Bagian 11

23 5 0
                                    

Selamat Membaca!

◀ ▶

Ada banyak alasan kenapa Geya membenci Ditya. Pertama, karena Ditya lahir dari perselingkuhan Hartawan dan Calista. Kedua, perselingkuhan itu yang memicu depresi pada Risa hingga memutuskan untuk bunuh diri. Ketiga, Ditya yang penurut sehingga lebih disayangi oleh Hartawan. Terakhir, karena Ditya yang selalu ingin ikut campur untuk semua urusan Geya.

Geya tidak habis pikir. Kenapa Ditya sebegitu inginnya mencampuri urusan Geya, yang padahal Geya tidak pernah sekalipun ikut campur ke urusan lelaki itu. Jangankan untuk ikut campur, rasa benci yang kian hari kian bertambah besar itu membuat Geya bahkan tidak pernah ingin tahu hal apa pun yang terjadi menimpa lelaki itu.

Untuk alasan pertama dan kedua, barangkali Geya masih bisa berpikir jernih untuk tidak membenci Ditya dengan "terlalu". Sebab, jika dipikir-pikir, Geya tidak berhak membenci Ditya yang sama sekali tidak ikut andil dalam kesalahan yang diciptakan oleh Hartawan dan Calista.

Namun, untuk alasan ketiga dan keempat, bukankah itu adalah keputusan yang diambil Ditya seorang? Sehingga, itu adalah hal yang wajar jika Geya membenci laki-laki yang berusaha merebut semua kebahagiaannya itu.

Yang membuat Geya tidak habis pikir lagi adalah kenapa lelaki itu cenderung bersikap baik kepadanya. Ditya selalu berkata bahwa dia peduli terhadap Geya. Peduli, peduli, dan peduli. Padahal, tahu apa lelaki itu terhadap makna kepedulian yang sebenarnya? Bahkan, Geya sendiri tidak mendapatkan hal tersebut dari Hartawan yang sekarang menjadi satu-satunya orangtua yang dia punya.

Apa itu adalah salah satu cara Ditya menarik perhatian Hartawan, sehingga Hartawan begitu menyayangi lelaki itu? Jika benar begitu, maka harus Geya akui, bahwa Ditya adalah orang terlicik yang pernah Geya temui seumur hidupnya.

Geya lebih memilih Ditya bersikap terang-terangan membencinya dibanding berpura-pura baik, padahal sebenarnya dia ingin merusak kehidupan Geya. Tenang saja, Ditya tidak perlu takut bila Geya akan membocorkan perihal sifat buruknya kepada Hartawan, jika memang hal itu yang Ditya khawatirkan untuk terjadi.

Akibat kedatangan Ditya tadi, Geya jadi tidak bernafsu makan. Gadis itu membatalkan rencananya untuk mencari makan di luar. Alhasil, Geya hanya keliling-keliling tidak jelas.

Selama hampir setengah jam, gadis itu mengitari kota, dari jalan yang satu ke jalan yang lain. Sesekali, berhenti di beberapa titik guna mengistirahatkan jemari yang hampir keram akibat mencengkeram stang motor dengan erat, lantas kembali melanjutkan perjalanan.

Hingga untuk titik penghentian ke sekian, Geya benar-benar berhenti berkeliling. Gadis itu mencari tempat makan terdekat untuk mengisi energi yang nyaris terkuras habis. Pilihannya jatuh kepada sebuah warung nasi yang tidak terlalu ramai.

Setelah memarkirkan motornya, Geya berjalan masuk dan memesan makanan yang tersedia di sana. Karena, warung yang tidak ramai, maka Geya tidak memerlukan waktu yang lama untuk menunggu makanan datang.

Seusai makan dan membayar makanan, Geya melanjutkan perjalanannya. Kali ini, untuk pulang ke rumah. Dia tidak mau dikira orang gila yang sedari tadi kerjaannya hanya berkeliling kota tanpa tujuan.

Di perempatan lampu lalu lintas, fokus gadis itu kemudian terpusatkan pada beberapa anak kecil yang tengah berhamburan di jalanan. Sebagian dari mereka membawa kantong plastik, sebagiannya lagi hanya menadahkan tangan, meminta belas kasihan dari pengendara motor maupun pengemudi mobil yang berhenti setiap lampu merah menyala.

“Kak, minta uangnya, Kak. Aku belum makan dari kemarin,” ucapnya dengan nada yang lirih, seraya menadahkan tangan.

Benar-benar lirih, bahkan Geya nyaris tidak mendengarnya. Tanpa berbasa-basi, Geya memasukkan tangannya ke saku celana, mengambil sisa uang yang tadi dikembalikan saat membeli makanan dan langsung menyerahkannya kepada anak kecil itu.

Geya, Ditya, dan Rahasia Semesta [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang