"Mor...." teriak Rakhan, yang spontan menghampiri Hera, mengelus pipinya, berharap rasa sakitnya dapat berkurang.
"Gue udah bilang ya sama loe. Turutin semua kemauannya Yesi...." teriak Amora pada kalimat terakhir.
"Kenapa.... kenapaaaaa?"
"Loe bisanya nyuruh kakkkkk, tapi gak pernah kasih tau alasannya.""Ya karna loe gak tanyaaaa."
Hera menarik napasnya panjang. "Oke... oke... gue tanya sekarang."
"Kenapa gue harus turutin apa maunya Yesi?""kepribadian ganda."
"Haaa?" Hera terkejut dengan ucapan Amora barusan, sementara Rakhan hanya menatap keduanya dengan was-was.
"Kepribadian ganda, dimana kalau ada orang yang bantah keinginannya.... akan masuk kepribadian lain di diri Yesi."
"Kenapa loe gak pernah cerita kakkkk?"
"Karna loe... gak berhak tahu soal Yesi, dan juga gak berhak atas kasih sayang mama papa." ucap Amora penuh penekanan.
"Kak...."
Amora memalingkan wajahnya, air matanya menetes begitu saja. "Jangan pernah berpikir gue marah soal ini, karena gue khawatir sama loe."
"Sama sekali enggak."
"Gue marah sama loe, karena gara-gara loe..." Amora menghentikan ucapannya ia berusaha menelan ludahnya susah payah."Yesi meninggal."
Ucapan Amora yang terakhir langsung membuat Hera roboh seketika. Kakinya seakan tak kuat menahan badannya sendiri.
Lidah nya seakan keluh, satu ucapan tak bisa ia gambarkan dari mulutnya. Hanya air mata yang dapat ia ekspresikan sekarang.
"Mor udah, Hera baru aja siuman." ujar Rakhan sembari menenangkan Hera, dengan mengelus-elus pundak.
Sepertinya ucapan Rakhan didengarkan Amora. Ia melangkah keluar ruangan, menjauh agar situasi tidak semakin rumit.
***
Kini Amora berada didalam taksi, menatap jalanan dijendela dengan tangis yang menemani. "Andai saja, waktu itu gue cari cara agar raga gue kembali, pasti semua gak bakal kayak gini...gue gak bakal kehilangan loe yes..." batin Amora, dipenuhi penyesalan.
Setelah persekian menit berada di rumah sakit, menatap tubuh Yesi yang terlihat kaku, ia memutuskan untuk mencari cara agar raganya bisa kembali seperti semula.
Ketakutan akan kehilangan yang mungkin bisa terjadi lagi. Karena raga nya masih tertukar dengan Hera, membuat Amora melangkah cepat, mencari tahu cara mengembalikan raganya, dengan mendatangi danau tersebut. Walau dalam keadaan berduka.
Sesampainya didanau
Amora mengelilingi tepi danau, memastikan ada petunjuk disekitaran. Namun nihil, ia tak menemukan apapun disana.
Dengan kesel, Amora mendudukkan bokongnya lesu. Menatap langit yang hampir gelap dengan penuh harapan, "tolong....tolong kasih gue petunjuk......!"
"Petunjuk itu, sudah ada didepan mata."
Jawab seseorang tepat dibelakang Amora. Dengan perasaan yang mulai tak enak, Amora menoleh kebelakang. Menatap sosok itu, dengan penuh kekaguman.
"Tepat sekali, kau datang hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Untukmu
Teen FictionAmora dan Hera adalah saudara kembar tak identik. Walaupun kembar nasib kedua nya berbeda, Amora dengan segudang kasih sayang dan belaian lembut kedua orangtuanya, sedangkan Hera dengan sebuah tamparan kasar yang ia terima sehari-hari. Hingga sebua...