Selamat Membaca!
◀ ▶
“Geya, ke kantin, yuk.”
Geya mendongakkan kepala, melihat Flora yang kini ada di hadapan seraya tersenyum cerah bagaikan habis mendapatkan hujan uang.
Tanpa berpikir panjang, Geya langsung mengangguk. “Ayo, kebetulan aku juga mau beli air mineral. Botol air aku udah habis.”
Dengan segera, Flora mengapit tangan Geya, membawa gadis itu keluar dari dalam kelas.
“Senangnya dalam hati ….”
Di sepanjang jalan menuju kantin, Flora sibuk bersenandung. Wajahnya benar-benar berseri, membuat Geya geleng-geleng kepala.
“Kamu kenapa, Flo? Senang banget hari ini. Habis ditimpuk hujan uang, ya?” tebak Geya dalam konteks bercanda.
“Kayaknya, kalau ada hujan uang, aku enggak bakal ada di sini lagi, Ge. Udah dipastikan, seorang Flora akan berhenti sekolah dan pergi ke luar negeri,” jawab Flora riang.
“Lalu, pas uangnya udah habis, kembali lagi ke sini jadi pengemis?”
Flora refleks menatap Geya dengan tatapan tajamnya. “Geya! Kalau nebak suka benar, ya!” seloroh Flora yang membuat Geya tertawa.
“Kalau bukan karena hujan uang, lalu kenapa kamu seneng banget?”
Flora menyatukan kedua tangan hingga terdengar bunyi tepukan kecil. “Aku habis dikirimin uang sama Papi. Duh, senang banget. Papi paling tahu kalau anak bungsunya ini lagi mengalami krisis moneter di akhir bulan. Ya, sebelas dua belas dengan hujan uang, lah, ya?”
Geya tertawa kecil. “Pantesan senangnya minta ampun. Ngomong-ngomong, kamu mau beli apa, Flo?” tanya Geya sesampainya di kantin.
Flora melepaskan apitan tangannya pada tangan Geya. Dengan cepat menunjuk ke arah kantin berwarna biru. “Bakso!” serunya. “Kamu juga mau makan bakso?”
Geya menggeleng kecil. “Aku beli air aja. Masih kenyang.”
“Tapi, temenin aku makan bakso di situ, ya?” pinta Flora menunjuk ke bawah pohon rindang yang langsung dibalas dengan anggukan kepala dari Geya.
“Siap, Bu Flora.” Geya mengacungkan jempol.
“Oke, deh. Aku pesan bakso dulu, ya.”
Setelah Flora pergi memesan bakso, Geya lantas berjalan menuju arah yang berbeda. Gadis itu langsung melangkah menuju pohon rindang yang ditunjuk Flora untuk mengambil tempat dengan sebotol air mineral di tangan.
Namun, saat gadis itu hendak menuju meja tersebut, seketika langkahnya terhenti. Pandangan Geya terkunci pada sosok laki-laki yang kini berdiri di tepi lapangan. Itu Ditya, yang entah sedang berbincang dengan siapa. Yang pasti, itu adalah seorang perempuan.
Dari posisinya sekarang, sedikit demi sedikit Geya dapat menangkap pokok pembicaraan antara keduanya.
"Kalau lo perlu apa-apa, kabari gue aja. Sebisa mungkin, gue pasti bantuin lo.”
“Ditya … Ditya, cewek yang jadi pacar lo pasti beruntung banget. Secara dia punya cowok yang pintar, gentle, berjiwa pemimpin, udah itu baik dan peduli lagi terhadap perempuan.”
“Biasa aja kali, Sal, mujinya.”
“GEYA!”
“ASTAGA,” refleks Geya berteriak.
“Geya?”
Buru-buru, gadis itu menutup mulut dan mengalihkan pandangannya dari dua insan yang tengah berbincang tadi, saat Ditya menyadari keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geya, Ditya, dan Rahasia Semesta [ Completed ✔ ]
Teen FictionBlurb : Di tengah ancaman klub tari yang akan diberhentikan sementara, Geya Gistara sebagai ketua klub berusaha mempertahankan eksistensi klub tersebut. Meski Geya tahu bahwa seberusaha apa pun dia mempertahankan klub, akan ada dua orang yang selalu...