👑
Clane masih berada di ranjangnya saat pengumuman tentang kedatangan Ibu Suri diumumkan. Sang Selir berusaha untuk turun dari ranjang demi menyambut sang Ibu Suri, akan tetapi rasa pusing dan mual yang menyerangnya semenjak pagi, membuat Clane tak berdaya.
Clane pasrah menerima kedatangan Ibu Suri tanpa persiapan. Dia adalah wanita yang selalu ingin tampil sempurna. Jadi berhadapan dengan Ibu Suri tanpa berdandan terlebih dahulu membuat Clane merasa tak cantik.
Dia bahkan berjuang keras untuk bisa duduk dengan bersandar di kepala ranjang ketika akhirnya Ibu Suri memasuki ruang kamarnya.
"Tidak, tetaplah di sana. Tak perlu turun, Selir Clane," larang Ibu Suri ketika melihat Clane hendak turun untuk menyambutnya.
"Mohon terima hormat hamba, Yang Mulia Ibu Suri. Dan ampuni ketidakberdayaan hamba yang tak mampu menyambut Yang Mulia secara pantas." Selir sedikit membungkukan badan. Rambut panjangnya terurai hingga Clane harus kembali merapikannya.
Dia benar-benar merasa tak nyaman dan tak berdaya.
"Hormatmu kuterima, dan jangan memikirkan tentang penyambutan. Aku lebih mengkhawatirkan keadaanmu daripada formalitas untuk saat ini."
Ibu Suri yang disertai kepala dayang saling bertatapan. Wanita tua agung itu kemudian melangkah mendekati sang selir, sementara kepala dayang memerintahkan agar dayang lainnya meninggalkan kamar sang selir.
Clane sempat kebingungan melihat para dayang yang biasa melayaninya, diperintahkan keluar. Seolah kedatangan Ibu Suri kali ini adalah sesuatu yang harus dirahasiakan.
Ibu Suri menyentuh wajah Selir Clane yang cantik, hingga membuatnya tergagap. Ibu Suri selalu bersikap lembut padanya, tapi setelah kedatangan Permaisuri kedalam kerajaan, Clane merasa ada tembok tinggi yang menjaraki mereka.
Perhatian Ibu Suri kali ini membuat Sang Selir merasa terharu. Dia selalu sangat menyukai Ibu Suri. Baginya wanita agung itu adalah sosok paling menganggumkan di kerajaan.
Ibu Suri menatap Selir Clane dengan pandangan sedih. Wajah sang selir seolah kehilangan ronanya. Kulit wanita itu terasa dingin. Bibirnya pucat dengan mata cekung.
Ibu Suri tentu saja mengenali tanda-tanda ini. Sebagai perempuan yang pernah berumah tangga dan memiliki dua orang anak, dia berpengalaman. Namun, Ibu Suri tetap membutuhkan bantuan tabib untuk mengukuhkan dugaannya.
"Ternyata kau benar sedang tak sehat."
"Maafkan hamba telah membuat Yang Mulia khawatir." Clane sungguh merasa terharu atas perhatian Ibu Suri.
Meski Lagahark belum mengunjunginya hingga saat ini, setidaknya Ibu Suri menunjukkan kepedulian.
Sejujurnya mendekati Lagahark jauh lebih mudah bagi Clane daripada membuat sang Ibu Suri terkesan.
Wanita tua itu memang selalu bersikap baik dan penyayang. Sang Ibu Suri menggambarkan keagungan dan keibuan yang sempurna. Namun, Clane selalu merasa bahwa Ibu Suri sangatlah cerdas dan memiliki pendapatnya sendiri. Sesuatu yang membedakannya dengan perempuan kerajaan lainnya.
Kadang Clane tak tahu bagaimana cara untuk menghadapi Ibu Suri.Ibu Suri mirip dengan Permaisuri Halamara. Itu adalah sesuatu yang disadari Clane sejak lama. Sesuatu yang sering membuatnya berpikir sebagai alasan mengapa Ibu Suri terkesan lebih menyukai Permaisuri dari dirinya.
Namun, kedatangan Ibu Suri hari ini, sedikit mengobati pikiran buruk Clane.
Sejujurnya kondisi Clane semakin memburuk karena pikirannya yang tak tenang. Mengetahui bahwa Ibu Suri menemani Halamara setiap hari, membuatnya iri setengah mati. Bahkan dalam kemalangan, Sang Permaisuri tetap mendapatkan begitu banyak perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
FantasyHalamara tahu bahwa dirinya adalah persembahan. Seseorang yang harus berdiri di garda terdepan dan masuk ke dalam benteng musuh untuk menyelamatkan kepala sang ayah. Dia ratu dengan mahkota juga kebencian mendalam dari lelaki yang menjadi suaminya...