Bagian 8

17 5 0
                                    

Selamat Membaca!

◀ ▶

Berbeda dengan pengambilan keputusan pada biasanya, OSIS SMA Pertiwi menerapkan sistem yang berbeda. Ketua OSIS dianggap sebagai pengambilan keputusan tertinggi. Sedangkan, pembina hanya sebagai pengarah dan tempat untuk konsultasi.

Sistem ini diterapkan agar murid-murid, terutama yang tergabung ke dalam OSIS mempunyai pengalaman berorganisasi seperti yang ada di dunia perkuliahan, di mana pembina tidak banyak turut ambil andil di dalam pengambilan keputusan.

Maka dari itu, keberhasilan OSIS periode itu akan bergantung kepada bagaimana bijak sang ketua dalam mengambil keputusan. Sekali salah, maka keputusan tersebut bisa memengaruhi bagaimana jalannya OSIS ke depan.

Sejauh ini, semua ketua OSIS yang terpilih mampu untuk mengemban tanggung jawab dengan baik. Termasuk Diego yang sudah menduduki jabatan selama beberapa bulan periode kepengurusan OSIS.

Kepengurusan OSIS dimulai setiap awal semester baru. Pertengahan bulan Oktober, akan ada prosesi penyerahan jabatan dari pengurus OSIS yang lama kepada pengurus OSIS yang baru.

Dan, Geya telah mengikuti semua prosedur itu dengan baik sebagai anggota bidang minat dan bakat. Awalnya, Geya hanya ingin fokus menjadi anggota tanpa memegang jabatan apa pun. Hanya sebagai anggota bidang Minba dan klub tari. Tapi, tidak ketika Geya diminta menjadi ketua klub tari menggantikan posisi Kak Mawar. Geya hendak menolak, namun atas dukungan dari teman-teman yang lain serta Kak Mawar, akhirnya Geya menerima posisi tersebut.

Semua berjalan lancar-lancar saja, sampai Geya ingat bahwa akan ada orang yang bersiap menghalangi jalannya ke depan. Ditya dan Hartawan. Hal yang Geya syukuri ialah Hartawan yang tidak tahu-menahu mengenai jabatannya.

Yang pria itu tahu hanyalah Geya yang bergabung ke klub tari. Geya tidak bisa membayangkan jika sampai Hartawan tahu mengenai jabatan yang diemban oleh Geya. Mungkin, Hartawan akan memarahinya habis-habisan dan mendatangi pihak OSIS untuk menarik paksa jabatan Geya.

Geya harap, Hartawan tidak akan pernah tahu. Jikapun Hartawan sampai tahu mengenai jabatannya, maka Geya tahu dia harus mencari siapa untuk mempertanggungjawabkan masalah tersebut.

“Ge, gimana? Kamu jadi mau ketemu sama Kak Sienna seperti saran Ayudia kemarin?“ tanya Flora singgah ke meja Geya.

Jam istirahat sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu, guru yang mengajar pun sudah keluar dari kelas. Kondisi kelas sekarang sedikit riuh, mengingat tidak ada lagi aturan harus menjaga ketenangan di luar jam pelajaran. Sebagian orang mungkin akan terganggu dengan suara riuh yang diciptakan anak kelas 10 Ipa 2, namun Geya sudah terbiasa akan semua itu. Bahkan, tak jarang, Geya belajar dengan suasana seperti itu ketika hendak menghadapi ulangan.

Geya mengalihkan pandangannya dari papan tulis, beralih melihat Flora. Sebuah anggukan kepala diberikan. “Jadi, kok. Ini aku mau selesaikan catatan bentar, lalu mau ke kelasnya Kak Sienna.”

“Oke, deh, Ge. Perlu aku temenin?”

“Enggak usah, Flo. Biar aku sendiri aja.”

“Ya udah, kalau gitu aku ke kantin dulu, ya. Kamu mau nitip cemilan, enggak?” tanya Flora lagi.

“Ehm, aku nitip air mineral dingin satu botol aja. Makasih, ya, Flo.”

“Oke, Geya. Siap.”

Sepeninggal Flora, Geya dengan cepat menyelesaikan catatannya agar gadis itu bisa segera menemui Sienna.

“Selesai juga akhirnya,” gumam Geya. Geya meletakkan kembali pulpen ke atas meja, mencoba meregangkan jari-jari tangan yang telah bekerja ekstra hari ini untuk menyalin catatan yang ada di papan tulis.

Geya, Ditya, dan Rahasia Semesta [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang