Bagian 46

11 4 0
                                    

Selamat Membaca!

◀ ▶

Ditya mendongakkan kepala, mengalihkan pandangannya dari buku paket dengan ketebalan ratusan halaman itu, lantas memandang aneh gelagat Geya yang sedari tadi berjalan mondar-mandir di hadapannya. Ditya merasa ada yang hendak dibicarakan oleh gadis itu, namun keraguan jauh lebih besar menguasainya.

Ditya mencoba mengabaikan gadis itu, kembali fokus pada tugasnya. Lagi pula, jika ada hal penting yang hendak dibicarakan oleh Geya, Ditya yakin, gadis itu akan segera memanggilnya.

Akan tetapi, sepertinya lelaki itu salah. Sebab, Geya tak kunjung mengajaknya bicara dan semakin membuat kepala Ditya pusing karena cahaya lampu yang menggelap akibat tertutup tubuh Geya.

“Kamu kenapa dari tadi mondar-mandir seperti itu, Geya?” tanya Ditya yang tidak tahan untuk tidak mengangkat suaranya.

Geya berhenti berjalan, menatap lurus Ditya yang tepat berada di hadapannya. Gadis itu menarik napasnya panjang, lalu duduk di sebelah Ditya.

“Ditya, ada yang mau gue tanyain sama lo.”

“Apa, Geya?”

“Apa aja syarat untuk ngundurin diri sebagai ketua klub?”

Mendengar pertanyaan itu, Ditya mengernyit. “Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?”

“Jawab aja dulu, Ditya. Apa susahnya, sih?”

Ditya menghela napas. “Untuk pengunduran diri dari ketua, enggak ada syarat yang bagaimana mengikat. Hanya saja, ketua klub yang hendak mengundurkan diri harus membuat surat pengunduran diri sebagai ketua yang berisikan lengkap nama, jabatan, dan alasan dia mengundurkan diri. Sudah?”

Geya mengangguk cepat. “Udah, makasih,” ujar gadis itu.

“Sekarang, giliran kamu, jawab pertanyaan saya. Kenapa kamu mendadak menanyakan hal tersebut?”

Cukup lama Geya bergeming, hanya menatap Ditya dengan tatapan yang sulit untuk Ditya jabarkan. Sesaat kemudian, gadis itu malah tersenyum. “Gue mau ngundurin diri sebagai ketua klub tari.”

Ditya tidak terkejut. Juga, tidak bisa dibilang menerima kalimat itu mentah-mentah. Yang menimbulkan pertanyaan di benak lelaki itu ialah kenapa Geya mendadak ingin mengundurkan diri?

Ditya bahkan masih ingat, saat dirinya meminta Geya untuk berhenti menjadi ketua klub saat itu dan Geya menolaknya mentah-mentah. Bahkan, tidak hanya penolakan yang dia dapat, Geya juga sempat mencercanya habis-habisan. Tapi, sekarang? Di saat Hartawan sudah tidak mempermasalahkan hal tersebut kemarin, kenapa Geya malah berpikir demikian?

“Kenapa?” Satu kata yang terlontar dari mulut Ditya.

“Kenapa apanya?”

“Kenapa kamu mau ngundurin diri dari jabatan kamu? Bukannya, kamu pernah berusaha untuk mempertahankan jabatan kamu?”

Terdengar helaan napas dari Geya, sebelum bibirnya terbuka untuk mengeluarkan suara. “Gue rasa, udah saatnya gue fokus sama studi dan enggak mikirin hal lain. Mungkin, tari adalah bagian dari hidup gue. Sebagian nyawa gue ada di sana. Lewat tari, gue bisa mengekspresikan diri gue. Dan, lewat tari, gue bisa mengenal anak-anak klub yang selalu menjadi rumah kedua bagi gue. Mereka yang selalu support gue, bahkan di saat awal gue menjabat sebagai ketua.”

“Kalau tari sebegitu pentingnya untuk kamu, lalu kenapa kamu memilih untuk mengundurkan diri? Saya yakin, alasan fokus dengan pendidikan adalah alasan nomor sekian, kamu tentu punya alasan lain yang lebih kuat, kan?”

Geya, Ditya, dan Rahasia Semesta [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang