Hangat

16.2K 2.2K 165
                                    




👑





"Keadaan Baginda Raja semakin memburuk." Lord Baz mengatakan hal itu pada kedua orang yang berada di meja bundar bersamanya.

Itu adalah ruang rapat istana hanya untuk orang-orang terdekat raja. Selain dirinya ada Panglima Negri Merah dan seorang Krannya yang menangani masalah yang menjadi kepercayaan Raja Hammond.

Pertemuan itu diadakan terburu-buru untuk segera mengambil keputusan terbaik. Hanya beberapa orang dalam yang mengetahui kondisi Raja Hammond seluruhnya. Dan cepat atau lambat, berita itu tak bisa terbendung lagi.

Karena itulah ketiga pria itu berkumpul untuk mencari jalan terbaik. Semenjak penyerbuan Negeri Barat, Kranny perlahan menuju keruntuhan.

Barat tak lagi seperti dulu yang selalu mengulurkan tangan saat Kranny dalam masalah. Kelaparan dan penyakit adalah dua hal yang mulai banyak bermunculan.

Belum lagi pergolakan dari dalam pemerintahan. Ketidakberadaan Raja Hammond selama berbulan-bulan di ruang takhta membuat suasana semakin memanas. Tidak hanya rakyat yang gelisah karena merasa ditinggalkan Raja mereka, para petinggi kerajaan pun mulai membentuk kubu-kubu. Termasuk Lord Amarahak, adik Raja yang putranya mati terpenggal ketika penyerangan oleh Negeri Barat.

Ketiga pria itu tahu betapa berbahayanya situasi ini untuk kerajaan Kranny. Hanya tinggal menunggu waktu maka perpecahan akan benar-benar terjadi. Dan jika sampai mereka terlambat untuk menanganinya, maka kehancuran Kranny tak terelakan.

"Saya tak suka mengatakan ini. Tapi kita harus siap dengan kemungkinan terburuk dalam waktu dekat."

Lord Gham, Sang Panglima tertinggi langsung beralih kepada Krannya berwajah lembut, tapi muram itu. Kesedihan membayang di wajah pria berambut putih yang merupakan kesayangan para dewa. "Bagaimana menurut Anda, Krannya? Apakah kondisi kesehatan Yang Mulia tak memiliki harapan lagi?"

Krannya tua itu menggeleng. "Urusan Paduka Raja telah selesai di tanah merah. Harusnya dia telah pergi sejak lama. Satu-satunya hal yang membuat Paduka bertahan adalah Putri Halamara. Dia menunggu Tuan Putri untuk pulang."

Kebisuan langsung merebak di ruangan itu. Namun tatapan yang mereka bagi menunjukkan sebuah kesepakatan.

Sang Panglima kembali angkat bicara, "Tuan Putri memang harus pulang. Karena setelah Paduka Raja menghadap dewa, takhta itu menunggu penerusnya. Yang Mulia Tuan Putri, adalah Ratu kita selanjutnya."

Semua orang di ruangan itu mengangguk. Hingga Lord Baz mengangkat suara, "Kali ini kita harus mengirim utusan terbaik. Telah berbulan-bulan Negeri Barat tak lagi menerima seorang Kranny masuk ke Negeri Barat. Pesan kita harus sampai kepada Tuan Putri Halamara sebelum semuanya terlambat."

"Itulah yang menjadi permasalahan kita saat ini. Masalah yang harus kita pecahkan." Panglima menatap Lord Baz dan penasehat bergiliran. "Jika kita mengirim rakyat biasa, mereka terlalu lemah untuk bisa menempuh perjalanan berat dalam waktu singkat. Dan tak ada jaminan Negeri Barat telah mengubah keputusan penolakan terhadap masuknya rakyat Kranny. Namun, jika kita memilih mengirim utusan resmi, itu sama saja kembali menepuk air yang telah tenang. Aku tak yakin kepala utusan kita bisa selamat mengingat apa yang terjadi pada Pangeran Amrak. Kaisar yang dulu kita kenal baik hati bisa menjadi tanpa ampun kini."

Keheningan kembali merajai. Hingga Krannya tua itu mengangkat suara. Dia telah menduga hal ini akan menjadi masalah, karena itulah pilihan terakhir tak terelakan lagi. Meski itu berarti harus memohon pada sosok yang telah disingkirkannya. "Ada seseorang yang mampu melakukannya."

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang