Takdir Para Dewa (2)

13.8K 2.4K 198
                                    

Pagi Senoritahhhh..yukkk kita baca Ratuuu.

👑

Ranard membawa Sasyira menuju kediaman sang Kaisar. Lelaki itu telah mengirim pesan permohonan untuk berkunjung. Lagahark memberi jawaban dan meminta Ranard langsung menuju kediamannya.

Karena itulah Sasyira dibawa melalui jalur rahasia pada waktu yang telah dipilih. Ketika Ranard mengatakan utusan dari negri Kranny datang untuk menyampaikan pesan, Lagahark langsung memerintahkan agar kedatangan utusan itu dirahasiakan.

Ranard tentu saja memahamu alasan dari keputusan itu.

Kini saat berhadapan dengan sang kaisar langsung, Krannya itu tahu mengapa dewa memilih Lagahark menjadi pemimpin empat negri.

Lelaki itu memiliki kharisma yang sangat kuat. Bahkan keagungan terpancar hanya dari caranya menatap. Lagahark bisa membuat tunduk siapa saja.

Sasyira menekan rasa rendah diri yang anehnya bisa dimiliki saat berhadapan dengan sang kaisar. Dia seorang Krannya. Sebagian besar orang memganggapnya tangan para dewa. Karena kemampuan untuk melihat ke masa depan, pada bilik-bilik takdir yang masih tertutup bagi manusia biasa. Bahkan, Sasyira mampu melihat ke dalam masa lalu. Mampu menelisik kejahatan terpendam dalam  diri seseorang. Itulah yang membuatnya lebih istimewa dari siapapun.

Namun, keagungan Kaisar membuatnya tunduk. Bahkan tubuhnya memiliki keinginan sendiri untuk menunjukkan kepatuhan.  Gadis itu memberi hormat yang diterima sang kaisar.

"Ampuni hamba yang berkunjung selarut ini, Paduka. Namun, hamba membawa utusan dari Negri Merah."

Lagahark hanya memberi anggukan singkat pada Ranard. Lelaki itu kemufian memberi tanda hingga Sasyira mendekat dan  menyerahkan surat pada Sang Kaisar.

Sasyira kemudian mundur. Kembali  ke samping Ranard.

Segalanya makin pekat. Bulir keringat menuruni pelipis gadis itu. Kilas bayangan bagai hantu di depan matanya. Sasyira bahkan tak sadar telah mencengkeram lengan Ranard.

Waktunya semakin dekat, dan semakin sakit hati Sasyira karenanya.

Dengan dada berdebar dan rasa mual yang seolah naik ke tenggorokan, Sasyira memperhatikan bagaimana sang membuka surat itu. Dan bagaimana raut wajah sang kaisar berubah begitu selesai membacanya.

Inilah dia, pikir Sasyira getir.

Sang Kaisar terpukul. Kali ini beliau tak bisa menyembunyikan penderitaanya.

Cengkeraman Sasyira pada Ranard mengerat. Dia butuh tempat berpegang. Sasyira benci harus melakukan ini. Namun, tugasnya belum selesai.

"Ampuni hamba harus menjadi yang lancang menyampaikan ini," ujar Sasyira dengan ketulusan yang bersumber dari hatinya yang mampu merasakan duka Lagahark. Dia tak seperti manusia lainnya yang hanya bisa melihat dan mengandalkan empati, dalam beberapa momen, Sasyira mampu merasakan duka orang lain. Dan itulah yang membuatnya sangat menderita. "Yang Mulia Raja Hammond telah meninggal dunia beberapa hari yang lalu, Paduka. Namun, pihak dalam kerajaan menyembunyikan berita duka ini. Mereka mengharapkan bisa mengumumkan kepada seluruh negri ketika Putri Halamara kembali."

Halamara kembali?

Bukankah itu yang selama ini menjadi ketakutan terbesar Lagahark.

Terlalu banyak yang telah dilakukan lelaki itu agar sang istri tetap berada di sampingnya.

"Kedatangan surat itu bersama dengan permohonan sebesar-besarnya agar Putri Halamara diizinkan untuk pulang. Negri kami, membutuhkan Tuan Putri."

"Tuan Putri kalian adalah Permaisuriku."

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang