Pagi

15.3K 2.3K 234
                                    


Baru kelar ditulis. Typo adalah sahabat!!!!

👑





Saat membuka mata keesokan paginya, Halamara menyadari sebuah lengan masih melingkar di perutnya. Angin Negeri Barat menyapu kulit Sang Permaisuri yang telanjang, mengingatkannya pada detail yang terjadi semalam.

Perlahan, Halamara bangkit. Ia tak ingin menoleh dan memastikan sosok yang kini memeluknya. Segalanya terlalu nyata untuk menjadi mimpi. Meski demikian, Halamara jelas mengharapkan ini semua memanglah hanya mimpi.

Ketakutan menyebar dalam diri Halamara. Seperti titik racun yang diteteskan dalam air. Halamara tahu harus keluar dari situasi ini secepatnya. Karena jika bertahan, maka sebentar lagi dirinya akan melihat Lagahark dalam versi sebelumnya. Lelaki yang siap melumat Halamara tanpa ampun.

Tak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Kehangatan bersumber dari tubuh mereka yang berhimpitan.

Kini ketika akhirnya Halamara terlepas dari pelukan Lagahark, rasa dingin menyerbu wanita itu. Halamara sedikit menggigil, ketika memunguti gaun tidurnya. Wanita itu mengenakannya dengan cepat lalu menutupi tubuh Lagahark dengan selimut. Halamara melakukannya dengan sangat hati-hati.

Wanita itu tak mau jika sampai sang suami terbangun. Namun, tangan Halamara langsung terhenti saat tatapannya beradu dengan kedua mata Lagahark yang telah terbuka. Wanita itu membeku untuk beberapa saat sebelum akhirnya berhasil menguasai diri.

Halamara memberi hormat pada Lagahark, lalu buru-buru membunyikan lonceng untuk memanggil para dayang.

Ini situasi yang sangat rumit, canggung serta menegangkan. Sang Kaisar tak tampak seperti pria yang pada malam sebelumnya telah mengalami mabuk berat. Tidak juga seperti lelaki yang harusnya menyesali apa yang terjadi semalam. Ini adalah sesuatu yang tidak benar.

Halamara di tempatnya menunggu dengan gelisah. Ia tak mengerti mengapa para dayang belum juga masuk untuk membantunya. Dan rupanya hal itu disadari Lagahark. Karena lelaki itu selanjutnya berkata, "Mereka tak diperbolehkan masuk meski mendengar suara lonceng darimu."

Halamara yang masih pada sikap diamnya, hanya menatap permadani di lantai. Ia memejamkan mata dan mengutuk situasi ini. Entah apa yang direncanakan Lagahark sekarang. Namun, yang pasti Halamara akan lebih berhati-hati.

"Karena tak ada satupun dayang di sini, maka kaulah yang harus membantuku bersiap."

Kali ini, barulah Halamara mengangkat pandangannya. Wanita itu menatap Lagahark penuh kecurigaan sebelum akhirnya menarik sebuah kesimpulan bahwa sang suami sedang menerapkan taktik baru untuk menyiksanya.

Namun, tentu Halamara tak akan kalah begitu saja. Wanita itu memberikan anggukan patuh pada Lagahark. Ia kemudian mulai mengambilkan pakaian lelaki itu.

Halamara berjuang untuk tetap menjaga raut wajah saat membantu lelaki itu berpakaian. Lagahark benar-benar mengujinya dengan memamerkan seluruh tubuh tanpa rasa malu sedikitpun.

Saat Lagahark berbalik hingga mereka berhadapan, Halamara hanya mampu menatap bagian perut atas lelaki itu yang berotot.

"Aku tak tahu cara mengikatnya."

Halamara mengulum bibirnya putus asa. Dengan jemarinya yang lentik, Halamara menarik tali sutra dari celana yang digunakan Lagahark. Wanita itu membentuk ikatan yang kuat.

"Pakaikan jubahku."

Halamara meraih jubah Lagahark dari tempat tidur. Wanita itu sedikit berjinjit saat harus mengancing bagian kerah dari jubah Sang Kaisar.

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang