🔞 : Karena anak-anak udah pada gede, maaf ya, book kali ini bakal ada banyak adegan 18+ . Uda aku kasih warning.
•••
Pernah gak kita sadar, bahwa dalam keadaan yang marah, kita gak akan tau mana yang salah dan mana yang benar. Pikiran berasa mati rasa dan mata berasa buta.
Jongho dengan emosinya udah kelepasan cium Yeosang dipinggir jalan. Habis itu dia anter Yeosang pulang sampe ke rumahnya, dan mindfucknya, mereka kembali ciuman di atas sofa rumah Yeosang dengan keadaan Yeosang yang udah berantakan. Ciuman Jongho bahkan udah turun sampe ke leher Yeosang, udah ngukir beberapa tanda merah di sana.
Sekali lagi, Jongho bener-bener gak sadar apapun. Pikirannya cuma satu, Jongho sangat marah dan sakit dihatinya makin meluap ketika Yeosang berani memulai hal kaya gini.
"Mmhh.. pelan-pelan Jongho," Yeosang mendesah pelan ketika Jongho mulai menjamah tubuhnya gak karuan. Nafas keduanya udah gak beraturan, sampe Jongho kembali lumat bibir Yeosang penuh nafsu.
Yeosang buka kancing seragam Jongho, naikin kaos yang di pakai Jongho dan nyoba buat ngelakuin hal yang sama, yaitu menjamah tubuh Jongho. Sampe kini matanya lihat ada tato lain di dada Jongho. "530 dan Wo Xiang Ni, pasti ada orang yang kamu rindu setiap hari ya Jong. Siapa?" Tanya Yeosang.
Pergerakan Jongho berhenti, netranya menatap tajam kedua mata Yeosang. "Menurut lo siapa?"
"Aku?" Yeosang udah percaya diri, mengingat semua tato Jongho ditulis dengan font yang sama. "Say my name Jongho, please," Yeosang bahkan tanpa segan mulai meraba selangkangan Jongho, menimbulkan ringisan pelan dari Jongho. Dalam hati Jongho juga merasa ada yang aneh, kenapa Yeosang kaya gini?
Ddrrrtt..
Jongho bangun, ngambil Hp Yeosang yang disimpan di atas meja. Nama Gaon tertera di sana dan Jongho membiarkan Yeosang buat ngangkat panggilan dari pacarnya.
Jujur, mood Jongho langsung turun. Seketika sadar sama perbuatannya sendiri, bayang-bayang orang tuanya, Wooyoung dan Haruto berputar di kepalanya. Bener, Jongho gak bisa ngecewain mereka semua dengan berbuat dosa kaya gini."Y-ya?"
"Kak, aku pulang jam delapan, nasi goreng kesukaan kamu udah buka kan jam segitu? Mau dibawain gak? Ntar mampir bentar deh ke rumah,"
Yeosang ngelirik Jongho sekilas, gak enak sebenernya ngobrol sama Gaon di depan Jongho kaya gini. Apalagi setelah perbuatan mereka barusan.
"Gak usah deh, mau tidur cepet malem ini,"
"Oke deh, ntar vc aja ya kalo gitu, aku matiin dulu. See ya sayang,"
Sambungan telfon pun terputus, Yeosang meremat Hpnya kuat-kuat. Bibir bawahnya di gigit sampe berdarah, Yeosang bingung sekarang. Kenapa dirinya kangen banget sama Jongho, rasanya nyaman dan Yeosang gak mau Jongho pulang. Padahal ini kali pertama mereka ketemu setelah sembilan tahun.
Jongho kembali pake handbandnya yang tadi sempet di buka sama Yeosang, rapihin lagi kaosnya dan hendak ngambil seragamnya tapi ditahan sama Yeosang. "Jangan pulang," Lirihnya. "Jongho, semalam aja, ya?"
"Lo sering kaya gini sama Gaon? Bocah itu.."
Yeosang menggeleng ribut. "Enggak Jong," Yeosang natap Jongho dengan mata yang berkaca-kaca dan itu bikin Jongho luluh. "Tidurin aku biar kamu percaya,"
"Gue masih waras Kang Yeosang!" Nada bicara Jongho meninggi tapi kemudian Jongho menjatuhkan kepalanya ke bahu Yeosang dan terisak kecil. "Lo kaya gini malah makin nyakitin gue, Yeo,"
"Maaf Jongho,"
"Lo tau kan Gaon adek gue? Lo tau kan dari kecil gue naruh harapan ke lo?"
"Kamu gak pernah nyari aku Jongho! Aku selalu nyari kamu, datengin Gaon setiap hari buat nanyain kamu tapi dia gak tau. Gaon bilang dia akan terus berusaha nyari kontak kamu buat aku tapi dia gak pernah berhasil. Sampe aku pikir kamu cuma mau main-main, sampe aku pikir kamu udah berhasil lupain segalanya!" Yeosang balik marah dan nangis juga dibawah kukungan Jongho. "Kamu kemana selama ini? Semua akun aku pake nama asli tapi gak ada satu kalipun aku mendapati kamu hubungin aku. Wajar kalo aku nyaman sama Gaon karena dia yang selalu ada buat aku, bahkan disaat aku sibuk nyari kabar kamu, cuma dia yang paham dan mau ngeyakinin aku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
530 Backward
FanfictionThe childhood that flies by, flowing like rubbish down the river, fades into oblivion. Childhood promises are stupid words that can't be kept. Jongho carved a name, only to remember and love for the rest of his life. Wooyoung who is so childish a...