Menepati janji buat update normal.
Nanti aku publish semua chapternya sekitar sorean y, maaf kalo nanti spam notif.•••
Hidup itu sebentar, siklusnya sama, tapi mau jadi manusia seperti apa selama hidup itu adalah pilihan. Hongjoong natap layar Hpnya dengan begitu fokus, scroll terus, banyak banget foto-foto kecil sikembar dan juga Haruto. Anak-anaknya udah dewasa sekarang, udah bukan anak bayi yang perlu ditimang. Hongjoong bangga, selalu bangga dengan segala pencapaian mereka. Sejak sikembar dan Haruto bisa merangkak, sejak saat itu Hongjoong gak pernah gak bangga sama mereka.
Tapi kan Hongjoong makin tua sekarang, usianya makin bertambah, seiring vonis dokter tentang penyakit jantung turunan yang sekarang di derita Hongjoong.
Udah lama Hongjoong dapet diagnosa ini, satu tahun lalu dan Hongjoong cuma ceritain semuanya ke istri tercintanya, Seonghwa. Semua baik-baik aja, sampe Hongjoong dapet kabar kalo Ayah meninggal dunia karena serangan jantung. Padahal kondisi Ayah perlahan udah mulai membaik. Memang, kematian itu gak ada yang tau kapan datangnya. Tapi dari kejadian menyakitkan ini Hongjoong jadi penuh ketakutan, takut ninggalin anak-anak di dunia ini. Jongho yang belum cukup dewasa buat jadi seorang ayah, Wooyoung yang kekanakan dan masih sakit, juga Haruto yang masih perlu tumbuh dengan baik. Mereka semua masih butuh figure seorang ayah.
"Kim Hongjoong jangan mikir yang aneh-aneh," Tegur Seonghwa sambil nyubit pinggang suaminya. Seonghwa ngerti kok, dia peka banget. "Fokus doain ayah, jangan main Hp terus,"
"Iya sayang," Hongjoong senyum, dia menyaksikan semuanya, proses pemakaman ayahnya yang di iringi isak tangis cucu-cucunya. Iya, Wooyoung yang nangis. Soalnya Wooyoung paham, dia yang paling dimanjain dari kecil.
Sedangkan ibu berusaha mengantar Ayah ke rumah terakhirnya dengan senyuman. "Ibu ikhlas, terimakasih ya yah, selama hidup Ayah selalu berusaha membahagiakan keluarga. Ninggalin anak-anak yang hebat dan mandiri, juga gak pernah biarin Ibu kekurangan. Selamat istirahat," Ucapnya yang bikin hati Hongjoong semakin sakit.
Iya, Ayah emang ninggalin Seungcheol dan Hongjoong dalam keadaan udah mandiri dan punya pekerjaan yang bisa dibilang bagus. Ayah berhasil mendidik dua putranya. Tapi apa Hongjoong bisa mendidik anak-anaknya sampe nanti ketika Hongjoong pergi, mereka udah bisa jadi anak-anak yang hebat dan mandiri. Dan apa Hongjoong udah bisa membahagiakan Seonghwa sama kaya Ayah membahagiakan Ibu? Jujurly, Hongjoong overthingking. Pengen ngadu ke Ayah, karena ternyata jadi seorang Ayah juga gak mudah.
"Daddy," Sampe suara lembut itu menyadarkan Hongjoong dari renungannya. Hongjoong senyum, nerima pelukan Wooyoung ditubuhnya. "Wuyo gak mau ditinggalin Daddy,"
Otak jahil Hongjoong mulai bekerja dengan baik, jarang-jarang Wooyoung confess kaya gini. "Kenapa? Kan nanti juga kalo Daddy udah tua pasti ninggalin Wuyo kok," Katanya.
Wooyoung menggeleng, nangis sambil nenggelamin wajahnya di dada Hongjoong. "Nanti gak ada yang jagain Wuyo,"
"Ada Kak Jongho.."
Lagi-lagi Wooyoung menggeleng ribut. "Jongho punya keluarga, nanti nomor satu buat Jongho bukan Wuyo lagi. Terus Wuyo cuma punya Daddy, yang jagain Wuyo dari Wuyo lahir,"
Jujur, Hongjoong tersentuh denger kalimat Wooyoung. "Waktu Wuyo dan Jongho lahir, Daddy bilang makasih sampe ratusan kali ke tuhan saking bersyukurnya. Masa iya sih sekarang Daddy ninggalin Wuyo hm," Ujarnya berusaha menenangkan Wooyoung.
"Banyak yang Wuyo kenal tapi mereka pergi duluan. Shine, Mommy, Dedek Gaon, Kakek.." Gumam Wooyoung. "Meskipun gak semuanya ninggalin cerita yang baik, tapi Wuyo sedih kalo ditinggal pergi,"
Hongjoong ketawa ringan, iya Wooyoung mah softnya kalo ada moment sedih aja. "Yaudah atuh jangan gloomy, doain Kakek aja ya biar istirahat di surga,"
Eh gak lama kemudian Jongho juga dateng, meluk Hongjoong di sisi yang lain, padahal badannya gedean Jongho. Karena gak bisa di pungkiri, Jongho pun sedih ditinggal kakeknya. Pada akhirnya, bocah kembar nempel ke Bapaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
530 Backward
FanficThe childhood that flies by, flowing like rubbish down the river, fades into oblivion. Childhood promises are stupid words that can't be kept. Jongho carved a name, only to remember and love for the rest of his life. Wooyoung who is so childish a...