Halamara tahu bahwa dirinya adalah persembahan. Seseorang yang harus berdiri di garda terdepan dan masuk ke dalam benteng musuh untuk menyelamatkan kepala sang ayah.
Dia ratu dengan mahkota juga kebencian mendalam dari lelaki yang menjadi suaminya...
Halamara terbangun dengan rasa sakit luar biasa di pangkal pahanya. Lembab di sana sama menyiksanya dengan sembab di mata wanita itu.
Ia tak tahu kapan menangis, tapi rupanya penderitaan semalam telah menghanguskan kekuatan yang selama ini dikumpulkan mati-matian.
Wanita itu meringis, berusaha untuk duduk. Tubuhnya telanjang karena gaun pengantinnya dibuka paksa dan tercabik di lantai.
Gaun itu sangat indah. Berwarna keemasan menempel di tubuhnya yang ramping. Kini kain itu menjadi tak berharga sama seperti dirinya.
Halamara bukan seorang pengantin, tapi budak yang digagahi hingga tak sadarkan diri. Tubuh dan hatinya hancur menjadi kepingan tak berbentuk saat menyadari lelaki yang selama ini dipujanya, menganggap Halamara tak lebih dari seorang pelacur.
Pintu terbuka dan empat orang wanita berpakaian pelayan masuk. Mereka tampak terkejut menemukan Halamara yang hanya menatap kosong ke arah kain penutup ranjang yang ternoda darahnya.
Salah satu dari mereka berusaha mengajak Halamara berbicara, tapi wanita itu hanya bungkam.
Mereka kemudian membantu Halamara untuk membersihkan diri. Berendam dalam air bunga-bunga yang aromanya tercium begitu harum.
Halamara membiarkan kulitnya digosok dengan lembut dan rambutnya diberi wewangian.
Semalam, lelaki itu bersumpah akan kembali. Untuk menyiksa dan memberikan Halamera mimpi terburuk setiap pengantin perempuan. Menciptakan neraka karena wanita berani menjebaknya dalam pernikahan yang dianggapnya terkutuk ini.
Namun, hingga fajar menjelang, lelaki itu menghilang. Kemana dia?
"Dimana Baginda?" tanya Halamara dengan tatapan tertuju pada kelopak bunga berwarna merah yang mengapung di atas permukaan air. Warna itu mengingatkannya pada merah disekujur tubuhnya ketika lelaki itu menggagahinya.
"Maaf, Yang Mulia. Kami ...."
"Katakan. Dimana dia? Aku tahu dia tak kembali semalam."
Keempat pelayan itu saling bertatapan hingga salah satunya yang bertugas membuka suara. "Baginda berada di kediaman Clane."