56. Perfect Line

2.8K 169 24
                                    

        Dengan Gitar yang sama dengan sign Gaon , Haruto mainin instrumen lagu kesukaannya sambil nyanyi-nyanyi kecil dibelakang rumah. Di dahinya ada byebye fever karena demamnya belum sembuh. Haruto lagi cari angin, karena Haruto penat dikurung terus dikamar. Kemudian datanglah Wooyoung, bawa dua gelas jus buah dragon buat dirinya dan juga Haruto.

Bagus, dua orang sakit minum es, angin-anginan diluar pake kaos aja padahal cuaca lagi lumayan dingin.

"... Belum pernah ku jatuh cinta
Sekeras ini, seperti padamu.." Jemari Haruto berhenti, begitupun nyanyiannya padahal Wooyoung lagi nyaman banget dengerin Adeknya main musik.

"Adek ih, nyanyi lagiiii," Rengeknya.

Haruto fokus ke darah yang keluar dari hidung Wooyoung. Haruto memutuskan buat bersihin darah itu pake ujung kaos putihnya dan Wooyoung pun gak nolak. "Kak.." Panggilnya.

"Hum, apah?" Wooyoung sesekali narik darahnya ke dalem kaya narik ingusnya sendiri. "Syut jangan berisik, nanti ketauan Mommy,"

"Kak Wuyo ketusuk jarum aja Adek patahin jarumnya,"

"Iya kan Adek sikopet," Jawab Wooyoung sambil ketawa pelan.

Tapi tiba-tiba Haruto jadi lemah banget, dia nenggelamin wajahnya di kaki Wooyoung yang lagi duduk bersila. Wooyoung yang awalnya biasa aja mulai sedih karena dilihatnya punggung Haruto bergetar dan ada suara isakan-isakan kecil.

"Adek kenapaaa? Adek kebanyakan minum paracetamol? Apa kedinginan? Biar Kak Wuyo ambilin jaket.." Wooyoung dengan naluri seorang kakak mulai ngusap punggung Adeknya.

Haruto udah lama pengen nangis, pengen teriak sekenceng-kencengnya setelah tragedi besar yang bikin Kak Wuyonya jadi sakit-sakitan. Padahal Haruto gak pernah mau Wooyoung terluka barang sedikitpun, tapi orang lain seenaknya melukai Wooyoung tanpa rasa kemanusiaan. Sejak Wooyoung disimpan di depan rumah dengan keadaan sekarat, Haruto udah pengen nangis keras dan marah.

Haruto masih nangis, tanpa bilang apapun. Intinya Haruto pengen bilang kalau dirinya marah sama orang-orang yang udah menyakiti dan melukai Wooyoung. Haruto pengen bilang betapa berharganya seorang Wooyoung dirumah. Orang-orang dirumah itu keras dan dingin, termasuk Haruto sendiri. Kecuali Wooyoung, satu-satunya penghangat yang membuat rumah jadi warna warni. Haruto bisa membayangkan gimana kalo gak ada Wooyoung, Daddy dan Kak Jongho yang sama kerasnya mungkin bakal berantem dan saling pukul. Tanpa Wooyoung, Mommynya pasti akan lebih mementingkan pekerjaan.

Meskipun Haruto sering mengeluh, tapi hal yang paling Haruto syukuri adalah terlahir di keluarga ini.

"Katanya kita gak sedarah," Tapi cuma ini yang terucap dari mulut Haruto. Kalimat singkat yang bahkan gak dimengerti Wooyoung.

"Kak Wuyo gak ngerti deh Adek bilang apa,"

"Gapapa Kak, Adek cuma sakit kepala. Sakit banget sampe nangis," Haruto bangun, hapus air matanya dan kembali masang wajah datarnya. Baju putihnya bahkan udah dikotori warna darah dari hidung Wooyoung.

Tapi seakan udah terbiasa, Wooyoung gak terganggu sama sekali. Wooyoung mimisan dari kecil, dan rasanyapun gak sakit.

"Adek , Kak Wuyo pengen jadi Pirate Queen deh. Nikah sama Pirate King, terus Kak Wuyo pake gaun dan mahkota," Wooyoung mulai menerawang, membayangkan seandainya dirinya pake gaun dan jadi ratu sehari. Terus nanti ada Yunho dan Yeosang yang jadi brides maid nya. Pasti lucu.

"Kenapa enggak? Tinggal nikah," Jawab Haruto. Kaya dikorek lukanya. Waktu itu Wooyoung ngambek karena gak dibolehin pake gaun di nikahan Jongho dan Yeosang, berakhir dengan Wooyoung hilang dan pulang dengan keadaan sekarat. Haruto trauma.

530 BackwardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang