Back.
•••
"Terimakasih udah melahirkan Jongho dan Wuyo, makasih udah meninggalkan cerita yang berharga. Meskipun kesempatan kita kurang baik di dunia ini, tapi aku bener-bener berterimakasih sama kamu Mba,"
Gundukan tanah yang udah cantik dikelilingi bebatuan itu kelihatan makin cantik ketika Seonghwa naruh bunga Peony yang cukup banyak di atasnya. Hari ini adalah hari jumat, hari yang tepat buat dateng ke rumah orang-orang tersayangnya. Meskipun Miyeon meninggalkan cerita yang penuh luka, tapi ketika dia udah pergi beristirahat buat selamanya, Seonghwa mulai sadar kalo manusia itu punya takdir untuk 'Berakhir' . Dan yang ditinggalkan di dunia ini cuma sekedar cerita, kenangan dan ingatan.
Dengan hadirnya Wooyoung dan Jongho, Seonghwa merasa kalo Miyeon begitu berharga di dalam cerita hidupnya. Karena putra kembar yang jadi sumber kebahagiaannya sekarang dilahirkan dari rahim perempuan yang sekarang hanya tinggal nama di batu nisan ini, yang Seongwha usap dengan lembut.
"Sayang, tas kamu kotor. Sini aku pegangin," Hongjoong hendak ngambil tas dari prada yang disimpan Seonghwa di atas tanah. Bukan apa-apa, Hongjoong tau itu barang branded dan sayang aja kalo kotor kena tanah kuburan.
Tapi sayangnya Seonghwa nahan Hongjoong. "Biarin aja Joong," Katanya dan Hongjoong mengurungkan niatnya, kembali berdiri dibelakang Seonghwa. Nunggu istrinya sampe selesai.
"Dulu kita berantem, dan pemenangnya ditentukan dari barang siapa yang paling limited edition. Dari original atau copyan, dari siapa yang paling besar carat berliannya. Tapi Joong.." Seonghwa menjeda ucapannya. "Bukannya aku terlalu salah ya? Terlalu jahat buat disebut manusia, bahkan Kak Jongho dan Kak Wuyo gak pernah mau mendoakan ibu kandungnya sendiri karena jahatnya didikan aku ke mereka,"
"Mars.." Hongjoong gak tau harus menenangkan istrinya kaya gimana lagi, Seonghwa terlalu larut dalam penyesalan yang harusnya gak di sesali. "Bukan salah kamu, semua udah jadi takdir. Barangkali anak-anak terlalu sakit karena sikap ibu kandungnya semasa dia hidup,"
Sebelum berangkat, Seonghwa udah ngajak Jongho dan Wooyoung buat ikut. Tapi respon mereka justru bikin Seonghwa begitu sedih. Baik Wooyoung maupun Jongho, sama-sama nolak dan memilih buat pergi ke makam Gaon aja dan ke makam kakek setelahnya.
"Udah ya? Kita pulang, keburu ujan. Dan lagian aku udah janji mau bantuin Adek bikin lagu, dia daftar audisi masuk band sekolah, audisinya bulan depan,"
"Really? Kok aku gak tau," Seonghwa sedikit melupakan kesedihannya, di usapnya air matanya dan mulai berdiri buat segera pulang. "Aku udah bilang ke Adek buat terbuka, tapi tetep aja aku gak tau apa-apa," Seonghwa cemberut.
Hongjoong cuma bisa terkekeh pelan dan merangkul Seonghwa buat sama-sama jalan ke tempat mobil mereka terparkir. "Aku kasih tau kamu sesuatu Mars, Adek mau kasih surprise ketika dia udah lulus dan berhasil masuk band nanti,"
"Terus kenapa kamu kasih tau duluan?"
"Ya pengen aja,"
Seonghwa merhatiin wajah Hongjoong dari samping, suaminya ini lucu kalo lagi ketawa kaya gini. Pribadi yang keras itu pelan-pelan udah jadi lebih hangat dan humoris. Hongjoong bilang dia udah tua, anak-anaknya udah pada gede, jadi sikap keras udah gak perlu dia miliki lagi. Tapi...
"Joong, aku pengen sama kamu terus," Seonghwa tiba-tiba meluk Hongjoong dari samping, aneh banget.
"Hari ini kamu kok gloomy banget Mars. Kenapa? Hamil lagi?" Tanya Hongjoong.
Memang, seenteng itu pertanyaan Hongjoong, bikin Seonghwa emosi banget. "Akhir-akhir ini sakit kamu sering kambuh, you know what i mean kan Joong?"
"Kamu takut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
530 Backward
FanfictionThe childhood that flies by, flowing like rubbish down the river, fades into oblivion. Childhood promises are stupid words that can't be kept. Jongho carved a name, only to remember and love for the rest of his life. Wooyoung who is so childish a...