Selamat Membaca!
◀ ▶
"Ge ... Geya, bangun. Kamu dipanggil sama Kak Diego, disuruh ke ruang OSIS."
Kelihatannya, usaha Flora memanggil Geya untuk membangunkan gadis itu sedikit sia-sia. Sebab, bukannya terbangun, Geya malah semakin nyenyak saat tidur. Terbukti dari wajah damai milik Geya.
Sebetulnya, Flora tidak tega harus membangunkan Geya di jam istirahat seperti ini. Apalagi setelah dia tahu, bila Geya yang kurang tidur seperti ini ialah karenanya. Namun, apa boleh buat. Baru saja, tadi saat ke kantin, Diego meminta bantuannya untuk memanggil Geya menemuinya di ruangan.
Jika dengan cara lembut, Geya tidak bisa bangun, maka berikutnya Flora terpaksa untuk harus mengguncang gadis itu dengan sedikit kencang. Membuat Geya terkejut dan refleks mengangkat kepalanya dari atas meja.
"Kenapa, Flo?" tanya Geya dengan mata yang belum terbuka sempurna. Masih ada beberapa persen rasa kantuk yang tertinggal di sana.
"Lebih baik, sekarang kamu cuci muka, terus ke ruang OSIS. Kak Diego nyariin kamu. Kasihan dia nunggu lama," ujar Flora memerintahkan Geya.
Geya yang baru bangun melawan rasa kantuknya tersebut, hanya menganggukkan kepala kemudian berjalan meninggalkan Flora di dalam kelas.
Pertama-tama, gadis itu melangkah menuju toilet, guna membasuh muka seperti apa yang diperintahkan oleh Flora tadi. Seusai membasuh muka, barulah kesadaran Geya kembali pulih seratus persen.
Keluar dari toilet, Geya melangkah menuju ruang OSIS. Geya tidak tahu apa alasan pasti Diego memanggilnya di sela-sela jam istirahat seperti ini. Tapi, Geya sudah dapat menduga bila semua ini akan berkaitan dengan masalah klub tari. Mungkin, Diego ingin mengingatkan batas waktu dari target yang telah disepakati mereka berdua waktu itu.
Di ruangan, ternyata Diego tidak sendiri. Ditya dan beberapa pengurus inti OSIS yang lain juga bertengger di ruangan full AC tersebut. Entah untuk urusan pekerjaan atau sekadar menumpang AC di sini.
"Maaf, Kak, sedikit lama. Tadi habis dari toilet," kata Geya.
Melihat kedatangan Geya, Diego tersenyum. Lelaki itu mengajak Geya untuk duduk di sofa.
"Sebelumnya, Kakak enggak perlu basa-basi lagi. Tentu, kamu udah bisa menebak apa alasan Kakak manggil kamu ke sini. Bukan begitu, Geya?" ujar Diego.
Geya menganggukkan kepala. "Tahu, Kak. Tentang klub, kan?"
"Iya, Geya. Ini tentang klub. Kamu tentu enggak lupa tenggat target kita, bukan?"
Tentu Geya masih ingat. Bahkan, gadis itu sangat mengingatnya.
"Dihitung dari hari ini, tersisa kurang dari seminggu lagi untuk klub mencapai target jumlah anggota yang telah kita sepakati waktu itu. Jadi, bagaimana perkembangannya sejauh ini, Geya?" tanya Diego yang langsung masuk pada inti pembicaraan. Mengingat waktu istirahat yang tidak begitu lama, maka pembahasan ini harus segera diselesaikan.
"Sejauh ini, aku dan anggota udah berhasil ngumpulin 6 orang yang berniat untuk gabung ke klub tari, Kak. Untuk 4 orang lainnya, masih sangat kami upayakan," jelas Geya.
"Oke-oke. Jadi, sudah 60% dari target anggota, ya. Tapi, sejauh ini, menurut kamu respons anak-anak saat kalian ajak, bagaimana? Mereka merespons dengan baik atau tidak?"
"Ada yang merespons dengan baik, ada juga yang tidak, Kak." Geya seketika teringat dengan hal yang menimpa Dean waktu itu.
"Begitu, ya. Sebelum membahas lebih jauh, Kakak ingin mengapresiasi semangat anak-anak klub tari yang udah mengerahkan tenaganya untuk mengajak lebih banyak orang untuk join ke dalam klub tari. Tapi, ya, sesuai kesepakatan, kalau dalam waktu kurang dari seminggu ini, klub tari belum bisa mengumpulkan 4 orang lainnya, maka kamu tahu konsekuensinya, kan, Geya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Geya, Ditya, dan Rahasia Semesta [ Completed ✔ ]
Teen FictionBlurb : Di tengah ancaman klub tari yang akan diberhentikan sementara, Geya Gistara sebagai ketua klub berusaha mempertahankan eksistensi klub tersebut. Meski Geya tahu bahwa seberusaha apa pun dia mempertahankan klub, akan ada dua orang yang selalu...