24 : End game

1.6K 218 62
                                    


••

Karena kecelakaan kemarin, Daehyun pun ditetapkan sebagai tersangka utama. Daehyun gak menyangkal, gak membela diri gak  mencoba juga buat menjelaskan gimana sebenernya. Polisi itu ribet, mau membela diri tapi malah disuruh cari bukti. Jadi yaudah, Daehyun lebih baik bayar denda aja meskipun jumlahnya juga gak sedikit.

Setelah selesai urusan sama kepolisian, Daehyun stay dirumah sakit sama Hongjoong dan Seonghwa. Pasutri itu gak jadi melakukan pagi enak karena udah dicall duluan sama Daehyun.

"Nikahin aja Joong, saya setuju soalnya ya mau gimana lagi. Udah terlanjur isi begitu. Duh malu bener saya, perbuatan kelam ditiru anak," Daehyun ketawa, dia baru aja dikasih tau sama Hongjoong perihal masalah Jongho. Daehyun gak marah, cuma bisa support. Karena Daehyun tuh tipe orang yang, kalo udah terjadi mah yaudah, mau digimanain lagi.

Daehyun sama Hongjoong juga nyempetin ngerokok diluar area rumah sakit, area smoking tepatnya. Sementara Seonghwa sibuk di dalem, ngurus pengobatan buat Gaon.

"Manufacture yang di tanggerang nanti biar di kelola sama Jongho aja sambil kuliah ya Joong, saya khawatir Jongho gak percaya diri karena merasa masih mengandalkan uang orang tua,"

Hongjoong ngangguk setuju, untungnya dia dan Daehyun udah beli pabrik manufacture permesinan agrotek tiga tahun lalu. Sengaja, buat bekal Jongho di masa depan karena tau kalo Jongho gak suka sama berkas dan grafik saham. "Gaon sendiri gimana? Saya rasa Gaon udah gak bisa dipercayakan lagi ke orang tuanya. Orang tuanya macam bodat begitu. Saya juga belum tau motif mereka kaya gini tuh apa,"

"Baik ya anaknya,  udah lama saya gak liat anak itu. Tau-tau udah gede aja," Daehyun buang sisa puntung rokoknya  ke jalan. "Coba pikirin baik-baik, kalo kita gak tau motifnya, kita juga gak akan bisa kelarin masalah,"

"Waktu itu Mba Miyeon tanya-tanya masalah warisan dan sahamnya anak-anak. Saya bilang, Jongho punya hak waris yang lebih besar dari Wooyoung dan Haruto. Mungkin karena itu sekarang dia ngincar Jongho,"

"Mungkin iya Joong, betul kaya gitu. Itu sih mungkin mudah, toh sekarang juga Miyeon lagi parah. Kasih sejumlah uang yang dia mau, kalo sekali lagi dia berbuat kaya gini, usahakan penjarain,"

Miyeon emang terluka cukup parah, tubuhnya sempet kejepit di dalem mobil, kepalanya juga mengalami pendarahan.

Sayangnya mereka salah tebak, karena yang di incar Miyeon dan Minhyuk itu jaringan hati anak-anaknya, bukan harta apalagi warisan.

Seonghwa di dalam sama Jiyeon, mereka baru selesai ngurus pengobatan Gaon dan berhasil dapet ruang VIP buat kamar rawatnya. Lega banget, untung gak penuh. Gaon sendiri luka dibagian sisi mata, pinggang ke bawah memar-memar karena benturan dan pundaknya juga. Gak terlalu parah tapi shocknya berpengaruh ke kambuhnya penyakit bawaan sejak lahir.

"Kamu mau memfasilitasi semua pengobatan Miyeon? Gak Hwa, lebih baik jangan. Buat apa sih, nanti dia sembuh malah berulah lagi," Kata Jiyeon. Tangannya nahan Seonghwa buat gak bertindak terlalu baik ke Miyeon.

Seongwa bingung, rasa bencinya ke wanita itu  emang besar banget. Tapi hatinya tetep punya rasa kemanusiaan, liat Miyeon terbaring dengan keadaan yang begitu parah. UGD lagi sibuk, dan namanya rumah sakit zaman sekarang, yang di utamakan itu pasien umum dan yang tagihannya udah lunas. Miyeon cuma ditangani luka luarnya aja dan dikasih infus, sisanya gak ditangani padahal keadaannya udah memprihatinkan. Pihak rumah sakit masih nunggu pihak keluarga datang tapi percuma, Miyeon gak punya keluarga.

"Aku bantu dia karena kemanusiaan Mba, bukan karena mendukung-"

"Maaf, penanggung jawab korban kecelakaan tadi? Pasien atas nama Miyeon tidak bisa kami selamatkan, mohon maaf. Waktu kematiannya pukul 10.13 AM. Pasien meninggal dunia karena pecah pembuluh darah,"

530 BackwardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang