Bab 49

20 1 0
                                    

Seminggu berlalu...
Kematian Yesi masih membekas dihati Amora. Tangisan kedua orangtua Yesi seakan terdengar keras ditelinga nya. Semenjak itu tak ada yang bisa membuatnya senang, kecuali yang satu ini.

Ia keluar dari kamar menghampiri Hanum yang sedang bersantai diruang tengah. "Ma..." panggilnya.

"Iya sayang, kenapa?"

Tak ada jawaban dari Amora, ia hanya menghampiri Hanum lalu memeluknya erat.

Hanum tentu bingung dengan sikap putrinya kali ini. "Kamu kenapa, nak?"

"Gak papa ma, cuma kangen aja sama mama."

Dahi hanum mengernyit, "kangen?" "Bukannya setiap hari ketemu?" Batin Hanum. Namun pikiran itu tak ia hiraukan, ia membalas pelukan Amora hangat.

"Pyarr." suara pecahan itu ikut memecah suasana yang hangat ini. Membuat keduanya spontan saling melepaskan pelukan.

"Apa ya itu?"

"Biar aku aja ma yang ngecek."

Hanum mengangguk, sementara itu Amora beranjak dari tempat duduknya.

Amora melangkahkan kaki mengikuti sumber suara. Hingga sebuah pecahan vas bunga menghentikan langkahnya. "Vas bunga ternyata, tapi siapa yang mecahin?" monolog Amora, sembari menatap kanan kiri, mencari sesuatu yang bisa jadi sebab pecahnya vas ini.

"Huek...huek...huek..."
Hingga sebuah suara, tak jauh dari sini terdengar cukup keras. Membuat Amora penasaran.

Ia menghentikan langkahnya didepan kamar mandi. Mengintip dari balik pintu, yang belum terkunci.

Terlihat Hera muntah berkali-kali, membuat Amora teringat ucapan seseorang didanau waktu itu.

"Sukma kalian bisa kembali ketempat raga masing-masing, seperti semula. Dengan cara salah satu dari kalian melakukan kesalahan besar yang pernah dilakukan, pada raga yang sama."

Perasaan Amora kini bercampur aduk. Senang karena hari ini sukmanya kembali ke raga aslinya, namun juga sedih karena Hera akan mendapatkan masalah besar.

Tak kuat melihat Hera yang menyedihkan. Ia kembali menutup pintu itu pelan, berjalan dengan rasa bersalah yang singgah.

***

"Amora...nak..." teriak Hanum.

Amora yang mendengarnya bergegas menghampiri.
"Ada apa ma?" tanya nya ketika berada tepat didepan Hanum.

"Itu, Rakhan nyariin kamu."

"Rakhan?" tanya Amora memastikan.

"Iya, sana temuin."

"Oke, ma." jawab Amora.

Sesampainya diruang tamu

"Rak..."

"Her... gue... minta maaf..."

"Maaf?"

"Iya, gue minta maaf karena gak pernah belain loe."
"Gue minta maaf gak pernah ada disamping loe."
"Gue minta maaf karena gue marah atas hal yang diluar kuasa loe."
"Gue..." Rakhan tak meneruskan ucapan, hanya menarik tangan Amora hingga terjatuh dipelukannya.

"minta maaf her..." lanjut Rakhan.

Amora hanya tersenyum senang.
"Rakhana Awan dikara adwaja untukku."

End...

Awan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang