30 : Better

1.7K 217 53
                                    

Datang buat pergi, hidup buat mati. Mungkin sekarang cuma kalimat itu yang bisa menenangkan Jongho dari sedihnya hari ini. Berharap tuhan gak ngambil Wooyoung sama  kaya tuhan ngambil Gaon. Jongho udah melapangkan hatinya, ikhlas kalau memang harus berakhir kaya gini.
Dia sendiri yang mengantar dan membaringkan Gaon di tempat peristirahatan terakhirnya, berharap Gaon tau kalo Jongho gak membencinya.

Karena seharian ini Jongho udah capek banget, dia pun memutuskan buat pulang dulu dengan membawa beberapa gitar milik Gaon termasuk gitar yang di rusak sebelum loncat dari lantai delapan dan meninggal ditempat. Jongho berniat perbaikin gitar itu. Sesuai permintaan Gaon yang pengen meninggalkan sisa dirinya di dalam diri Haruto, Jongho akan nyoba mengabulkannya.

"Dek, simpen semuanya baik-baik . Kalo mau main gitar, mainin aja yang ini," Kata Jongho sambil menata semua gitar itu di ruang musik milik Hongjoong dan Haruto. Jongho natap lekat gitar  elektrik warna metalic black and white yang katanya sering dipake Gaon perform dari panggung ke panggung.

"Gitar siapa ini? Kaya gitarnya Kak Gaon,"

"Emang punya Kak Gaon, dia ngasih semuanya buat Adek. Belajar lagi yang bener ya, biar bisa sehebat Kak Gaon,"

"Why dikasih ke Adek?" Tanya Haruto, dia masih bingung.

"Kak Gaon udah gak ada, dia meninggal dunia hari ini. Dan dia mau semua gitar punya dia dikasih ke Adek. Ada dua gitar akustik yang rusak, nanti Kakak perbaikin dulu ya,"

Kabar itu bikin Haruto speechless, gak bisa berkata apa-apa dan gak tau harus bereaksi kaya gimana. Yang jelas Haruto gak pernah nyangka kalo Kak Gaon bakal pergi secepet ini. Haruto juga pengen tau kenapa Gaon bisa meninggal, tapi tapi mungkin cukup dengan ini aja, Haruto gak akan mengulik terlalu jauh, takut nangis.

"Makasih Kak Gaon," Gumamnya yang membuat Jongho senyum.

"Nanti kalo keadaan udah membaik, Kakak bawa ke makamnya Kak Gaon ya," Jongho ngusak surai hitam Adeknya. "Kakak ketemu Kak Yeo dulu. Makan dulu sana, nanti ke rumah sakit bareng. Kak Mingi udah nunggu diluar itu,"

Haruto cuma ngangguk kecil, sedang pandangannya gak bisa lepas dari jajaran gitar dihadapannya.

Jongho diem dulu  didepan pintu kamarnya, Jongho tau Yeosang ada di dalem, baru pulang sekolah. Jongho pengen banget keliatan fine kalo ketemu Yeosang, tapi sulit ya, tiap kali inget gimana chaosnya hari-hari kebelakang, Jongho bakal nangis. Dan Jongho harus jelasin gimana ke Yeosang tentang Gaon?

Cklek.

Jongho memberanikan diri buat buka pintu, Yeosang lagi ganti baju ternyata. "Mau ikut ke rumah sakit gak?" Tanya Jongho. "Kata Adek lo gak sarapan, kenapa? Makanan di dapur masih utuh, lo gak makan siang?"

"Jong maaf, aku gak bisa makan. Minum susu aja dimuntahin lagi. Dari pagi aku ribet banget," Keluh Yeosang. "Pengen ikut ke rumah sakit, pengen ke Wuyo. Tapi..."

Jongho meluk tubuh Yeosang. Tiba-tiba terpikir dalam benaknya, ternyata dirinya udah sebesar ini, udah mau punya anak. Pantesan, rasanya masalah yang dateng tuh kerasa berat banget buat Jongho. Dia bukan anak kecil lagi kaya dulu.
Padahal harusnya Jongho bisa ngelewatin duka ini dengan baik. Tapi terlalu banyak penyesalan yang ditanggung Jongho.

"Gak perlu ikut, nanti Bunda Jeonghan juga pulang ke sini kok. Om Younghoon sama Asahi juga istirahat di sini nanti, mereka dari Batam, keluarganya Mommy Hwa. Di rumah juga rame kan nanti lo gak akan kesepian. Tapi mungkin gue gak pulang dulu, gapapa ya?"

Yeosang ngangguk pelan. "Gapapa kok. Aku tunggu di sini, jangan skip makan ya. Gimana keadaan Wuyo?"

"Operasinya selesai dengan baik, tapi gak tau juga kedepannya. Banyak resiko yang mungkin terjadi, doain Wuyo ya?"

530 BackwardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang