaisar. Wanita itu mengambil tiga langkah mundur. Tanpa sang Kaisar sadari pedangnya sudah berada di tangan Halamara. Wanita mencurinya saat dirinya dipeluk tadi.

Namun, bukannya menyerang sang Kaisar, Halamara mengarahkan pedang ke arah lehernya. Sesuatu yang membuat tatapan benci Kaisar berubah menjadi kepanikan.

"Lepaskan pedang itu! Jangan gila!"

"Ini bukan kegilaan, Paduka. Ini adalah tindakan terhormat."

"Kuperintahkan kau, lepaskan pedang itu."

"Perintah Paduka, tak berlaku bagi hamba."

"Apa maksudmu?!"

"Paduka datang untuk membungihanguskan negri hamba. Yang berarti Paduka telah melanggar sumpah sebagai pelindung seluruh negri. Paduka tak lagi memiliki hak atas Hamba dan rakyat hamba."

"Putri Halamara!"

"Tidak. Hamba tak lagi seorang putri. Paduka telah menunjukkan siapa hamba saat ini. Hamba hanyalah seorang pelacur."

Sang kaisar bergerak maju, tapi Halamara menghentikannya dengan menekan pedang ke lehernya. Kulit wanita itu sedikit tersayat. Warna merah mulai terlihat di permukaan berwarna putih itu.

"Jangan berpikir tindakanmu ini akan membuatku luluh!"

"Tidak. Hamba tahu itu tidak mungkin. Hamba memang putus asa, tapi tidak bodoh. Paduka sudah menyatakannya secara gamblang. Jadi mari kita selesaikan ini secepatnya."

"Apa maksudmu?!"

"Lemparkan hamba ke pasukan Paduka. Karena itulah yang dialami gadis-gadis dalam peperangan. Atau, akhiri hidup hamba sekarang juga."

Halamara bisa melihat tubuh sang Kaisar bergetar karena murka. Lelaki itu sekuat tenaga menahan diri agar tak menghancurkan sesuatu.

"Paduka tak ingin melakukan keduanya? Tapi itu adalah hal yang harus dilakukan. Dalam kepercayaan di tanah kami, wanita yang terbunuh mendapatkan pengampunan dari dewa dari pada wanita yang bunuh diri. Jadi berikan belas kasihan Paduka pada hamba. Setidaknya demi sedikit saja kenangan baik yang dulu pernah ada diantara kita-"

Halamara tak mampu menyelesaikan kalimatnya. Karena Sang Kaisar benar-benar menerjang wanita itu.

Tubuh Halamara jatuh dalam posisi terlentang. Sementara pedang di tangannya terpelanting meninggalkan suara sangat keras.

Halamara belum mampu mencerna apa yang terjadi saat bibirnya dibungkam. Sang kaisar melahap dengan kasar. Sementara tangannya menyentuh Halamara dengan berutal.

Tubuh Halamara terguncang. Menahan rasa sakit dan perih. Halamara memekik saat merasakan jemari Sang Kaisar menyakitinya.

Namun, Halamara menahan diri agar tak menangis. Ia tak boleh menunjukkan kelemahan saat menghadapi sisi terburuk lelaki itu. Jadi ketika sang Kaisar siap memasukinya, Halamara mendorong lelaki itu sekuat tenaga.

Sang Kaisar yang tak menyangka akan mendapat serangan itu, langsung terdorong mundur. Halamara memanfaatkan kesempatan itu untuk menaiki sang Kaisar. Wanita itu membuang segera harga dirinya dan pendidikan tentang tata krama ketika melumat bibir sang Kaisar.

Halamara mengikuti instingnya, meraba dan menyentuh sang Kaisar. Membuat lelaki itu kehilangan akal. Ketika menyadari Sang Kaisar sudah tak mampu mengendalikan diri, Halamara bangkit, memisahkan tubuh mereka.

Wanita itu berdiri menjulang, rambut merah panjangnya menutupi dada hingga paha. Wanita itu memberikan tatapan penuh kemenangan pada lelaki itu.

"Hamba tidak akan mengizinkan Kaisar menyentuh hamba lebih dari ini sebelum dinikahi."

"Apa?!"

"Ambil hamba sebagai permaisuri, atau lemparkan hamba sebagai pelacur kepadan pasukan Paduka. Hamba yakin mereka akan berterima kasih dan lebih bersemangat setelah mencicipi bergilir tubuh dari putri raja negri Kranny."

"Halamara!"

"Atau bunuh hamba sekarang juga. Paduka hanya memiliki ketiga pilihan itu. Karena tubuh hamba sudah terjamah. Hamba bukan lagi seorang suci untuk negri ini."

Kaisar bangkit. Dalam gerakan yang begitu cepat, Sang Kaisara mencengkeram leher Halamara. "Sangat licik. Aku tak pernah menyangka akan masuk dalam jebakanmu. Tapi percayalah, kamu akan membayar sangat mahal atas semua ini."

Lalu Sang Kaisar berderap keluar. Meninggalkan Halamara yang langsung jatuh bersimpuh. Wanita itu mendongak, masih berjuang menahan air mata. Ia menatap tumpukan pakaiannya yang diinjak Sang Kaisar saat keluar.

Di bibirnya kini terukir senyum. Senyum kekalahan sekaligus kemanangan.




Tbc

Love,

Rami

Rami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halamara :
Melawan kebencian dengan kelicikan. 👑

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang