Bagian 27

11 4 0
                                    

Selamat Membaca!

◀ ▶

“Geya? Pertanyaan ketiga? Masih ada?“ Ditya bertanya. Ketika mendapati Geya yang terdiam setelah dirinya menjawab pertanyaan kedua.

Bukannya menjawab, Geya malah menatapnya. Membuat Ditya sedikit bingung dengan maksud tatapan tersebut.

Setelahnya, terdengar helaan napas dari Geya, sebelum gadis itu menyuarakan tanya. “Dari sekian banyak tempat, kenapa lo bawa gue ke sini?”

Ditya tersenyum kecil. Ternyata, ini yang membuat Geya terdiam sedari tadi.

“Saya—”

Kalimat Ditya terpotong karena kedatangan Bu Laksmi. “Nak Ditya, Nak Geya. Ayo, masuk dulu. Anak-anak udah pada bangun. Enggak sabar ketemu kalian.”

Ditya mengangguk sopan, kemudian mengajak Geya untuk turut masuk ke dalam.

Wajah muram Geya saat ini adalah tanda bila gadis itu tidak suka pembicaraan mereka terpotong.

“Nanti saya bakal jawab semua pertanyaan kamu. Sekarang, kita masuk dulu,“ ujar Ditya, lantas berjalan masuk ke dalam, meninggalkan Geya yang masih setia di teras panti.

“Kak Dityaaa!”

Ditya mengembangkan senyumnya, ketika suara anak kecil yang sangat Ditya hafal menyambut kehadiran lelaki itu.

“Halo, Tania,” sapa Ditya balik. Laki-laki itu kemudian berlutut di depan Tania dan memeluk anak berusia 10 tahun itu dengan erat, layaknya teman yang telah bertahun-tahun tidak bertemu.

“Kak Ditya kenapa udah lama enggak ke sini? Tania kangen banget. Kak Ditya udah enggak sayang sama Tania, ya?” tanya Tania sedikit mengerucutkan bibir.

Ditya tertawa kecil mendengar pertanyaan Tania. Tangannya bergerak menarik hidung Tania perlahan. “Siapa yang bilang kalau Kakak udah enggak sayang sama Tania?”

Tania mengurai pelukannya pada Ditya, lalu menunjuk salah satu dari gerombolan temannya yang ada di belakang. “Dodi yang bilang. Katanya, kalau Kak Ditya udah lama enggak datang itu artinya Kakak udah enggak sayang sama Tania.”

Ditya beralih melihat Dodi. Anak laki-laki yang usianya empat tahun lebih tua daripada Tania itu dengan cepat mengangkat suara. “Tapi, itu benar, kan, Kak? Buktinya, orangtua kami udah enggak pernah datang ke sini lagi, karena mereka enggak sayang sama kami.”

Jawaban dari Dodi membuat Ditya terdiam. Laki-laki itu bingung harus merespons seperti apa.  Usia Dodi yang lebih dewasa dibanding anak-anak panti lainnya membuat Dodi jauh lebih mengerti keadaan yang anak itu alami.

Jika Ditya masih bisa mengalihkan Tania atau anak-anak lainnya dengan hal lain, maka khusus Dodi, Ditya memilih untuk diam.

“Kak Ditya, Kakak itu siapa?” tanya anak panti yang lainnya, Ken, sembari menunjuk ke arah belakang Ditya.

Ditya memutar kepala, lantas tersenyum kecil melihat Geya ada di sana.

“Tania, sebentar, ya,” bisik Ditya, lalu melepaskan Tania.

“Hari ini, Kakak enggak datang sendiri. Kakak bawa teman Kakak yang cantik ini. Namanya Kak Geya. Ayo, kenalan dulu sama Kak Geya,” tutur Ditya memperkenalkan Geya.

“Halo, Kak Geya. Salam kenal.”

Senyuman di wajah Geya yang tadinya muram mengembang ketika mendengar suara yang beradu satu menyapa gadis itu. “Halo, Anak-anak. Salam kenal juga untuk kalian semua.”

Geya, Ditya, dan Rahasia Semesta [ Completed ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang