Inak hiatus di IG sama FB. Jadi kalo ada yang mau ditanyain, DM via Wattpad aja ya. Karena dua akun medsos Inak itu gak bakal kalian temuin. ❤👑
Ada jeda sangat panjang setelah kalimat sang tuan putri. Ia menatap ke arah mata yang kini menyorot dingin. Halamara ingat dulu pernah melihat binar yang sangat hangat di mata itu. Binar bersahabat yang dipenuhi kejenakan. Kini binar itu tak hanya redup, tapi telah mati sempurna.
Namun, Halamara tetap berharap bahwa lelaki itu memahami maksudnya. Karena itu adalah satu-satunya cara agar hubungan yang pernah terjalin di antara mereka tak benar-benar terputus. Halamara sungguh berharap lelaki itu tak menjadi lawannya, meski mungkin mereka tak akan pernah bisa berteman lagi.
Panglima Besar Besartidak sekedar seorang bawahan bagi Sang Kaisar, tapi lelaki itu adalah sahabatmasa kecilnya. Sepupu yang telah dianggap seperti saudara kandung bagi Kaisar.
Halamara tak mampu menakar rasa sakit pria di depannya. Menemukan tubuh sang kekasih telah tak bernyawa terapung di sungai adalah sesuatu yang pastinya terlalu menyakitkan. Amala gadis yang sangat cantik dan berhati lembut. Dia tak harusnya meregang nyawa dengan tubuh telanjang setelah disiksa demikian brutal. Itu takdir yang terlalu kejam untuk gadis yang seumur hidupnya dikelilingi pria-pria yang bersumpah melindunginya.
Bahkan, hingga kini Halamara tak memercayai bahwa kakanyalah yang melakukan kekejian itu. Sang kakak dan teman-temannya yang tak tahu diri. Meski pelaku lainnya telah ditangkap dan sedang menunggu hukuman, tapi kakaknya masih saja lenyap. Lelaki itu hanya meninggalkan liontin miliknya yang ditemukan dalam genggaman mayat Amala. Sebuah bukti yang menghantarkan mereka pada peperangan maha dahsyat ini.
"Karena itu, sebaiknya Yang Mulia mundur dari peperangan ini. Karena hamba tidak akan berhenti menumpahkan darah di negeri merah sebelum yang berhak bertanggung jawab, mati di tangan hamba sendiri."
Jawaban itu harusnya tak lagi mengejutkan Halamara. Sang Panglima Besar tak mungkin dengan mudahnya mundur dan mengikuti perintah Halamara. Bagaimanapun lelaki itu memiliki alasan yang sangat kuat untuk berada di jalurnya saat ini. Namun, dengan kebencian dan posisi lelaki itu, Halamara tahu bahwa jalan yang akan ditempuhnya jauh akan lebih berat lagi.
"Tak ada yang tahu Pangeran Hamarz ada dimana,Panglima Besar Andai aku tahu, tak akan kubiarkan peperangan ini terjadi. Aku adalah orang yang akan menyerahkannya pada Kaisar untuk diadili. Namun, dia menghilang. Seluruh Kranny--rumahnya-- pun telah memburunya, Panglima. Ayahhandaku memerintahkan agar Pangeran Hamarz ditemukan, hidup atau mati untuk kami serahkan pada Kaisar. Kranny adalah negeri yang penuh kedamaian dan tunduk pada sang kasiar selama beratus-ratus tahun. Kami tak akan membiarkan seornag pembunuh--meski itu garis keturunan raja dan pewaris takhta langsung-- berbuat kekejian yang pada akhirnya ditanggung rakyat kami. Tidak, Panglima Besar. Kau mengenal Ayahandaku dan tahu betapa tegas dirinya. Tapi Pangeran Hamarz menghilang, Panglima Besar. Seperti di telan bumi."
"Bukankah itu alasan yang terlalu jelas untuk pergi meninggalkan kekacauan ini, Tuan Putri?"
"Kau tahu aku tak bisa melakukannya," jawab Halamara dengan getir.
Sang Panglima Besar memberi hormat singkat sebelum akhirnya berbalik. Namun, langkahnya terhenti persis di ambang pintu masuk. Lelaki itu sedikit menoleh kemudian berkata, "Dalam kisah ini, Tuan Putri-lah yang paling tak berhak terluka. Jadi jangan jadikan diri Tuan Putri tameng karena pada akhirnya Tuan Putri akan remuk. Tak ada yang tersisa dari Paduka untuk Tuan Putri. Kematian Amala telah merenggut seluruh jiwanya. Tuan putri telah terusir dan tak bisa masuk lagi."
Lelaki itu berderap keluar. Suara langkahnya tegas dan berat, seperti tabuhan genderang perang yang berusaha merubuhkan pertahan dari Halamara.
Namun, gadis itu mengangkat dagu. Menatap tanpa ragu ke arah punggung sang panglima yang perlahan tertelan pintu tenda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
FantasíaHalamara tahu bahwa dirinya adalah persembahan. Seseorang yang harus berdiri di garda terdepan dan masuk ke dalam benteng musuh untuk menyelamatkan kepala sang ayah. Dia ratu dengan mahkota juga kebencian mendalam dari lelaki yang menjadi suaminya...