Buat book ini updatenya gak tentu. Bisa sehari 1x, 2x , 3x dan mudah-mudahan bisa lebih. But dalam sehari, aku bakal up. Kalo aku lagi gabisa up karena alesan² penting, pasti aku bilang buat minta maaf dan jelasin inti alasannya kenapa gak bisa up. Begitchuu...
Thankyou Kak Raraa udah nanyain masalah update ♡•••
Rumah ini, tempat dimana Wooyoung dan Jongho tumbuh dan belajar segalanya. Masih berdiri kokoh dan sama kaya dulu, cuma halamannya yang beda. Dulu gak ada pohon belimbing, tapi sekarang ada dan berbuah banyak.
Jongho merenung, teringat masa lalu, malem-malem nyari belimbing buat memenuhi permintaan Shine. Gak nyangka aja, sekarang Adeknya udah gede .Jongho melirik kebelakang, ke rumah milik Mingi yang kayanya masih berpenghuni. Dulu sering main pilox di sana, jadi montir sepeda. Jongho jadi penasaran, kaya gimana Mingi sekarang.
"Rumah ini di rawat sama orang, makanya tetep bersih dan terurus. Kita tinggal di sini ya," Ujar Hongjoong sambil bantu beberapa orang buat ngangkut barang-barang mereka semua.
"Jongho," Panggil Wooyoung. Gak bisa dipungkiri, rasanya Wooyoung juga udah otomatis inget kembali kenangan-kenangan masa kecilnya di rumah ini. "Sedih, jadi pengen kecil lagi, main-main di sini,"
Jongho ngusak rambut Wooyoung sambil senyum kecil. "Istirahat di dalem sama Adek dan Mommy, gue bantuin Daddy dulu. Jangan mikir yang macem-macem,"
Wooyoung nurutin apa kata Jongho, dia masuk ke dalam nyusul Seonghwa dan Haruto. Sementara Jongho masih diam ditempatnya, natap ke sudut dimana dia pernah bercanda dan ketawa sama seseorang yang lagi dia rindu banget.
Kemudian Jongho ngeluarin sebuah handband hitam dari saku celananya, natap ukiran nama di nadi tangannya cukup lama. Setelah tenang, barulah Jongho pake handband itu buat nutupin tato di pergelangan tangannya. Harapannya udah gak ada, tapi Jongho gak akan pernah membakar nama itu tangannya. Sama kaya hatinya yang gak berniat sedikitpun buat membuang perasaannya."Mau langsung beli motor hari ini apa besok?" Tanya Hongjoong. Untungnya Hongjoong tuh paham banget sama anak-anaknya, termasuk Jongho yang gak bisa hidup tanpa motor. "Om Daehyun bilang mau beliin kamu motor. Mau gak? Atau tetep mau Daddy yang beliin?"
"Sama Om Daehyun aja lah. Daddy duluin aja mau nya si Adek tuh,"
"Siap boy! Bantuin Daddy dulu bawain koper-koper gede ya,"
Jongho dengan baik hati dan jiwa tangguhnya bantuin Daddynya kerja. Biar semuanya bisa cepet istirahat aja sih, soalnya besok Jongho juga udah mulai masuk sekolah. Kepindahannya udah di urus dari jauh-jauh hari. Untungnya ada STM dan jurusan otomotif yang mau nerima siswa pindahan kelas 12 kaya Jongho.
Kalo di pikir-pikir, Gaon itu gitaris band, lah dirinya cuma racer bodong. Jongho mulai overthingking tapi yaudalah, affakah harus dibawa pusing?
•••
Sore harinya setelah semua selesai beres-beres dan rumah udah kembali nyaman buat di huni, Wooyoung mutusin buat ngobrol sama Haruto di halaman rumahnya. Jongho lagi pergi beli motor sama Daehyun dan Hongjoong juga. Sedangkan Seonghwa lagi istirahat, tidur siang sebentar.
Mereka berdua gak ada kegiatan apapun selain nongkrong sambil makan snack kering."Lihat ini," Wooyoung ngambil sepeda warna ungu yang udah agak usang termakan usia, masih disimpan di dalam garasi. "Ini dulu punya Kak Jongho, dipake buat sekolah dan main. Dulu pernah mau dikasih ke pacarnya, tapi pacarnya gak bisa pake sepeda ini,"
Haruto naikin sebelah alisnya. "Dia bisa punya pacar?"
Wooyoung ngangguk cepet. "Dulu punya pacar, tapi sekarang gak tau, kan mereka pisah. Cobain nih,"
KAMU SEDANG MEMBACA
530 Backward
FanfictionThe childhood that flies by, flowing like rubbish down the river, fades into oblivion. Childhood promises are stupid words that can't be kept. Jongho carved a name, only to remember and love for the rest of his life. Wooyoung who is so childish a...