Selamat Membaca!
◀ ▶
Memasuki masa-masa Ujian Akhir Semester di awal bulan terakhir di semester genap, seluruh kegiatan yang tidak ada sangkut paut dengan proses belajar-mengajar terpaksa diberhentikan. Termasuk, kegiatan mingguan dari masing-masing klub. Itu artinya juga latihan klub tari semester ini berakhir di pekan yang lalu. Tujuan diberhentikannya aktivitas klub tak lain dan tak bukan ialah agar murid-murid bisa fokus pada ujian.
Begitu pula dengan Geya. Besok adalah hari pertama ujian dilaksanakan, sekaligus menjadi ujian penentu kelulusan dari tingkatan yang sekarang diduduki. Tentu Geya tidak akan menyia-nyiakan masa seperti ini.
Di dalam kelas, Geya termasuk seorang murid yang cukup berprestasi, di samping kesibukannya mengikuti kegiatan klub. Gadis itu memiliki otak yang bisa dengan mudah menangkap setiap informasi yang dia terima. Sama seperti halnya saat dulu Geya pertama kali masuk ke ekstrakurikuler tari di sekolah menengah pertamanya. Bahkan, tak jarang, pujian demi pujian diberikan kepada Geya atas keterampilannya. Namun, selama seminggu ke belakang, Geya berusaha tidak memikirkan masalah latihan dan fokus untuk belajar.
Bersama Ditya, keduanya kerap belajar bersama di ruang tamu. Hal itu mengundang perhatian dari Hartawan dan Calista. Pasangan suami istri itu merasa bahagia melihat kedekatan antara putra dan putrinya.
"Gimana persiapan ujiannya?" tanya Hartawan membuka percakapan di acara sarapan pagi ini.
Mendengar pertanyaan itu, Geya tersenyum cerah kepada Hartawan. "Aman, Pa," jawab gadis itu. Respons yang sama diberikan juga oleh Ditya.
"Hari ini hari pertama ujian, kan? Papa harap, kalian bisa mengerjakan ujiannya dengan baik, ya."
"Amin," sahut Geya dan Ditya bersamaan, mengaminkan harapan baik dari Hartawan.
"Mama udah siapin bekal untuk kalian. Jadi, nanti kalian enggak perlu pergi beli makan lagi. Waktunya bisa kalian gunain untuk memperdalam ingatan kalian," sambung Calista kemudian menyerahkan dua kotak bekal masing-masing kepada Geya dan Ditya.
Geya melihat kotak bekal itu dan menerimanya dengan senang hati. Sepertinya, terakhir kali dia membawa bekal adalah saat dia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dulu, setelah kepergian Risa, ada seorang asisten rumah tangga yang membantu mengurus rumah dan menjaga Geya. Akan tetapi, saat Geya naik ke jenjang SMP, Bi Ina-begitu nama asisten rumah tangganya-berhenti bekerja karena ingin fokus merawat anaknya di kampung. Hartawan memilih tidak mempekerjakan seorang asisten rumah tangga lagi. Alhasil, sejak itu Geya tidak pernah membawa bekal lagi ke sekolah.
"Kalau kalian udah siap, ke mobil, ya. Hari ini, Papa mau nganterin anak Papa ke sekolah untuk ujian," ungkap Hartawan.
Baik Geya maupun Ditya saling melirik satu sama lain, lantas tertawa kecil.
"Aku berasa anak kecil yang dianterin ujian sama Papa, deh," seloroh Geya.
Tangan Hartawan terulur kemudian mengelus puncak kepala Geya. "Enggak pa-pa. Sekali-kali, Papa pengen nganterin kalian. Boleh, kan?"
"Boleh, dong, Pa."
Atas persetujuan itu, mobil Hartawan kini berhenti di depan gerbang SMA Pertiwi. Tak lama setelah itu, Ditya dan Geya keluar dari sana. Tentunya, setelah berpamitan kepada Hartawan.
"Cie, yang wajahnya berseri-seri. Kayaknya udah siap ujian, nih," ujar Flora meledek Geya, seraya menggoyang-goyangkan lengan gadis itu perlahan.
"Kayaknya, kamu lebih siap, deh, Flo," balas Geya tertawa kecil.
"Iya, siap stresnya, Ge," seloroh Flora. "Eh, tapi, kenapa muka kamu berseri banget? Ada apa emangnya?" sambung Flora dengan rasa penasaran.
"Pagi ini, Papa nganterin aku sama Ditya ke sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Geya, Ditya, dan Rahasia Semesta [ Completed ✔ ]
Teen FictionBlurb : Di tengah ancaman klub tari yang akan diberhentikan sementara, Geya Gistara sebagai ketua klub berusaha mempertahankan eksistensi klub tersebut. Meski Geya tahu bahwa seberusaha apa pun dia mempertahankan klub, akan ada dua orang yang selalu...