ENDING

32.5K 3.3K 518
                                    


👑




Sang Permaisuri memasuki ruang pesta. Meski tubuhnya tak sekuat sebelumnya, nyatanya Halamara mampu melangkah dengan kepala tegak dan keanggunan yang memukau. Ia luar biasa mempesona dalam balutan gaun merah dan mahkota yang dikirimkan Ibu Suri untuknya. Dengan rambut yang ditata sangat indah di bagian kepala dan tergerai ke belakang, Halamara membawa warna merah dalam setiap gerak-geriknya.

Semua mata langsung terarah pada Permaisuri. Kecuali Lagahark dan Ibu Suri, semua orang membungkuk dan memberi hormat atas kehadiran Halamara.

Ia tak mengerti mengapa mendapatkan penghormatan sebesar ini. Namun, yang pasti, kerumunan para Lord terbelah di aula ruang takhta, memberi Permaisuri jalan menuju tempat Sang Kaisar berada.

Ini adalah hari untuk Selir, tapi semua perhatian tertuju pada Sang Permaisuri.

Ini sungguh tak seperti yang Halamara duga. Pesta pengumuman yang ada dalam bayangannya tak pernah terlintas seperti ini.

Tak ada bunga, tak ada lilin-lilin. Tak ada tirai-tirai indah yang menjuntai. Dan acara itu tak dilaksanakan di aula kerajaan dimana pesta biasanya diselenggarakan.

Perayaan itu diadakan di ruang takhta dengan begitu banyak prajurit dalam jubah besi yang mengelilingi ruangan.

Para tamu undangan pun bukan orang-orang sembarangan. Meski mereka tetap mengenakan pakaian yang indah, nyatanya pesta ini hanya dikhususkan untuk para pria bangsawan. Hanya Ibu Suri, Selir Clane dan Sang Permaisuri-lah perempuan di sana.
Bahkan para dayang tak diizinkan melewati pintu ruang takhta.

Tatapan Halamara tertuju pada Ibu Suri yang memberi anggukan kecil padanya dari tempat singgasana berada. Wanita tua itu duduk dengan anggun di kursi kebesarannya dekat dengan singgasana Kaisar. Hanya saja posisi kursi Ibu Suri dua tingkat lebih rendah dari tempat Lagahark berada.

Sejujurnya Halamara tak pernah melihat Ibu Suri secantik ini. Ia menggunakan gaun putih dengan jubah berwarna senada. Namun, yang menarik perhatian Halamara adalah mahkota yang menghiasi kepala Ibu Suri. Itu bukanlah mahkota yang digunakan untuk acara perayaan. Itu adalah mahkota untuk menunjukkan kedudukan dan kekuasaan.

Tatapan Halamara beralih kepada Clane. Wanita itu secantik yang Halamara bayangkan untuk pesta ini. Rambutnya digulung ke belakang. Ia menggunakan tiara sebagai hiasan kepala. Akan tetapi, Sang Selir tak terlihat sebahagia yang Halamara bayangkan. Wajahnya terlihat sendu, seolah ada beban berat yang menggelayutinya.

Bukankah wanita itu sedang hamil anak Kaisar? Harusnya dia terlihat luar biasa gembira dan memamerkan ini pada Halamara yang baru saja kehilangan.

Halamara melalui ekor matanya melirik ke arah Lord Lonard. Lelaki itu ada di sana, masih setampan yang Halamara ingat, tapi tatapannya tampak luar biasa tegang dan hanya terus terarah pada sang adik.

Hal itu menggelitik hati Halamara. Mengapa Selir Clane dan sang kakak terlihat tak menikmati pesta ini?

Terakhir tatapan Halamara terarah pada pedang Haxtal. Diletakkan di atas nampan yang telah dilapisi beludru di sebuah meja di depan singgasana Kaisar.

Pedang itu berkilau indah, menampilkan keagungannya. Halamara terpesona.

Hingga akhirnya langkahnya terhenti, Sang Permaisuri menunduk memberi penghormatan pada Sang Kaisar yang telah menunggunya. Tatapan wanita itu sebatas dagu Lagahark. Ia menolak untuk menatap mata biru lelaki itu. Mata yang telah mengkhianatinya sedemikian rupa.

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang