Seonghwa udah nekan bel, dia denger suara seseorang dari dalam nyuruh Seonghwa buat nunggu sebentar. Sampai pintu dihadapannya terbuka, menampilkan Yeosang dengan pakaian santainya. Seonghwa kagum, pantas Jongho sejatuh cinta ini sama Yeosang, manis dan cantik banget. Seonghwa yang biasa lihat Yeosang pake olesan make up tipis dan rambut di urai nutup dahinya, sekarang bisa lihat Yeosang tanpa make up, rambutnya di ikat, menampilkan tanda lahir kemerahan di ujung matanya, cantik.
"Mommy?" Yeosang kaget sebenernya, perasaannya juga gak enak waktu lihat Seonghwa ada di sini. "Masuk dulu, maaf ya, rumah Yeo kecil. Berantakan juga soalnya Yeo belum sempet beberes,"
Seonghwa ngangguk, dia masuk dan liat kesekelilingnya. Berantakan apanya, Seonghwa liat ini rapih banhget. "Yeo, jangan kerja berat-berat ya, dijaga kandungannya,"
Pergerakan tangan Yeosang berhenti, dia dibuat terdiam sama kalimat Seonghwa. "Mommy tau?" Tanya Yeosang.
"Ya, Mommy tau semuanya,"
Kemudian Yeosang nangis tanpa bisa di tahan lagi, hampir bersujud dibawah kaki Seonghwa sebelum Seonghwa nahan tubuh Yeosang. "Kamu kenapa Yeo, jangan kaya gini ah, sini bangun liat mata Mommy," Seonghwa nangkup wajah calon menantunya ini dengan lembut.
"Yeo minta maaf, Yeo minta maaf Mommy. Maaf udah hancurin masa depannya Jongho,"
"Loh kenapa harus minta maaf, kan kamu juga korban,"
Yeosang menggeleng. "Enggak, Yeo yang mulai duluan. Yeo yang maksa Jongho, maafin Yeo," Tangisan Yeosang makin keras.
Seonghwa meluk Yeosang, diusapnya punggung itu biar Yeosang tenang. "Masa depan Jongho gak akan hancur, masa depan kamu juga. Masa depan kalian bagus kok, nanti punya anak yang gantengnya kaya Jongho atau cantiknya kaya kamu. Jangan berpikir kalo masa depan kalian akan berantakan karena bayi ini hadir, kasian bayi kalian,"
Yeosang beneran gak bisa buat tenang sekarang, Yeosang merasa bersalah dan gak enak karena bukan cuma Jongho yang baik, tapi keluarganya juga. "Yeo cuma merasa... Jongho dirugikan karena perbuatan gila Yeo sendiri Mom. Padahal kalo bisa, Jongho gak perlu tanggung jawab, Yeo gapapa sendirian,"
Seonghwa menghela nafasnya kasar, cukup lama Seonghwa natap wajah sembab Yeosang sampe akhirnya Seonghwa senyum tipis. "Mommy dan Daddy gak akan pernah memaafkan Jongho kalo dia gak bertanggung jawab atas kamu dan bayi kalian, kami bisa aja ngusir Jongho pergi dari rumah. Yeo, Mommy yakin didikan Mommy udah maksimal, dan Mommy yakin, Jongho bukan orang yang bisa lari dari tanggung jawab,"
"Tapi Yeo ngerepotin,"
"Enggak sayang, kamu gak ngerepotin. Sini duduk dulu," Seonghwa bawa Yeosang buat duduk. "Udah makan belum?"
"Jongho udah beliin nasi ayam, tapi Yeo gak bisa makan, maaf. Bukannya Yeo gak mau makan, tapi gak bisa," Jawab Yeosang.
"Tinggal sama Mommy dulu ya dirumah, Mommy nanti yang urus kamu. Hamil muda memang repot, Mommy tau dan itu butuh dampingan, gak bisa sendirian begini. Nanti Mommy dan Daddy Hongjoong juga akan bicara sama Ayah kamu, jangan khawatir,"
Yeosang pun setuju buat tinggal dulu dirumah keluarga Kim atas bujukan Seonghwa. Pun Seonghwa emang merencanakan pernikahan Jongho dan Yeosang secepat mungkin, asal sah aja dulu, tapi nanti setelah Hongjoong ngobrol sama Ayahnya Yeosang juga.
Sekarang Yeosang lagi packing beberapa baju dibantu sama Seonghwa. Yeosang gak tau harus gimana sekarang, aneh rasanya kalo harus dipikir kembali. Tiba-tiba dirinya tinggal dirumah keluarga Kim, satu rumah sama Jongho dan Wooyoung. Gimana nanti reaksi Wooyoung? Yeosang takut Wooyoung marah.
"Jadi orang tua itu pekerjaan seumur hidup kan, dan itu gak mudah. Tapi punya anak itu berasa punya harta. Mommy udah ngerasain, punya tiga anak. Meskipun capek tapi ternyata Mommy hidupnya jadi lebih bahagia, punya semangat dan alasan buat hidup. Gak ada yang sulit kok, semangat ya," Seonghwa narik resleting tasnya Yeosang, ini yas terakhir, semuanya ada empat tas pakaian dan barang penting . "Apalagi kan sekarang banyak yang akan jagain kamu. Jongho, Mommy, Daddy, Wuyo, ada Om Daehyun, Ibu Ji, Adek Ruto, semuanya. Kamu sekarang udah jadi anaknya Mommy juga,"
KAMU SEDANG MEMBACA
530 Backward
Fiksi PenggemarThe childhood that flies by, flowing like rubbish down the river, fades into oblivion. Childhood promises are stupid words that can't be kept. Jongho carved a name, only to remember and love for the rest of his life. Wooyoung who is so childish a...