Perayaan

15.9K 2.3K 155
                                    


👑


Halamara takjub melihat pemandangan di depannya. Riuh dan hangat. Api unggun besar dengan hewan terpanggang di atasnya. Para lelaki yang duduk di meja panjang penuh makanan berisi hasil buruan mereka. Minuman penghangat malam dan tawa yang menyelingi pembicaraan penuh persaudaraan.

Dari mejanya, harus Halamara akui bahwa itu pemandangan yang indah. Meski tidak terlibat dalam perburuan, nyatanya Halamara menjadi orang pertama yang diberikan tugas menyalakan api unggun.

Halamara tak akan lupa tepuk tangan dan puja-puji yang diperolehnya dari para pria bertubuh kekar dan bergelar bangsawan ini.

Selain para pelayan, Halamara satu-satunya perempuan dalam perayaan jamuan itu. Namun, tampaknya keberadaanya tak terabaikan sama sekali. Selain karena keberadaan Lagahark di sampingnya, beberapa Lord mendatangi meja mereka dan bersulang untuk keberhasilan perburuan kali ini atas nama Halamara.

Lagahark menjadi pemenang dalam perburuan ini. Lelaki itu berhasil melumpuhkan seekor Ceyee. Hewan yang terkenal sangat lincah dan sulit diburu. Hewan itu bisa berubah buas dan menyerang jika dalam keadaan terancam. Sudah banyak kejadian dimana para pemburu terluka parah bahkan kehilangan nyawa saat sedang berusaha menaklukkan Ceyee.

Dan dari kisah perburuan yang dituturkan malam ini, Halamara tahu bahwa untuk bisa membawa Ceyee ke perkemahan, diperlukan sebuah usaha luar biasa besar. Beruntungnya tak ada yang terluka dalam perburuan kali ini. Karena Lagahark dengan kemampuan memanahnya yang luar biasa berhasil merobohkan Ceyee sebelum melukai siapa pun.

Ukuran tubuh hewan itu tiga kali lebih besar dari lelaki dewasa. Itulah yang membuat keberhasilan memburu Ceyee menjadi puncak sebuah perburuan. Pesta perayaan setelahnya disambut dengan sukacita.

"Aku dengar kau tidak pergi ke sungai tadi?"

Halamara yang tengah menikmati pemandangan dua orang Lord sedang beradu panco langsung menoleh pada sang suami. Pertanyaan Lagahark itu disampaikan dengan serius. Meski sudah menduga bahwa Lagahark pasti mengetahui penolakannya, tetap saja ada rasa terintimidasi ketika ditanyai seperti ini.

"Mengapa?"

"Hamba hanya sedang tak ingin berjalan-jalan, Yang Mulia."

"Menghabiskan waktu hanya berdiam diri di tenda sangat bukan dirimu. Kau menyukai menjelajah sejak dulu, Permaisuri."

Halamara tak bisa menahan senyum karena Lagahark masih mengingat bagaimana dirinya di masa lampau. "Hamba bukan lagi gadis remaja yang tak bisa diam dan terlalu penasaran dengan dunia luar."

"Kau masih tampak sama."

"Maaf, apa yang baru saja Yang Mulia katakan?" tanya Halamara karena Lagahark mengucapkan balasan dengan suara mirip gumaman.

"Apa kau merasa kurang sehat?"

"Maaf?"

"Aku perlu jawabanmu, Ratuku, bukan permintaan maaf terus menerus."

"Hamba baik-baik saja," jawab Halamara pada akhirnya.

"Lalu mengapa kau tak ingin ke sungai?"

Halamara tak mungkin mengakui bahwa dirinya sangat jengkel karena keputusan Lagahark yang melarangnya ikut berburu hingga tak tertarik sama sekali untuk mengunjungi sungai indah itu.

"Aku mengajakmu ke sini bukan untuk mengurung diri di dalam tenda."

"Benar, Yang Mulia mengajak hamba ke sini karena ingin melihat kemampuan berburu hamba."

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang