Bab 3

136 4 2
                                    

Malam tiba, dikamar mandi Hera memperhatikan tubuh milik Amora secara keseluruhan. Setelah selesai Hera menutup kembali tubuh itu dengan balutan busana, baju tidur.

Ia pun duduk dimeja rias kakaknya, ia meraba wajah yang ia miliki saat ini. "Sempurna kak, sangat sempurna." Gumam Hera.

"Wajah dan tubuhmu ini sangatlah indah kak, kepintaran yang kau miliki, kekayaan yang melimpah, ditambah kasih sayang kedua orangtua kita. Hidupmu sangat sempurna kak. Tapi, saat kau membuka matamu nanti, semua akan berubah."

"Penderitaan akan menyelimutimu. " Hera terdiam sejenak dengan ucapannya barusan. "Tapi aku tak ingin kau bangun, aku juga tak ingin kau mati. "

Hera menghela napasnya sejenak, ia hendak mengucir rambutnya tapi ia mengurungkan niat tersebut. "Bukankah seorang Amora selalu mengurai rambutnya? "
"Kalau begitu aku harus melakukannya kan?" tanya Hera pada diri sendiri.

Ia beranjak dari tempat duduknya, membuka almari baju dan memikirkan apa yang akan ia pakai esok harinya. "Hmm, baju kak Amora seksi semua, jujur aku gak suka memakai baju seksi, tapi harusku lakukan untuk merebut semua yang dimiliki kak Amora selama ini, merebut hal yang selama ini aku inginkan. "

"Nah, ini saja. " Amora mengambil baju berwarna putih dengan celana jeans pendek selutut. Ia berkaca dicermin almari dan meletakkan baju ditubuhnya. "Kurasa cocok untuk ku, dan tidak terlalu seksi juga. "

Hera pun mengembalikan baju tersebut ke tempat semula. Setelahnya ia melemparkan tubuhnya diatas kasur. "Huft, hari yang melelahkan. " Hera yang berniat untuk tidur tiba-tiba saja mengingat sesuatu saat melihat laci disamping tempat tidurnya. Ia bergegas bangkit, "obat itu. " Gumam Hera yang segera turun mengapai laci paling bawah.

"Obat apa ya ini? " monolognya saat memegang obat tersebut.

"Sominex?"
"Aku harus cari tahu tentang obat ini." Dengan cepat Hera menuju meja belajar, ia segera membuka laptop dan mengetikkan pencarian tentang obat tersebut.

Hera menyenderkan punggungnya dikursi setelah membaca hasil pencarian obat tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hera menyenderkan punggungnya dikursi setelah membaca hasil pencarian obat tersebut. "Obat tidur, sesempurna hidup Amora ia minum obat tidur?" gumam Hera yang masih tak percaya. "Untuk apa? "

"Heh,lemah, mental kak Amora ternyata lemah juga ya. "
"Hidupnya yang begitu sempurna, tapi mentalnya lemah. "

Ia pun membuang obat tersebut di tempat sampah. Ia melangkahkan kaki menuju kasur untuk tidur. Tapi langkahnya tiba-tiba saja berhenti. Ia kembali ke tempat sampah untuk mengambil obat yang baru saja ia buang. Ia memperhatikan obat itu sejenak dengan senyum licik yang muncul diwajahnya. "Obat tidur. " Gumam Hera, lalu mengetik kan pencarian akibat minum obat tidur terlalu banyak. Hera membaca hasil pencariannya.

Setelah itu Ia mencari sendok didapur untuk menghaluskan beberapa obat tersebut, lalu dimasukkan ke dalam botol kecil yang berisi air. "Selesai."

Ia pun memasukkan botol tersebut kesakunya, ia keluar kamar hendak ke kamar kedua orangtuanya.

"Ah...ah... ah... "
"Mas pelan-pelan. "
"Sedikit lagi, ini sedikit lagi. "
"Gak muat mas, punyamu tambah gede itu. "

Hera tercengang dengan apa yang ia dengar didepan pintu orangtuanya. Ia mulai bingung harus bagaimana, tapi ini demi kebahagiaan nya, jadi terpaksa Hera mengganggu sebentar. "Tok... tok... tok... "
"Pa, ma, ini Amora. "

Tak ada sahutan didalam, hanya terdengar suara kericuhan antara keduanya. "Ma,pa." panggilnya sekali lagi.

"Bentar nak, nanggung ini." teriak Brata.

Hera mendengus kesal mendengar jawaban Brata. Dengan kecewa ia keluar ruangan mencari Pak Djarot yang biasa menyopiri keluarganya.

Senyum kini mengukir wajah nya, saat menemukan Pak Djarot yang sedang minum kopi didepan rumah. "Pak Djarot. " Panggil Hera yang dijawab lambaian tangan dari Pak Djarot.

"Pak anterin saya kerumah sakit tempat Hera dirawat. "

Pak Djarot tampak terkejut. "Lho non,tapi ini sudah malam. "

"Gak papa pak, anterin aja dulu, saya udah izin kok sama mama papa, lagian dibolehin juga sama mama papa. " ucap Hera yang tak memberikan tempat untuk Pak Djarot berbicara.

Dengan terpaksa Pak Djarot mengantarkan Hera kerumah sakit. "Non... "

Belum juga Pak Djarot melanjutkan ucapannya, Hera langsung memotong ucapan Pak Djarot. "Pak tolong ngebut ya."

"Baik non. "

Sesampainya dirumah sakit, Hera segera berlari meninggalkan Pak Djarot yang sedang memarkirkan mobil.

Ia menemui suster dibagian informasi. "Ada yang bisa saya bantu kak." tanya suster tersebut.

Tanpa basa-basi Hera mengucapkan apa tujuannya kemari"Ruangan atas nama Khiandra Hera Agnibrata dimana ya dok?"

"Mohon maaf sebelumnya anda siapanya ya?"

"Saya kakaknya, Amora Agnibrata. "

Suster tersebut mengangguk paham. "Oke baiklah, tapi untuk saat ini pasien tidak dapat dijenguk kak. "

"Kenapa ya sus, saya kakaknya lho, keluarga pasien." Protesnya.

"Iya kak, saya tahu, tapi saat ini bukan jam jenguk nya."

Hera menarik nafasnya dalam ia memikirkan sesuatu agar bisa menemui Amora. "Sus saya mohon banget sus, saya pengen ketemu adek saya sus, lima menit aja sus, saya cuma mau mastiin adek saya baik-baik aja, soalnya saya tadi mimpi buruk tentang dia, saya mohon sus bentar aja. " Mohon Hera dengan tangisan palsunya.

Suster itu tampak berpikir sejenak, lalu ia menatap Hera dengan penuh kasian. "Baik saya izin kan, tapi sebentar aja ya. "

"Ya sus, janji. "

Suster itupun mengecek komputer untuk melihat dimana ruangan Hera. "Ruangannya di ruang Mawar nomer 51."

"Baik sus, makasih. " Ia pun segera mencari ruangan yang suster sebutkan tadi.

Lima menit berlalu. "Ini dia. " ucap nya saat berhasil menemukan ruangan tersebut. Ia membuka pintu itu dengan perlahan, dan menutup nya kembali. "Tubuhku." gumam Hera saat melihat tubuhnya sendiri terbaring lemas di bangsal rumah sakit. Ia meraba wajah didepannya. "Wajahku sangat pucat. "

"Aku yakin sukma Kak Amora ada ditubuhku ini. " Ia mulai mengeluarkan botol yang ia siapkan tadi.

"Kak Amora maaf, maaf kak. " Hera meneteskan air matanya. "aku harus lakukan ini demi kebahagiaan ku, aku takut kalau kak Amora bangun, kakak akan bilang kalau kakak ini Amora bukan Hera, aku gak mau kak Amora merebut kebahagiaan yang baru saja aku dapatkan." Hera membuka mulut Amora dan menuangkan obat tidur dimulut kakaknya.

"Maaf kak." bisik Hera dengan tangan bergetarnya. "Jangan bangun kak, tapi tetaplah hidup." Hera mencium kening Amora lalu pergi meninggalkan ruangan.

Awan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang