Nyawamu Miliku

16.6K 2.2K 415
                                    


👑




Ketika terbangun, Halamara menemukan dirinya sudah berada di atas ranjang. Dalam balutan selimut yang hangat. Ia ingat semua yang terjadi sebelum kesadarannya benar-benar hilang. Halamara berusaha menenggelamkan diri. Ia ingin mengalami hal yang sama dengan Amala.

Sebuah tindakan pengecut yang diambil dari keputusasaan.

Iya, Halamara adalah si pengecut itu sekarang. Wanita itu benar-benar takut membayangkan harus bertemu Lagahark dan Clane. Halamara takut hatinya akan merasakan perih dari ini.

Suara derap langkah dan sorak penuh semangat, membuat Halamara penasaran. Untuk sesaat, wanita itu berusaha menyingkirkan dukanya. Halamara mengambil mantel untuk menutupi tubuhnya sebelum beranjak keluar dari tenda.

Pemandangan yang ditemukan Halamara di luar tenda membuat hatinya membuncah lega. Pasukan Negeri Barat mulai beranjak meninggalkan medan perang. Halamara memegang dadanya, merasakan syukur yang luar biasa.

Lagahark memang menghancurkan hati Halamara, tapi di satu sisi dia tetaplah pemimpin yang adil. Kaisar yang memegang sumpahnya. Lelaki itu menunaikan janjinya pada Halamara.

Wanita itu terpaku saat kata janji melintas di otaknya. Menarik Negeri Barat bukanlah satu-satunya janji Lagahark pada Halamara. Jauh sebelum perang ini pecah, ketika lelaki itu begitu memuja Halamara, Lagahark pernah bersumpah di depan para petinggi istana. Di depan Pendeta Agung ketika melamar Halamara. Bahwa wanita itu akan menjadi satu-satunya, selamanya.

Ketika Lagahark melanggar sumpahnya maka Halamara memiliki hak untuk menuntut pembalasan. Dada wanita itu dipenuhi semangat. Sebuah rencana terbentuk di otaknya.

Pasukan Negeri Barat telah meninggalkan Kranny. Negerinya kini bebas. Dan Halamara tahu betul bahwa di satu sisi Lagahark telah melanggar sumpahnya yang lain. Sumpah yang bisa membebaskan Halamara dari penderitaan ini.

Halamara bergegas menuju tenda utama tempat pertemuan sering dilakukan. Ia tahu harus melakukan ini. Halamara tak ditakdirkan menjadi wanita yang menunggu ajal dengan menangisi kisah cintanya yang tragis. Halamara memiliki kekuatan dan pilihan untuk menentukan jalan yang akan diambil.

Pintu tenda utama terbuka untuknya saat dua penjaga memberi hormat. Halamara tak lagi terkejut ketika menemukan Clane sedang berada di sana. Meski kini lebih buruk dari apa yang dibayangkan Halamara. Clane tengah duduk di pangkuan Lagahark dan mengelus rambut keperakan lelaki itu.

Halamara tak membiarkan darahnya yang mendidih membutakan mata dan meledakkan kepalanya. Tidak. Setidaknya tidak di depan Clane. Halamara terlalu tinggi untuk bersikap lemah dan menunjukkan lukanya di depan wanita yang langsung melompat turun dari pangkuan Lagahark ketika melihat Halamara-lah yang masuk.

"Aku belum memerintahkanmu turun, Clane," ucap Lagahark yang kembali menarik pinggang Clane. Meski Clane tak lagi duduk di pangkuan Lagahark, tapi efeknya tetap sama bagi Halamara. Wanita itu merasakan sakit bukan main.

Hanya karena rencananya harus tetap berjalanlah, Halamara tetap mampu berdiri tegak.

"Yang Mulia terlihat kurang sehat. Mungkin Yang Mulia butuh duduk, Paduka."

Suara Clane manis dan hampir terdengar tulus, tapi Halamara melihat ada kilat senang di mata Clane melihat penderitaanya.

"Duduklah, Ratuku," perintah Lagahark.

Namun, Halamara tetap di posisinya. Berdiri tegak dengan dagu terangkat.

Lagahark terlihat tak suka dengan pembangkangan Halamara. Lelaki itu merapatkan tubuh Clane padanya.

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang