Seumur hidupnya, Haruto gak pernah denger orang tuanya berantem apalagi sampe main kekerasan. Tapi sore ini, Haruto menyaksikan sendiri Kakaknya berantem. Meskipun pintu kamar itu ditutup dan dikunci rapat tapi Haruto masih bisa denger suara keras dan bentakan Kakaknya, juga samar-samar suara tangisan Yeosang. Haruto duduk diruang tengah, sedangkan kamar Jongho sendiri emang ada di sana.
Setelah beberapa lama kemudian, pintu itu terbuka dan Jongho keluar. Haruto natap Jongho penuh selidik. "Ngapain bentak-bentak Kak Yeosang? Kakak yang salah," Kata Haruto sinis.
Haruto berani negur soalnya Haruto gak suka Yeosang dikasarin. Haruto tau sendiri gimana repotnya Yeosang beberapa hari ini, dia morning sickness, muntah-muntah dan sakit perut. Tapi tetep memaksakan diri buat bikinin Haruto sarapan karena di rumah gak ada siapa-siapa. Haruto juga tau Yeosang ngidam banyak hal, tapi gak semua bisa Haruto kabulkan. Harusnya Yeosang gak dimarahin kaya gini.
"Berantem sedikit aja kok Dek, Kakak tidur bentar ya di atas, sakit kepala banget ini," Jawab Jongho kemudian naik ke atas tangga buat masuk ke kamar lama nya, mau istirahat sebentar.
Pengen banget Haruto genjrengin gitarnya yang kenceng dihadapan wajah Jongho.
Tanpa pikir panjang lagi Haruto langsung masuk ke kamar Jongho dan Yeosang buat liat keadaan Kakak Iparnya. Yeosangnya lagi nangis tapi langsung buru-buru ngusap air matanya waktu Haruto dateng.
"Kak, gapapa? Di apain aja? Nanti Adek aduin ke Mommy sama Daddy,"
"Loh gapapa Dek, jangan bilang apa-apa ke Mommy sama Daddy ya," Jawab Yeosang. Yeosang cuma malu aja, masa masalah kaya gini masih ngadu ke orang tua.
"Gapapa gimana, Kakak diseret dari depan ke sini. Kakak lagi hamil, di dalemnya bayi bukan biji salak. Adek bikinin teh anget ya biar Adek Bayi gak kaget? Kaget pasti di bentak Bapaknya,"
Yeosang malah ketawa, dia berusaha menghitung berapa kata yang keluar dari mulut Haruto. 29 kata ternyata, kayanya ini terbanyak yang keluar dari mulut Haruto.
Gitu-gitu juga Haruto sayang banget sama keponakannya, keponakan pertamanya Haruto soalnya."Dek, kalo Kakak pulang gapapa?" Tanya Yeosang. Dia pengen pulang, menjalani hidup lamanya sendirian kaya biasa, dari pada harus hidup sama Jongho. Belum apa-apa udah sekasar ini.
Tapi di sisi lain Yeosang gak tega tiap kali liat Haruto. Haruto yang sering bantuin Yeosang kalo morning sickness dan segala keribetan hamil muda lainnya, yang mengusahakan apapun ngidamnya. Apalagi sekarang Mommy dan Daddy sibuk ngerawat Wooyoung, pasti gak ada yang ngurusin Haruto di sini.
"Gapapa, pulang aja kalo disini gak nyaman. Yang penting batin sehat. Ayok, Adek temenin jalan kaki, Adek yang bawa barang,"
"Tapi Kak Jognho dimana? Lagi diluar gak?" Yeosang takut ada Jongho diluar dan dimarahin lagi.
Haruto menggeleng. "Lagi tidur di atas, ayo,"
Yeosang ngangguk seneng, gak lupa ngucapin banyak terimakasih juga sama Haruto. Yeosang udah memutuskan, dia bakal jadi single parent aja, Yeosang gak mau pertanggung jawaban Jongho. Bukan masalah Jongho lebih memprioritaskan Wooyoung, bukan. Toh itu wajar dan Yeosang pun sama sayangnya ke Wooyoung. Tapi Jongho kurang menghargai Yeosang di sini, dan Yeosang merasa gak di anggap.
Yeosang beresin sisa barang miliknya, dia gak meninggalkan satu barang pun di kamar ini. Gak lupa, Yeosang juga beresin kamar Jongho, dia ganti juga sprei nya. Mana tau Jongho gak suka pake sprei bekas Yeosang kan.
Sebelum bener-bener pergi, Yeosang ngelus dulu perutnya. Meyakinkan dulu Optimus Prime yang selalu tenang kalo ada Papanya doang, kalo gak ada Papanya dia mulai merengek ke Yeosang sampe Yeosang lemes. "Gapapa ya gak sama Papajong, sama ibu berdua juga pasti baik-baik aja kok. Jadi anak yang baik ya, bantuin Ibu," Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
530 Backward
FanfictionThe childhood that flies by, flowing like rubbish down the river, fades into oblivion. Childhood promises are stupid words that can't be kept. Jongho carved a name, only to remember and love for the rest of his life. Wooyoung who is so childish a...