Nama ( 1)

13.3K 2.3K 269
                                    

👑

Sasyira menepati janjinya. Gadis itu membawa Ranard menuju tempat persembunyian para bandit itu. Aksi penyergapan itu dilakukan dengan begitu rapi dan cepat.

Di sana Sasyira menyaksikan bagaimana hebatnya Ranard sebagai seorang panglima besar.

Saat akhirnya para bandit itu tertangkap, mereka mengalami penyiksaan yang bahkan mampu membuat seorang Krannya bergidik. Jika tak mengingat tubuh lemah Halamara yang bersimbah darah, maka Sasyira akan memohon  agar para bandit itu segera dibunuh saja. Karena sungguh siksaan yang diberikan Ranard terlalu mengerikan untuk dilihat.

Kelima orang itu diikat pada sebuah tiang besar. Hanya satu kaki yang diikat  dengan tali tambang rapuh yang menahan mereka jatuh ke kayu-kayu runcing yang disusun tepat di bawah mereka.  Mereka menggantung tinggi hingga jika jatuh dengan posisi terbalik seperti itu, sudah bisa dipastikan bahwa kepala mereka akan langsung terbelah ketika menancap.

Darah menetes dari luka-luka mereka. Ranard memastikan kelima orang itu kehilangan jari-jarinya. Telapak kaki mereka dikuliti hingga hanya menampakkan daging yang mengucurkan darah segar.

Ranard memilih menggantung mereka terbalik setelah sebelumnya menyiksa mereka hingga hampir pingsan berdarah-darah. Lelaki itu mengatakan bahwa itu adalah hukuman permulaan bagi orang-orang yang tak menggunakan otaknya dengan benar. Berani terlibat dalam rencana membunuh Ratu dan berniat kabur setelahnya hanya membuktikan bahwa kaki mereka memang jauh lebih berguna dari otak mereka.

Permohonan ampun sama sekali tak berguna. Karena sepertinya Ranard benar-benar berniat untuk membuat para bajingan itu  merasakan neraka di tangan sang panglima besar.

Suara teriakan ketakutan terdengar nyaring saat tali tambang semakin melorot. Tali tambang rapuh dan hampir putus itu tak akan bertahan lama karena bobot tubuh para bandit dan gerakan mereka karena rasa sakit .

Kematian membayang jelas di mata mereka. Ini hanya tentang waktu, tapi rupanya Ranard berniat tak memberikannya dengan cepat. Dia akan menyiksa mereka sampai puas. Merusak mental dan membuat pada bandit itu merasakan neraka.

Bayangan Permaisuri yang bersimbah darah tak bisa lenyap dari mata Ranard. Sudah dua kali. Benar, sudah dua kali dirinya melihat Halamara hampir mati.
Dan yang terakhir berakibat terlampau fatal.

Andai para bandit ini tak ambil peran dalam menghadirkan Hokta, maka tubuh  Permaisuri tak akan melemah. Wanita itu tidak akan begitu cepat terguncang dan tumbang mendengar kabar kematian ayahandanya.

Kini,  Permaisuri hanya terbaring tak berdaya, mengalami begitu banyak kehilangan yang menusuk jiwa.

Dan Kaisar, sungguh jiwa Ranard terkoyak melihat apa yang menimpa sepupunya. Lagahark pun mengalami hal yang sama. Rasa sakit dan kehilangan tak tertahankan.

Jadi, Ranard hanya bisa melakukan ini untuk membantu Lagahark. Membuat para bandit itu membayar apa yang telah mereka perbuatan. Mereka harus merasakan hukuman seperti apa yang dirasakan  oleh orang-orang yang berani  menyakiti Kaisar dan permaisurinya.

Ranard memberi kode hingga tali tambang sang ketua bandit turun melorot sangat cepat. Teriakan takut lolos dari pria yang wajahnya kini telah tak dikenali lagi akibat darah.

Sasyira bergidik ngeri kala Ranard mendekatinya. Tangan sang panglima menjambak rambut kepala bandit itu. Raut wajah Ranard tak menampakkan kebengisan sama sekali, malah terkesan polos, seperti seorang bocah lelaki yang tengah bermain-main.

"Jarak antara kepalamu dan kayu runcing ini kurang dari satu panjang lengan dewasa." Ranard mengeluarkan pisau dan memberi tiga sayatan  pada betis  si ketua bandit. Lelaki itu meronta keras membuat tali tambang itu mulai terlepas. Suaranya menghentikan  rontaan kepala bandit.

Ranard terkekeh kecil. Terlihat geli dan puas. "Aku sungguh suka melihatmu seperti ini. Namun, jaraknya terlalu pendek. Jika memotong tali ini sekarang, itu hanya akan membuat kepalamu tertancap di kayu itu, terbelah. Sedangkan aku ingin kepalamu hancur berantakan, tak berbentuk."

"A ... am ... pun ...."

Suara bandit itu lirih karena telah terlalu letih dan menahan sakit luar biasa. Bibirnya gemetar.

"Tidak akan."  Ranard tersenyum kembali.  Kali ini tangannya membentuk luka melintang di pipi si ketua. Pisaunya meneteskan darah segar. "Kau tak akan terampuni. Bahkan setelah kematian menjemputmu, pengampunan tak akan kau dapatkan."

Kali ini mata Ranard menyala penuh dendam. Dia mengingat permaisuri yang bersimbah darah. Sang panglima besar tak akan melupakan tubuh luruh permaisuri yang digendong sang kaisar. Halamara kehilangan bayinya. Wanita tak bersalah itu mengalami kekejaman yang bahkan tak akan sanggup ditanggung para prajurit sekalipun.

Ranard mengenal Halamara dengan sangat baik di masa lalu. Gadis periang yang penuh kebaikan itu, kini hidup dalam penderitaan dan kehilangan tak berkesudahan. Jadi Ranard akan membalas orang-orang yang melukai Halamara, karena itu adalah satu-satunya cara menebus rasa bersalahnya.

"Aku akan mengirimmu kembali ke Akhlas. Aku tahu kau dan kelompokmu berasal dari negri sang Aklhasar."

Mata ketua bandit yang semenjak tadi setengah tertutup kini melebar penuh kengerian.

"Kau tentunya tahu betapa erat hubungan antara Kaisar dan Akhlasar. Mereka bak saudara. Akhlasar bahkan rela turun ke medan perang demi Kaisar. Dia ingin menumpas orang-orang yang menyakiti Kaisar. Akhlasar akan memenggal kepala siapapun yang berani menentang sang Kaisar. Dan kau salah satunya."

Ranard kembali tersenyum, sebelum wajahnya berubah pura-pura prihatin. "Tapi aku tak yakin Akhlasar akan langsung memenggal kepalamu. Dalam  kekejaman, Akhlasar melebihi diriku. Kemampuannya untuk menimbulkan penderitaan sangat kukagumi. Aku tentu harus mengakui kalah."

Gerakan kepala ketua bandit itu lemah, tak berdaya. Hanya ketakutan mendengar nama Akhlasar-lah yang membuatnya tetap tersadar.

"Jika tahu tentang apa yang terjadi pada Permaisuri. Akhlasar tak akan hanya membunuhmu. Dia akan membumihanguskan sukumu dan segala sejarah serta jejak kalian."

Air mata menetes dari mata kepala bandit itu. Tubuhnya bergetar hebat karena semua kebenaran yang diucapkan sang panglima besar. Kekejaman Akhlasar yang tanpa ampun telah melegenda di empat negri.

"Kau tak mau itu terjadi bukan?"

Si ketua bandit berusaha mengangguk.

"Karena itu, beri aku nama siapa yang memerintahkanmu menyediakan Hokra. Maka akan kupastikan hanya kalian berlima lah yang menerima hukuman. Tak perlu ada kebinasaan lainnya."

Ranard mendekatkan telinganya ke bibir si kepala bandit. Dia mendengar sebuah nama yang membuat matanya melebar. Seseorang yang sudah lama dicurigainya.

👑

Tbc

Love,

Rami

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang